Ada Tape Rasa Krispi dan Gurih di Bondowoso

Tape krispi, begitu orang menyebutnya. Makanan turunan dari tape yang dibanderol dengan harga berkisar Rp 18 ribu hingga Rp 20 ribu per pak ini menjadi salah satu makanan berbahan dasar tape yang kini laris di pasaran.

Dec 8, 2022 - 20:58
Ada Tape Rasa Krispi dan Gurih di Bondowoso
Dibondowoso, Ada Tape Rasa Krispi dan Gurih

NUSADAILY.COM – BONDOWOSO - Umumnya tape dikenal sebagai makanan dengan tekstur lembut dengan rasa yang legit. Namun, bagaimana jika tape justru terasa kriuk dan gurih?

Di tangan wanita bernama Nurul Hidayati (41) warga Desa Poncogati, Kecamatan Curahdami, Bondowoso ini, tape dengan tekstur lembut berhasil diolah menjadi cemilan kekinian yang kriuk dan gurih. Tentu, rasa khas tapenya tak hilang.

BACA JUGA : Driver Ojol di Bondowoso Cekcok dengan Kenalan Istri Berujung...

Tape krispi, begitu orang menyebutnya. Makanan turunan dari tape yang dibanderol dengan harga berkisar Rp 18 ribu hingga Rp 20 ribu per pak ini menjadi salah satu makanan berbahan dasar tape yang kini laris di pasaran.

Tak tanggung-tanggung tape krispinya ini, telah masuk dalam jajaran makanan yang dijual di Alfamart, pusat oleh-oleh di Malang, Situbondo, Kalimantan, Timor Leste, Halmahera, hingga California.

Terbaru, Nurul Hidayati tengah menjajalkan Tape krispinya ke salah seorang buyer asal Negeri Jiran.

“Ini saya baru saja persentasi melalui zoom, pada salah satu buyer asal Malaysia, jadi saya ikut Bussiness Matching yang difasilitasi oleh salah satu perbankan,” katanya pada BeritaJatim.com, Rabu (7/12/2022).

Tak hanya itu, tape krispi produksi GeHaelFood, buatannya pun terpilih menjadi 40 besar dari 2.091 produk lainnya se Indonesia dalam Indonesia Food Inovation, dari Kemenperin. Yakni, inovasi dari makanan yang berbahan dasar produk lokal yang diterima masyarakat

“Dari 40 ini akan diambil tiga orang untuk mendapatkan penghargaan. Jadi belum tahu kita dapat atau tidak, tapi mohon doanya,” urai wanita berusia 41 tahun ini.

Kini, omzetnya menjual tape krispi per bulan mencapai puluhan juta rupiah. Dia mengaku bahwa keberhasilannya tak lain karena promosi yang banyak dilakukan di media sosial.

Bahkan, di awal memulai bisnis tersebut pada 2019 lalu, tape krispinya itu justru dijual melalui reseller di luar Bondowoso. Dengan menggunakan sosial media sebagai media promosi. Seperti, YouTube, Instagram, Facebook.

“Dulu orang di luar Bondowoso tiap kali ke Bondowoso mencari tape krispi. Hingga akhirnya toko oleh-oleh di Bondowoso mencari kami,” urainya.

Selain itu, dirinya juga memberdayakan resellerr hingga saat ini. Belajar dari YouTube

Wanita yang pernah menjadi bagian farmasi di Rumah Sakit Bhayangkara Bondowoso itu, mengaku, bahwa tape krispi buatannya ini merupakan hasil belajar melalui YouTube. Bukan resep turun menurun.

Kendati sebenarnya, perlu waktu hingga delapan bulan hingga tape krispinya benar-benar berhasil dan memiliki rasa yang khas seperti saat ini.

Saat awal memulai bisnis tersebut pada tahun 2019 lalu, tape krispi buatannya hancur dan teksturnya keras.

Namun dia tak mau menyerah. Kemudian, dengan mendapatkan bantuan peralatan dari Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan pada Mei 2019, wanita yang memiliki suami TNI itu, terus belajar.

Bahkan, dirinya rela belajar ke Blitar untuk mengetahui cara menggunakan vacuum frying sebagai alat menggoreng tape.

Menurutnya, membutuhkan waktu satu bulan untuk bisa mengetahui teknik menggoreng dengan vacuum frying.

Vacuum frying memang biasanya digunakan sebagai alat penggorengan bahan makanan yang mengandung air, termasuk tape.

BACA JUGA : Driver Ojol di Bondowoso Cekcok dengan Kenalan Istri Berujung...

Usai belajar, dia langsung mulai melanjutkan proses produksi lagi. Kemudian dia membeli bahan dasar tape di pedagang Bondowoso sekaligus menyiapkan kemasannya.

Di awal, dirinya hanya mampu memproduksi per hari 60 pak. Karena keterbatasan alat Vacuum frying yang hanya berkapasitas 15 kilogram.

Karena orderan kian meningkat, dirinya pun meng-upgrade alat-alatnya, dengan Vacuum Frying berkapasitas 30 kilogram. Dari jumlah itu, bisa menghasilkan 300-500 pak per hari.

Suksesnya produk turunan tape buatannya ini, membuka peluang lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar.

Walaupun sebenarnya, kata Nurul, ia hanya mempekerjakan empat orang saja. Untuk, dua orang bagian produksi, dan satu orang untuk bagian pengemasan.

“Sekarang di bagian pengemasan itu sedang sakit, makanya kami merekrut dua orang lagi,” terangnya.

Selain itu, dirinya juga memberdayakan produk tape lokal di wilayahnya. Karena, dirinya memiliki standart khusus tape yang akan dijadikan bahan dasar.

Seperti, harus tape yang terbuat dari singkong mentega. Kemudian, tapenya harus yang keset.

“Yang penting yang tidak berair. Kita pakai yang keset, kalau berairnya Bondowoso itu kan lembek banget tapi keliatan benyek,” pungkasnya.(ris)