Bumi Pasundan Riwayatmu di Setiap Pemilu, Selalu Menjadi Penentu

Merujuk Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu 2024 yang diterbitkan Komisi Pemilihan Umum (KPU), jumlah orang yang memiliki hak pilih di Jawa Barat sebanyak 35.714.901. Data ini terdiri dari 17.958.814 laki-laki dan 17.756.087 perempuan. Jumlah pemilih itu tersebar di 627 kecamatan dan 5.957 desa/kelurahan.

Sep 18, 2023 - 14:26
Bumi Pasundan Riwayatmu di Setiap Pemilu, Selalu Menjadi Penentu

NUSADAILY.COM – BANDUNG – Provinsi Jawa Barat, menyandang gelar sebagai kawasan dengan penduduk paling banyak di Indonesia.

Sehingga, kawasan yang kerap disebut sebagai Tanah Pasundan ini akan menjadi wilayah pertarungan yang strategis bagi para capres-cawapres di Pilpres 2024.

Jumlah penduduk yang begitu besar dapat menjadi penentu kemenangan bagi para capres yang berlaga.

Data Badan Pusat Statistik merinci jumlah penduduk Jawa Barat pada tahun 2022 sebanyak 49.405.810 jiwa. Jabar memiliki luas 35.377,76 km persegi dengan 18 kabupaten dan sembilan kota.

Mayoritas penduduk di Jabar merupakan Suku Sunda. Data BPS tahun 2010 merinci Suku Sunda sebanyak 30,9 juta warga Jabar merupakan Suku Sunda.

Merujuk Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu 2024 yang diterbitkan Komisi Pemilihan Umum (KPU), jumlah orang yang memiliki hak pilih di Jawa Barat sebanyak 35.714.901. Data ini terdiri dari 17.958.814 laki-laki dan 17.756.087 perempuan. Jumlah pemilih itu tersebar di 627 kecamatan dan 5.957 desa/kelurahan.

Dalam gelaran Pemilu 2024, Jabar dibagi dalam 11 daerah pemilihan (Dapil) dengan memperebutkan 91 kursi DPR RI. Dapil-dapil ini di antaranya Jabar I meliputi Kota Bandung dan Kota Cimahi, Dapil Jabar II meliputi Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat, Dapil Jabar III meliputi Kabupaten Cianjur dan Kota Bogor.

Kemudian Dapil Jabar IV terdiri dari Kabupaten Sukabumi dan Kota Sukabumi, Dapil Jabar V hanya Kabupaten Bogor, Dapil Jabar VI terdiri dari Kota Depok dan Kota Bekasi, Dapil Jabar VII meliputi Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Karawang.

Lalu Dapil Jabar VIII meliputi Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon dan Kota Banjar, Dapil Jabar IX meliputi Kabupaten Subang, Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka, Dapil Jabar X meliputi Kabupaten Kuningan, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Pangandaran dan Kota Banjar dan terakhir Dapil Jabar XI meliputi Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya.

Muh Khamdan dalam bukunya "Politik Identitas dan Perebutan Hegemoni Kuasa" (2022) menjelaskan konfigurasi basis partai politik berdasarkan wilayah di Jabar menurut hasil Pemilu 2014 lalu.

Golkar dianggap memiliki rekam jejak basis suara yang sangat baik di wilayah Pantai Utara (Pantura) Jawa Barat.

Sementara basis muslim tradisional ada di wilayah Priangan Timur dan Priangan Barat yang dimiliki PPP dengan corak pemilih loyalis di kalangan santri.

PDIP sebagai pemenang dalam Pemilu 2014 di Jawa Barat, memiliki kekuatan yang menyebar di hampir semua wilayah kultural.

Wilayah kultural Cirebon Raya merupakan basis dukungan PKB yang berasal dari kalangan Islam tradisional atau dipengaruhi identitas warga NU. Sementara kawasan sub-urban DKI Jakarta dikuasai oleh PKS dan Gerindra.

PDIP kerap dominan, tapi Prabowo menang

Meski tak ada parpol tunggal yang dominan, namun hasil pemilu legislatif tahun 2014 Dan 2019 memperlihatkan PDIP dan Gerindra dinobatkan sebagai parpol di posisi tiga besar perolehan suara legislatif tertinggi di Jawa Barat.

PDIP di Pemilu 2014 menempati di posisi pertama dengan suara sebesar 4.159.404 juta. Kemudian disusul Golkar di tempat kedua dengan 3.540.629 suara dan Gerindra di tempat ketiga dengan 2.378.762 suara. Menyusul di posisi keempat Demokrat dengan 1.931.014 suara dan PKS 1.903.561 suara.

Kemudian, hasil Pemilu 2019 mengalami perubahan dengan Gerindra menggeser posisi PDIP sebagai partai pertama meraih suara terbanyak di Jabar dengan 4.320.050 suara.

PDIP hanya turun ke posisi kedua dengan 3.510.525 suara dan PKS naik di posisi ketiga dengan 3.286.606 suara.

Meski PDIP meraup suara banyak, namun terdapat anomali kandidat capres-cawapres yang didukung PDIP selalu kalah di Jabar dalam dua gelaran Pilpres terakhir.

Pada Pilpres 2014 misalnya, pasangan capres- cawapres yang diusung PDIP Jokowi-Jusuf Kalla keok dari pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang didukung Gerindra di Jabar.

Prabowo-Hatta saat itu dominan dengan raihan 14.167.381 suara. Sementara Jokowi - JK hanya 9.530.315 suara.

Pasangan Prabowo-Hatta kala itu diuntungkan PKS sebagai mitra koalisi memiliki kader sebagai gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan selama dua periode.

Namun, hasil Pilpres secara nasional menunjukkan sebaliknya lantaran Jokowi-JK berhasil mengalahkan Prabowo-Hatta di Pilpres 2014.

Hal serupa juga terjadi di Pilpres 2019 lalu. PDIP kembali mengusung Jokowi yang berstatus petahana bersama Ma'ruf Amin.

Namun, lagi-lagi Jokowi-Ma'ruf masih alami kekalahan di Jawa Barat melawan Prabowo-Sandiaga Uno yang diusung Gerindra.

Prabowo-Sandiaga saat itu mendapatkan 16.077.446 suara. Sementara Jokowi-Ma'ruf Amin hanya mendapatkan 10.750.568 suara. Prabowo-Sandi membabat kemenangan di 22 wilayah dari total 27 wilayah di Jawa Barat.

Peta elektabilitas 2024 di Jabar

Baru-baru ini beredar tiga nama bakal calon presiden yang diperkirakan akan berlaga di Pilpres 2024. Prabowo Subianto diperkirakan akan kembali lagi ke gelanggang Pilpres.

Ia bermodal dukungan dari Gerindra, Golkar, PAN, PBB dan Gelora dengan nama Koalisi Indonesia Maju.

Kemudian mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pun sudah dideklarasikan sebagai bakal capres oleh NasDem dan PKB.

Lalu, mantan Gubenur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang diusung PDIP, PPP, Hanura dan Perindo.

Berdasarkan hasil survei baru-baru ini, Prabowo Subianto masih moncer elektabilitasnya ketimbang Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan di Jawa Barat.

Hasil survei dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada 3-9 Agustus 2023 menunjukkan Prabowo Subianto menempati urutan elektabilitas teratas dengan 39,2 persen.

Kemudian disusul Anies Baswedan 29,6 persen dan Ganjar Pranowo 25,2 persen. Sementara responden tidak jawab 6 persen.

Senada, hasil survei dari LSI Denny JA pada 3 hingga 14 Mei 2023 lalu menunjukkan elektabilitas Prabowo masih mendominasi di Jawa Barat ketimbang kandidat lain.

Prabowo mendapatkan elektabilitas 29 persen. Sementara Anies Baswedan 26,3 persen dan Ganjar Pranowo 15 persen. Kemudian Tidak tahu/tidak jawab 29,7 persen.

Survei Lembaga Fixpoll Media Polling Indonesia pada 15-22 Juni 2023 juga menemukan elektabilitas Prabowo masih moncer di peringkat atas dalam simulasi tiga nama dengan raihan 38,4 persen.

Kemudian dibayangi Anies di posisi kedua 33,7 persen, dan Ganjar 16,9 persen.

Tim pemenangan dari tiga bakal capres telah menabuh genderang untuk saling memenangkan masing-masing jagoannya di Jawa Barat pada Pilpres 2024.

Sekretaris DPD Gerindra Provinsi Jawa Barat Abdul Harris Bobihoe tetap yakin Prabowo kembali unggul di Jabar seperti Pilpres 2014 dan 2019.

Ia tak merasa tersaingi dengan munculnya Anies Baswedan di Jabar pada gelaran Pilpres 2024 ini.

"Kami tetap yakin akan kemenangan H. Prabowo Subianto di Jawa Barat, berdasarkan apa yang telah dilakukan kader Gerindra langsung dengan Masyarakat lapisan bawah yang tetap mendukung Prabowo sebagai Calon Presiden 2024," kata Harris.

Harris menjelaskan DPD Gerindra Jabar selama ini telah melakukan pelbagai upaya untuk mempertahankan pemenangan Prabowo di Jabar.

Salah satunya terus memperkuat mesin dan struktur partai, dari tingkat provinsi sampai tingkat Rukun Warga (RW).

"Melakukan kerja sama dengan sayap-sayap Partai Gerindra, relawan dan Ormas yang mendukung serta memenangkan Prabowo," kata dia.

Di sisi lain, Harris akan turut mengandalkan calon anggota legislatif untuk ikut mengumpulkan suara untuk memenangkan Prabowo. Ia juga tengah mempersiapkan dan melatih saksi andal dari tingkat TPS hingga KPUD Provinsi.

"Ini dalam menjaga perolehan Suara pada Pilpres dan Pileg 2024. Kemudian melakukan Silaturahmi berkala kepada tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh budaya," kata dia.

Sementara itu, Ketua DPW NasDem Saan Mustofa mengatakan struktur partai NasDem dan PKB akan bekerja keras memenangkan Anies di Pilpres 2024.

Saan meyakini kini Anies unggul di kawasan Jawa Barat ketimbang Prabowo dan Ganjar.

"Kita yakin mas Anies masih unggul di Jawa Barat dibandingkan dengan kandidat yang lain Pak Prabowo, Ganjar. Mas Anies masih unggul di atas," kata Saan, Kamis (7/9).

Saan bahkan menargetkan Anies dapat meraup suara 17-20 juta suara khusus di Jabar ketika Pilpres berlangsung. Bahkan, ia sudah memiliki pemetaan kawasan-kawasan khusus di Jabar yang menjadi basis keunggulan Anies.

Tak hanya itu, ia juga bakal memprioritaskan daerah pemilihan yang memiliki lumbung suara besar untuk digarap lebih serius.

Semisal kawasan Kota dan Kabupaten Bandung, Garut, Sukabumi, Kota dan Kabupaten Bekasi, Depok, Kota dan Kabupaten Bogor hingga Cirebon untuk mendulang suara bagi Anies.

"Upayanya dengan mas Anies akan lebih sering masuk ke kawasan-kawasan itu. Tidak cuma mampir saja," kata Saan.

Selain itu, Saan juga optimistis faktor Muhaimin Iskandar atau Cak Imin sebagai cawapres Anies makin memperkuat suara di Jabar. Terlebih, ia mengatakan suara Anies akan terdongkrak di basis pemilih PKB di kawasan Tasikmalaya dan Cirebon.

Ia juga mengatakan NasDem turut menggandeng dan berkonsolidasi dengan barisan relawan dari beragam latar belakang untuk memenangkan Anies.

"Selain mesin partai, kita juga akan dekati tokoh agama, masuk ke pesantren-pesantren, juga ke tokoh budayawan dan seniman Sunda, itu kita rangkul bersama," kata Saan.

Sementara Ketua DPW PPP Jawa Barat Pepep Saepul Hidayat optimistis Ganjar tak akan bernasib seperti Jokowi yang kalah di Jabar seperti di Pilpres 2019 lalu.

PPP sempat bergabung dengan Koalisi Indonesia Kerja di Pilpres 2019 dengan mengusung Jokowi-Ma'ruf.

Pepep yakin Ganjar akan menang di Jawa Barat pada Pilpres 2024 mendatang. Ia mengatakan mesin PPP sudah mulai gencar melakukan sosialisasi Ganjar sejak dini sebelum tahapan kampanye dimulai.

"Insyallah kita sangat yakin [Ganjar menang di Jabar]. Hari ini baru sosialisasi, belum wilayah kampanye formal. Sehingga kita instruksikan melakukan pemenangan DPC, PAC untuk mensosialisasikan Pak Ganjar. Mesin partai sudah kita dorong," kata Pepep, Kamis (7/9).

Pepep mengatakan PPP memiliki basis massa loyal di kawasan Priangan Selatan yang terdiri dari Ciamis, Tasik, Pangandaran, Garut hingga Sukabumi. Baginya, basis massa PPP ini akan membantu mengoptimalkan mendongkrak perolehan suara Ganjar di Jabar.

Tak berhenti sampai di situ, ia mengatakan PPP sudah aktif turun ke basis utama seperti santri di pesantren-pesantren hingga ke para kiai berpengaruh di Jawa Barat untuk mendukung Ganjar.

Pepep juga mengatakan PPP mulai fokus untuk menyasar kalangan milenial di Jawa Barat demi mendongkrak suara Ganjar.

"Kita sekarang lebih menggarap dan menyasar kalangan milenial. Karena pemilihan 2024 banyak Caleg di PPP yg berlatar belakang rata-rata anak muda. Sehingga salah satu gerakan yang terus dilakukan dan diinisiasi PPP bagaimana membawa pesan melalui para anak muda itu tentang Mas Ganjar," kata dia.

Pendiri lembaga SMRC Saiful Mujani mengidentifikasi perilaku pemilih di Jabar lebih kuat memiliki kecenderungan memilih figur calon presiden dibanding partai politik.

"Partainya bisa jadi memilih calon presiden A, namun pilihan tetap menjadi hak prerogatif saya," kata Saiful dalam keterangannya.

Saiful menilai partai begitu lemah di mata pemilih Jawa Barat. Ia beranggapan faktor partai tidak cukup menjembatani antara pemilih dengan calon presiden.

"Dalam konteks Jawa Barat dan mungkin secara umum di Indonesia, hal tersebut tidak terjadi. Publik langsung punya sikap sendiri terhadap calon presiden," kata dia.

Saiful menyinggung Joko Widodo selalu kalah oleh Prabowo Subianto dengan selisih yang cukup signifikan di Jabar. Padahal, kawasan ini memiliki tingkat pluralitas dukungan pada partai politik yang beragam.

Ia menjelaskan biasanya kecenderungan pemilih untuk memilih capres petahana cukup tinggi. Namun, untuk kasus Jawa Barat pola umum seperti demikian tidak terjadi.

Jokowi, lanjutnya, dianggap sukses dengan approval rating atau tingkat kepuasan publik pada sangat tinggi secara nasional jelang Pilpres 2019 lalu. Namun ia mengatakan di Jawa Barat tidak memperlihatkan hal demikian.

"Pemilih Jawa Barat belum bisa menerima Jokowi," kata dia.(CNN/han)