Seru! Gasdeso di Desa Jiken Kabupaten Blora Diwarnai Perang Nasi

Perang nasi itu dilakukan di bawah pohon Meh usai sesepuh desa membacakan doa. Mereka saling lempar sebagai simbol kebahagiaan atas nikmat kepada Tuhan yang diterima warga.

Mar 6, 2023 - 17:57
Seru! Gasdeso di Desa Jiken Kabupaten Blora Diwarnai Perang Nasi
Aksi perang nasi dalam acara Gasdeso (sedekah bumi) di Desa/Kecamatan Jiken, Kabupaten Blora, Minggu (5/3/2023). (Foto: dok. istimewa)

NUSADAILY.COM – BLORA - Prosesi sedekah bumi digelar warga Desa Jiken, Kecamatan Jiken, Kabupaten Blora. Menariknya, tradisi bernama Gasdeso itu diwarnai dengan 'perang nasi'.

Perang nasi itu dilakukan di bawah pohon Meh usai sesepuh desa membacakan doa. Mereka saling lempar sebagai simbol kebahagiaan atas nikmat kepada Tuhan yang diterima warga.

"Tradisi sedekah bumi ada istilahnya manganan. Habis didoakan Mbah Modin, barulah perang nasi. Katanya ngalap berkah," jelas salah seorang warga setempat, Syifaun Niam, Minggu (5/3/2023).

Niam mengatakan tradisi unik ini sudah dilakukan turun temurun dan tidak pernah ditinggal ketika Gasdeso. Masyarakat pun antusias mengikuti tradisi manganan di bawah pohon Meh.

BACA JUGA : Tradisi Sedekah Bumi Jelang Musim Tanam Masih Terjaga di...

"Sekarang tempatnya beda. Dulu di tempatnya Pak Kamituwo (Kepala Dusun), mulai tahun ini ditempatkan di lapangan, di bawah pohon Meh itu," terangnya.

Sesepuh desa, Mbah Modin Munib memaparkan, aksi itu dilakukan dengan suka cita, tidak dengan kemarahan. Perang nasi itu dilakukan bukan untuk menyia-nyiakan nasi yang diperoleh dari panen, namun untuk meneruskan tradisi yang telah berlangsung sejak lama, yang dilakukan sekali dalam setahun.

"Niatnya tidak bertengkar. Niatnya memang senang. Tradisi ini sudah berlangsung sangat lama, sudah ada sejak saya belum lahir," jelas Mbah Munib.

Mereka saling lempar untuk mencurahkan kebahagiaan dan syukur atas nikmat yang telah didapatkan warga desa. Kata Munib, ini sebagai tanda syukur bahwa bumi yang ditempati masih memberikan berkah, masih memberikan tanaman yang subur, juga masih memberikan ketenangan.

"Ampun salah pengertian (Jangan salah memahami) bahwa kita memuja pohon, ampun nggih. Meskipun kita berdoanya di bawah pohon, yang penting kita tetap nyuwun Gusti Allah," jelas Mbah Modin sebelum memulai doa.

Sebelumnya, warga telah mempersiapkan nasi yang telah dibungkus dengan daun jati untuk dibawa dan dikumpulkan jadi satu di bawah pohon meh yang berukuran besar itu.

Tidak ada ketentuan khusus saat membawa nasi bungkus, masyarakat bisa menyajikan dengan berbagai lauk sesuai kemampuannya.

Setelah Mbah Modin membacakan doa, warga pun saling mengambil nasi yang telah ditumpuk sebelumnya. Selain sebagai bahan saling lempar, nasi bungkus juga untuk dibagikan ke masyarakat yang hadir. Agar saling merasakan berkat antara satu warga dengan warga lain.

Kegiatan dilanjutkan dengan doa bersama. Masyarakat yang hadir dengan pakaian keseharian tampak khidmat mengikutinya. Beberapa hiburan juga ditampilkan untuk menghibur masyarakat. Seperti dengan dangdut, barongan, pengajian dan lain-lainnya. (ros)