Adik Ahok Bingung Suara Turun Terus di Sirekap, Ade Armando Naik Terus
"Wow ... KPU Real Countnya tiap hari turun terus ya bukan nambah. Dari 11.000 ke 8.000 an 2 hari terus jadi 7.000 an sekarang ya," tulis Harry, Rabu (21/2).
NUSADAILY.COM – JAKARTA - Adik kandung Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yakni Harry Basuki Tjahaja Purnama bingung perolehan suaranya dalam kontestasi Pileg 2024 di Dapil DKI Jakarta I yang ditampilkan Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) KPU terus menurun.
Kebingungannya itu dia tumpahkan dalam unggahan di Instagram pribadinya @harrybasukitjahajapirnama.
Dia mengunggah tangkapan layar Sirekap yang menunjukan perolehan suara terbarunya hanya 7.788.
Sementara itu, dalam keterangan fotonya, dia menuliskan penilaian atas hasil real count KPU di Sirekap yang aneh.
"Wow ... KPU Real Countnya tiap hari turun terus ya bukan nambah. Dari 11.000 ke 8.000 an 2 hari terus jadi 7.000 an sekarang ya," tulis Harry, Rabu (21/2).
Dia mengaku heran mengapa Indonesia tidak menunjuk ahli IT yang mumpuni agar sistem pencatatan perolehan suara Pemilu 2024 tidak kacau.
"Dikoreksi sampai berapa kali? kayak di Indo gak ada orang IT canggih saja yang bisa buat system bagus. beraih dan transparan," ujarnya.
Pria yang maju sebagai Caleg dari PDIP itu pun lantas membandingkan perolehan suaranya dengan Ade Armando, caleg dari PSI.
Menurutnya, ada paradoksal yang terjadi pada perolehan suara dia dengan Ade yang maju di Dapil Jakarta II.
"Kalau di bandikan dengan Berita Ade Armando yang kaget suaranya naik tinggi banget ???? jadi mikir deh hehe ???? CNN : Ade Armando Kaget Suara di Real Count KPU Melejit dari 6.000 ke 95.000 Berita tgl; 16 Feb, jam 20.45," tuturnya.
Berdasarkan pantauan pukul 19.34 WIB, perolehan suara Harry 7.945. Sementara Ade mendapat 26.168 suara.
Sebelumnya, Politikus PSI itu kaget melihat hasil real count KPU yang memperlihatkan namanya mendapatkan suara tinggi di Dapil DKI Jakarta II di Pemilu 2024.
Ia kaget saat tahu meraup suara hingga 95 ribu pada Jumat siang. Padahal pagi hari suaranya masih 6.000.
"Maaf ya Bapak-bapak atau ibu-ibu KPU. Masa sih tiba-tiba suara pemilih saya naik ke 95 ribu? tadi pagi masih 6 ribu. Pasti salah nih. Maaf sekadar laporan," cuit Ade disertai emoticon senyum pada media sosial X, Jumat (16/2).
Ade Armando Suaranya Naik Hingga 400 Ribu
Terpisah, Ade Armando, Politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI), minta KPU tidak mempublikasikan hasil real count Pileg DPR di website sebelum ada kepastian data akurat.
Ade mengaku heran dengan perolehan suaranya yang berubah-ubah dari semula 6.000 bahkan sempat di angka 400 ribu.
"Saya sarankan KPU tidak memublikasi dulu hasil rekapitulasi suara pemilihan anggota DPR sebelum ada kepastian data yang akan ditampilkan akurat," kata Ade melalui akun X, Rabu (21/2). Unggahan itu telah diizinkan untuk dikutip.
Menurutnya, data yang tersaji di website KPU membingungkan. Ade khawatir jika tidak segera dibenahi, masyarakat sama sekali tidak percaya dengan data KPU.
Ia mencontohkan kasus suara miliknya di dapil DKI Jakarta II yang mencakup Jakarta Selatan, Jakarta Pusat dan Luar Negeri.
"Di website KPU, data jumlah pemilih saya terus berubah-ubah selama seminggu terakhir. Mula-mula 6 ribu, lantas meloncat ke 90 ribu tiba-tiba terus naik ke 100 ribu, 200 ribu. Bahkan dua hari yang lalu sempat jadi 400 ribu." katanya.
Ia mengaku bahagia jika memang meraih suara ratusan ribu. "Tapi itu di luar akal sehat," ujarnya.
Belakangan, ia menyebut suaranya justru turun. Ia menduga mulai ada pembenahan.
"Pagi ini tampaknya terjadi pembenahan besar-besaran sehingga suara pemilih saya turun menjadi 26 ribu. Pada pukul 12 turun lagi menjadi 24 ribu. Pada pukul 14.30 bahkan turun lagi jadi 23 ribu. Mudah-mudahan besok tidak terus turun sampai tinggal di bawah 10 ribu misalnya," katanya.
Ia mengaku mendengar persoalan itu tidak hanya terjadi di dapil Jakarta II, namun di banyak dapil lain.
Ade memahami data yang harus disajikan KPU sangat banyak. Menurutnya, masalah itu seharusnya sudah bisa diantisipasi sebelumnya.
"Tapi itu kan masalah yang seharusnya sudah bisa diantisipasi dan ditentukan jalan keluarnya sebelum publikasi real count dilakukan," katanya.
Menurutnya, situasi dapat menjadi chaos jika KPU memublikasikan data yang belum bisa dipastikan keakuratannya.
"Paling menakutkannya kalau lantas banyak tuduhan KPU memang sengaja berusaha mengacaukan jalannya penghitungan suara yang objektif," ujarnya.(sir)