Banjir Waru Dampak Proyek Jalan dan Kali Buntung Meluap, Inilah Tanggapan PU BMSDA Sidoarjo

Ketika hujan tinggi, banyak sampah terangkut ke drainase (saluran pembuang). Nah ini salah penyebabnya terjadinya banjir,” kata Dwi Eko Saptono Kepala Dinas PU BMSDA Sidoarjo.

Feb 7, 2024 - 09:39
Banjir Waru Dampak Proyek Jalan dan Kali Buntung Meluap, Inilah Tanggapan PU BMSDA Sidoarjo
Banjir melanda kawasan jalan layang Waru, sehingga sempat melahirkan kemacetan arus lalu intas jalur Surabaya-Sidoarjo.

NUSADAILY.COM – SIDOARJO ; Sidoarjo masih selalu dikepung banjir. Berbagai langkah strategis  Pemkab Sidoarjo untuk menanganinya selama ini rupanya belum berbuah hasil optimal. Kenyataan setiap diguyur lebat, telah terjadi banjir di mana-mana, terutama paling parah di beberapa titik di wilayah Kec. Waru.

Pantauan di lapangan Selasa (6/2) sore, setelah hujan lebat selama 3 jam menyebabkan genangan air setinggi lutut orang dewasa di beberapa titik pemukiman warga. Di antaranya banjir terjadi di  Desa Medaeng, Desa Waru dan Desa Pepelegi. Sekitar kawasan jalan layang Waru juga diterjang banjir setinggi 0,5 meter, sehingga arus lalu sempat lintas macet total.

Menyikapi keadaan itu, warga hanya bisa pasrah. “Banjir kali cukup parah. Ini juga disebabkan adanya pembangunan jalan baru di timur rel kereta api,” kata warganya.

Mereka menilai pembuatan jalan telah melintasi aliran sungai. Ironisnya untuk pembuatan jembatan di atas aliran sungai itu hanya dipasang bangunan kotak yang relatif kecil. Sehingga aliran air tersumbat. “Pembangunan model itu ikut andil terjadinya banjir di daerah sekitarnya, karena aliran air tidak lancar,” ujarnya.

Sementara itu, Dwi Eko Saptono Kepala Dinas PU Bina Marga dan Sumber Daya Air (PU BMSDA) Sidoarjo mengakui memang masih ada empat titik yang rawan banjir pada musim hujan. Di antaranya wilayah Waru, Tanggulangin, Porong, dan Brebek. 

Genangan tertinggi terpantau terjadi di wilayah Waru. “Hasil evaluasi banyak yang ada di wilayah Kecamatan Waru, Sidoarjo, mulai dari barat sampai dengan timur. Waru banyak terdampak luapan Avour Buntung. Avour ini memang yang terbesar di wilayah Sidoarjo maupun perbatasan Surabaya,” ujar Dwi Eko.

Dia menambahkan khusus banjir di Bungurasih sampai Tambak Sawah–yang juga terdampak luapan Avour Buntung–pada Selasa sore di sisi barat sudah mulai ada penurunan. Sementara itu di sisi tengah Waru juga sudah mengalami penurunan signifikan karena dibantu enam rumah pompa.

Terjadinya banjir di beberapa titik Sidoarjo, lanjut Dwi Eko juga disebabkan karena intensitas hujan yang cukup tinggi. Selain banyaknya sampah yang masuk ke dalam saluran pembuangan. “Jadi, sebenarnya kalau hujan nggak begitu tinggi, saluran-saluran itu masih bisa  mengalirkan normal. Namun ketika hujan tinggi, banyak sampah yang terangkut ke drainase (saluran pembuang), nah ini penyebabnya,” katanya.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menangani banjir di Sidoarjo, yakni, dengan menambah satu rumah pompa pada tahun 2023 di Wadung Asri dan normalisasi, serta membuat dua sudetan. Satu sudetan di wilayah Wadung Asri langsung ditarik rumah pompa ke Avour Buntung, yang kedua ditarik ke Avour Cantel. “Nah dua sudetan yang sebelumnya itu di wilayah Tropodo. Dari hasil giat 2023 sudah berhasil mengatasi di wilayah Tropodo dan Wadungasri sekitarnya. Genangannya cukup tinggi, (luasnya) sampai dengan 600 sekian meter persegi, sekarang ini sudah teratasi,” ucapnya.

Berdasarkan perencanaan strategis PU BMSDA, pada 2025 mendatang di wilayah Berbek, akan dibangun satu rumah pompa. Fungsinya untuk menutup pintu air, sehingga, ketika Kali Buntung meluap, maka genangan yang ada di Berbek tidak bisa mengalir ke Kali Buntung.

Sementara itu, di Tanggulangin karena wilayah cekungan, salah satu alternatif penanganannya adalah dengan pompa. Rumah pompa tersebut bersifat mempercepat estafet luncuran menuju ke saluran pembuang. “Setelah kami pasang lima rumah pompa, dan tujuh pompa  mobiling untuk daerah-daerah yang memang tergenangnya itu parsial. Dan juga ada tambahan dua pompa  dari BPWS,” tambahnya.

Pada kesempatan yang sama, Dwi Eko juga mengajak seluruh masyarakat Sidoarjo untuk bersama-sama membersihkan lingkungan agar dapat mengurangi risiko banjir. Karena, banyaknya sampah yang terbawa oleh air hujan menjadi salah satu penyebab utama penyempitan saluran pembuangan, yang memperparah kondisi banjir. (*/ful)