Berkenalan dengan Desa Wisata Kampoeng Thengul

Bojonegoro merupakan salah satu kabupaten di Wilayah Provinsi Jawa Timur. Wilayah ini berbatasan dengan Kabupaten Tuban (sebelah utara); Kabupaten Lamongan (sebelah timur); bagian selatan dengan Kabupaten Jombang, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Madiun, dan Kabupaten Ngawi; serta bagian barat dengan Kabupaten Blora (Jawa Tengah).

Oct 22, 2023 - 18:08
Berkenalan dengan Desa Wisata Kampoeng Thengul

Oleh: Dr. Aris Wuryantoro, M.Hum

Bojonegoro merupakan salah satu kabupaten di Wilayah Provinsi Jawa Timur. Wilayah ini berbatasan dengan Kabupaten Tuban (sebelah utara); Kabupaten Lamongan (sebelah timur); bagian selatan dengan Kabupaten Jombang, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Madiun, dan Kabupaten Ngawi; serta bagian barat dengan Kabupaten Blora (Jawa Tengah). Kabupaten Bojonegoro memiliki 28 kecamatan, salah satunya adalah Kecamatan Margomulyo yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Ngawi.

Wayang Thengul

Wayang Thengul merupakan ikon seni pertunjukan Kabupaten Bojonegoro. Bahkan  sejak tahun 2018 Wayang Thengul telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia.  Dinamakan Wayang Thengul, berasal dari kata thengul, kependekan dari kata methentheng (ngotot/banyak mengeluarkan tenaga) dan methungul (muncul).  Dinamakan methentheng karena wayang ini terbuat dari kayu yang berbentuk tiga dimensi, maka sang dalang harus methentheng dalam memainkan wayang-wayangnya.  Sedangkan kata methungul, karena dalang dalam memainkan wayangnya di antara kiri dan kanan beber (layar). Sehingga penonton dapat melihat permainan wayang meskipun berada di balik layar. 

Pada dasarnya Wayang Thengul hampir sama dengan Wayang Golek (Sunda) dan Wayang Golek Menak (Jawa Tengah dan Yogyakarta). Kecuali dari bentuknya yang lebih kecil, cerita dalam Wayang Thengul juga berbeda dengan Wayang Golek dan Wayang Golek Menak. Cerita dalam Wayang Thengul biasa berkisah seputar Kerajaan Majapahit, Kerajaan Kediri, serta cerita para wali pada masa Kerajaan Demak. 

Berbeda dengan Wayang Thengul, Wayang Golek berkisah seputar cerita wayang Purwa, yaitu Kisah Mahabharata dan Ramayana. Sedangkan, cerita dalam Wayang Golek Menak bersumber dari Serat Menak, yaitu saduran berbahasa Jawa dari karya sastra Persia yang dikenal dengan Hikayat Amir Hamzah (Qisaa’l Emr Hamza).   

Desa Wisata Kampoeng Thengul

Adalah Wintari, S.Pd, salah satu warga Dusun Kedungkrambil, Desa Sumberjo, Kec. Margomulyo yang getol memperkenalkan Wayang Thengul. Saat ini, Mbak Win (sebutan Wintari, S.Pd) dan kelompoknya sedang merintis Desa Wisata Kampoeng Thengul. Bermodalkan niat yang kuat dan seorang dalang Wayang Thengul, Mbak Win dan masyarakat Dusun Kedungkrambil  bersinergi mewujudkan impiannya. 

Berbagai upaya sudah ia lakukan, antara lain pelatihan Tari Thengul, melukis tokoh Wayang Thengul, dan pelatihan lainnya yang ditujukan pada para kawula muda Dusun Kedungkrambil. Hal ini dikarenakan agar ada regenerasi pada seniman atau budayawan Wayang Thengul dan Tari Thengul yang adiluhur itu. Untuk diketahui, pada saat ini hanya terdapat 12 dalang Wayang Thengul yang masih eksis di Kabupaten Bojonegoro. Sangat disayangkan, kekinian hanya tinggal ada 2 orang yang menguasai teknik pembuatan Wayang Thengul, salah satunya adalah Mbah No, sebutan dari  Sumarno.

Mbah No hanya membuat Wayang Thengul untuk pementasan, tidak melayani keperluan lainnya.  Hal ini lah yang ditangkap oleh Mbak Win dan timnya dalam menginisiasi terbentuknya Desa Wisata Kampoeng Thengul. Mereka melatih kawula muda membuat cindera mata dengan cara menyablon kaos dengan disain Wayang Thengul dan gantungan kunci. Dengan cara ini, para kaum milenial diharapkan akan mencintai dan mampu mempertahankan seni budaya asli Bojonegoro. Selain itu, dengan adanya Desa Wisata Kampoen Thengul akan meningkatkan perekonomian warga sekaligus mengurangi arus urbanisasi bagi masyarakatnya. 

Tentunya dalam mewujudkan Desa Wisata Kampoeng Thengul mendapati kendala yang beragam. Mulai dari sarana dan prasarana, personal dan waktu yang sering bersamaan dengan kegiatan lainnya. Namun dengan semangat gotong royong, kegigihan, keberpihakan para stakeholder,  lambat laun rintisan Desa Wisata ini kian terwujud. Pada saat penulis memberi pelatihan bertepatan dengan penilaian dari Bappeda dan tim penilai Bojonegoro Innovation Award 2023, Kampoeng Thengul sudah masuk 6 (enam) besar. Semoga Desa Wisata Kampoeng Thengul dapat menjadi juara.

Penulis percaya nantinya Desa Wisata Kampoeng Thengul dapat menjadi Desa Wisata yang jauh lebih baik dan besar. Hal ini didasari dari aksesabilitas pada Dusun Kedungkrambil yang merupakan jalur utama Bojonegoro - Ngawi. Selain itu, Desa Wisata ini sangat memerlukan beberapa sarana penunjang. Bila memungkinkan untuk dibuatkan semacam Ruang Literasi Terbuka Hijau (RLTH) atau tempat yang representatif. 

RLTH ini mencakup tempat display (ajang pameran) hasil karya atau cindera mata terkait Wayang Thengul, Pusat Informasi Wayang Thengul, warung makan, tempat istirahat atau mushola bagi pengunjung. Selain itu ada ruang khusus workshop pembuatan Wayang Thengul, melukis Wayang Thengul, dan Tari Thengul. Ruang parkir yang cukup bagi para pengunjung merupakan hal yang sangat penting juga.  

Seni budaya Bojonegoro lainnya

Selain Wayang Thengul, Kabupaten Bojonegoro mempunyai beberapa seni budaya lainnya, di antaranya Wayang Krucil, Tari Thengul, Tayub, Gumbregan, Rebutan gunungan, Pleretan, Memetan, Nyadran, dan Jaga makam.  

Wayang Krucil, yaitu wayang yang dibuat dari kayu jati pipih (2 dimensi) dengan ukuran yang kecil.  Wayang ini juga dikenal dengan Wayang Klithik.  Wayang Krucil biasanya bercerita tentang Panji Kudalaleyan di Pajajaran hingga Prabu Brawijaya di Majapahit. Kecuali itu, wayang ini mengambil cerita dari Wayang Purwa,  Wayang Menak, serta Babad Tanah Jawa. 

Tari Thengul, adalah tarian khas Kabupaten Bojonegoro yang terinspirasi dari Wayang Thengul. Oleh karenanya, wajah para penari dibuat menyerupai boneka dengan ekspresi wajah yang cenderung lucu atau menghibur. Biasanya tarian ini diperagakan oleh 5 sampai 10 penari dalam berbagai hiburan di masyarakat. Tari Thengul juga diperagakan sebagai Tari Penyambutan atau Tari Selamat Datang pada acara resmi di Kabupaten Bojonegoro.

Tayub Bojonegoro, merupakan tari pergaulan tradisional sangat populer bagi masyarakat Bojonegoro. Tarian ini biasanya dilakukan oleh para pria dengan diiringi gending dan tembang Jawa yang dilantunkan oleh para Waranggono yang umumnya wanita cantik dengan kebaya dan berdandan khas Jawa. Syair-syair dalam tembang Jawa ini  sarat dengan ajaran kebaikan

Tradisi Gumbregan, merupakan ritual berdoa bersama untuk memanjatkan rasa syukur atas rezeki dari Tuhan Yang Maha Esa dengan cara memberikan ketupat untuk hewan ternak. Ternak yang diberi ketupat biasanya sapi dan kerbau. Hal ini dikarenakan sapi dan kerbau banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, baik tenaga, daging, maupun susunya. Tradisi ini diawali dengan kenduri Gumbregan, lalu sesepuh dusun memberikan ketupat bagi hewan ternak. 

Rebutan Gunungan Hasil Bumi, adalah kegiatan arak-arakan hasil bumi yang dibentuk gunung. Setelah diarak, gunung tersebut akan diperebutkan oleh masyarakat yang hadir. Tradisi ini merupakan bentuk ungkapan syukur atas rezeki dan hasil bumi yang berlimpah. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Bojonegoro adalah petani.

Tradisi Pleretan, merupakan wujud syukur masyarakat kepada Tuhan atas kehamilan padi (padi siap berbuah). Para petani pada acara ini membawa jajanan pleret serta jenis makanan lainnya ke balai dusun. Mereka kemudian melakukan doa dan makan bersama dengan harapan hal tersebut membawa berkah sehingga tanaman padi terhindar dari serangan hama dan panen yang melimpah.

Tradisi Memetan, dilakukan setiap tahun oleh masyarakat Bojonegoro sebelum tradisi sedekah bumi, Tradisi ini dilakukan dengan cara mencari ikan di sungai secara bersama-sama. Tradisi memetan memiliki tujuan untuk merawat sungai, menjaga lingkungan, dan melestarikan budaya luhur dari nenek moyang.

Nyadran, disebut juga dengan sedekah bumi, merupakan tradisi di mana masyarakat berbondong-bondong mengarak hasil bumi dan beberapa jenis makanan termasuk tumpeng untuk keliling desa. Tradisi ini merupakan bentuk wujud rasa syukur masyarakat desa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tradisi ini diakhiri dengan berkumpulnya masyarakat di tanah lapang dan menikmati makanan yang telah diarak dikeliling desa tersebut secara bersama-sama.

Jaga Makam,  adalah tradisi yang dilakukan masyarakat Bojonegoro pada orang yang meninggal pada hari yang dianggap sakral menurut kebudayaan Jawa, misalnya pada Jum’at Legi. Hal ini berkaitan dengan kepercayaan masyarakat setempat karena orang yang meninggal pada hari keramat kain kafannya jenazah sering dicuri untuk digunakan oleh para penganut aliran hitam atau aji kesaktian tertentu. 

Penutup

Penulis berharap melalui tulisan ini dapat menambah wawasan bagi pembaca seputar seni budaya Bojonegoro terutama tentang Wayang Thengul. Besar harapan penulis semoga cita-cita dari Mbak Wintari dan timnya serta masyarakat Dusun Kedungkrambil, Desa Sumberjo, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro dapat terwujud, yakni Desa Wisata Kampoeng Thengul yang terkenal di Nusantara bahkan seantero dunia. Semoga...

Dr. Aris Wuryantoro, M.Hum, dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas PGRI Madiun dan Dewan Pengurus Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI). Naskah disunting oleh Dr. Dewi Kencanawati, M.Pd., dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas PGRI Kediri dan Dewan Pengurus Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI).