Ada Prostitusi dan Penginapan Esek-esek di Wilayah Tlogomas Malang, Warga Sekitar Lakukan Penolakan

Sejumlah spanduk yang menunjukkan bentuk penolakan prostitusi terpampang di sini. Spanduk berisi tuntutan penutupan guest house dan hotel terpasang di taman, depan rumah warga hingga gapura perumahan.

May 15, 2023 - 23:41
Ada Prostitusi dan Penginapan Esek-esek di Wilayah Tlogomas Malang, Warga Sekitar Lakukan Penolakan
Warga Tlogomas Kota Malang memasang spanduk penolakan prostitusi di hotel esek-esek (Foto: M Bagus Ibrahim/detikJatim)

NUSADAILY.COM – MALANG - Adanya prostitusi dan penginapan esek-esek di wilayah Tlogomas, Lowokwaru, Kota Malang mendapat penolakan dari warga sekitar. Para warga memasang spanduk hingga mengirim surat ke Wali Kota Malang untuk menghentikan praktik prostitusi ini.

Sejumlah spanduk yang menunjukkan bentuk penolakan prostitusi terpampang di sini. Spanduk berisi tuntutan penutupan guest house dan hotel terpasang di taman, depan rumah warga hingga gapura perumahan.

BACA JUGA : Tim Gagak Hitam Satpol PP Kota Tangsel Gerebek 2 Indekos...

"Warga RW 08 dan Jamaah Masjid Menolak !!!

Kegiatan prostitusi di wilayah RW 08 serta menuntut penutupan operasional Reddorz dan Smart Hotel Tlogomas. Jam'iyyah NU Ranting Tlogomas, PKK RW08, Masjid AR Rahmat, Masjid Al Ghozali, Kelurahan Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang," isi spanduk, Minggu (14/5/2023).

"Warga Tlogomas dan Sekitarnya Menolak...!!! Adanya kegiatan esex-esex (Mbalon) ndek Tlogomas!!!

Mbalon'o ndek kampungmu dhewe cok!!!

Ojok salahno lek muda-mudi Tlogomas bertindak anarkis, lek sek pancet yo digasss ae," isi spanduk lain yang terpasang di wilayah RW 08.

Salah satu Tokoh Agama RW 08, Ibnu Samsul Huda menyebut, spanduk ini dipasang warga yang merasa resah dengan aktivitas Reddoorz dan Smart Hotel. Mereka menduga ada kegiatan prostitusi di dua penginapan yang berada di Jalan Koral itu.

"Kami dari warga RW 08 dan jemaah masjid memasang spanduk di 5 titik sejak Jumat (12/5/2023) lalu, kemudian remaja Tlogomas memasang spanduk di 2 titik dengan bahasa malangan pada Sabtu (13/5/2023)," ujarnya saat dihubungi awak media pada Minggu (14/5/2023).

Dugaan warga ini berawal dari banyaknya perempuan berpakaian minim dan bertato yang keluar masuk hotel.

"Pemasangan spanduk itu, karena sebenarnya warga sudah lama menduga ada kegiatan prostitusi, karena banyak cewek berkeliaran hampir 24 jam dengan pakaian minim dan bertato. Baru Selasa (9/5/2023) lalu, kami mendapat temuan yang memperkuat dugaan kami," bebernya.

"Dari perwakilan warga dan pihak penginapan dipertemukan oleh Bu Lurah dan mendapat kesepakatan penginapan tidak boleh beraktivitas sementara. Tapi pada kenyataannya di hari Kamis (11/5/2023) penginapan tetap buka dan malamnya lebih ramai," terang Ibnu.

Ibnu mengatakan, warga sudah lama menduga bahwa Reddoorz dan Smart Hotel di Jalan Koral itu kerap kali digunakan untuk aktivitas prostitusi. Warga baru memastikan dugaan itu usai terjadi insiden pada Selasa (9/5/2023) lalu.

"Kejadian hari Selasa (9/5/2023) itu ada satu pelanggan dipukuli satpam dan diduga muncikarinya beberapa orang," ujar Ibnu.

Berdasarkan penelusuran warga, diketahui peristiwa itu bermula dari aksi kejar-kejaran seorang perempuan dan laki-laki yang keluar dari salah satu penginapan tersebut. Laki-laki yang dikejar itu berlari hingga masuk perumahan atau pemukiman warga.

"Laki-laki yang kabur itu ditangkap satpam dan beberapa pria yang diduga mucikari. Saat ditanya kepada perempuan yang mengejar, dia bilang pria ini tidak mau membayar. Dari perempuan itu tidak mengatakan jelas (tidak membayar apa)," terang Ibnu.

"Nah dari informasi yang warga dapat, ada yang menyampaikan jika perempuan (penyedia jasa prostitusi) dan pria (pelanggan) ini berada di satu kamar. Saat si perempuan cuci di kamar mandi, si pelanggan ambil uang yang sudah dibayarkan, jadi bayar Rp 300 ribu yang diambil Rp 100 ribu dan lari keluar," sambungnya.

Lebih lanjut, ketika warga menanyakan permasalahan tersebut, pihak penginapan mengatakan, pria yang kabur dan berhasil ditangkap itu telah melakukan pencurian. Mendapat keterangan itu, warga merasa ada yang janggal karena setelah ditangkap pria itu dilepaskan begitu saja.

"Harusnya kalau memang melakukan pencurian kan diproses hukum. Ini malah dilepaskan begitu saja. Dari situ, warga semakin yakin bahwa penginapan itu digunakan sebagai tempat jual jasa prostitusi. Kalau kata orang-orang penginapan dibagian barat itu digunakan untuk jasa prostitusi dan utara untuk check in pasangan," kata Ibnu.

Salah satu warga yang tinggal didepan penginapan itu juga merasa terganggu dengan tingkah laku sejumlah orang yang beraktivitas pada tengah malam hingga pagi di depan rumahnya.

"Bu Eko yang tinggal di depan penginapan persis, itu halamannya dipakai nongkrong anak-anak itu (teman maupun penghuni penginapan) semalam suntuk biasanya. Bahkan Bu Eko sampai mblender cabai agar halamannya tidak dipakai duduk anak-anak itu," jelasnya.

Selain itu, warga sendiri mempertanyakan izin dari dua penginapan tersebut. Sebab, selama ini yang diketahui warga izin dari dua tempat itu adalah untuk kos-kosan bukan penginapan. Tapi berjalannya waktu, izin mendadak berubah menjadi penginapan.

Akhirnya, warga mengirim surat aduan ke Wali Kota Malang sebagai pihak yang memiliki kewenangan untuk melakukan penutupan sekaligus mencabut izin operasional hotel atau penginapan di Kota Malang.

"Kita sudah mengajukan surat kepada Wali Kota Malang. Saat ini kita menunggu keputusannya, alasan ini juga yang membuat kami mengurungkan niat untuk demo dan memilih memasang spanduk tuntutan," ujar Ibnu. (ros)