Sejarah dan Kiprah Dewan Dakwah Islamiyah, Gerakan Dakwah yang Dipandegani M Natsir

Selain Natsir, tokoh-tokoh eks aktivis Partai Masyumi seperti Mohammad Roem, Mr Sjafroedin Prawiranegara, Rasjidi, Mr. Burhanuddin Harahap, Prawoto Mangkusasmito hingga Kasman Singodimedjo dan lainnya ikut berkecimpung mendirikan organisasi tersebut.

Apr 24, 2023 - 15:12
Sejarah dan Kiprah Dewan Dakwah Islamiyah, Gerakan Dakwah yang Dipandegani M Natsir

NUSADAILY.COM – JAKARTA – Muhammad Natsir, Perdana Menteri pertama Indonesia berbicara soal semangat pendirian organisasi Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) atau dikenal dengan Dewan Dakwah.

Natsir merupakan sosok sentral di balik pendirian DDII. DDII diresmikan oleh beberapa alim ulama di Jakarta pada pertemuan halal bihalal di Masjid Munawaroh Tanah Abang Jakarta Pusat pada Februari 1967 lalu.

"Dewan Dakwah dibentuk sebagai mesin pembangkit tenaga listrik yang ditempatkan di belakang rumah, dalam suatu tempat yang dirancang khusus di bawah tanah, supaya tidak menimbulkan kebisingan. Fungsi ini membuat Dewan Dakwah dapat menerangi umat tanpa menimbulkan suara berisik dan polusi yang bersifat politis."

Selain Natsir, tokoh-tokoh eks aktivis Partai Masyumi seperti Mohammad Roem, Mr Sjafroedin Prawiranegara, Rasjidi, Mr. Burhanuddin Harahap, Prawoto Mangkusasmito hingga Kasman Singodimedjo dan lainnya ikut berkecimpung mendirikan organisasi tersebut.

Forum kemudian disepakati DDII berbentuk yayasan yang tujuannya menggiatkan dan meningkatkan mutu dakwah Islam di Indonesia.

Sekretariat dan pengelolaan kegiatan lembaga DDII sampai saat ini dipusatkan di gedung yang beralamat di Jalan Kramat Raya No 45, tidak lain bekas kantor Partai Masyumi ketika masih berjaya dulu.

M Natsir menjadi pemimpin pertama organisasi ini sampai akhir hayatnya di tahun 1993.

Thohir Luth dalam bukunya berjudul 'M Natsir, Dakwah dan Pemikirannya' (1999) mengatakan pembentukan DDII kala itu sebagai strategi baru Natsir memperjuangkan dakwah Islam setelah Partai Masyumi dibubarkan pada era Sukarno dan sulit dihidupkan kembali pada awal era Orde Baru.

Radjab Ranggosali, seorang tokoh Masyumi yang dekat dengan M Natsir mengungkapkan kesaksian Natsir "bila jalur parpol tak bisa, akan tetapi, perjuangan Islam tak boleh berhenti". Natsir berpandangan organisasi dakwah dianggap fleksibel sebagai sarana perjuangan umat Islam.

Terlepas ada kesan dari pihak lain yang mencoba mengaitkan independensi DDII dan warisan Masyumi, para pendiri telah mencoba menanamkan doktrin DDII. Dalam dokumen yayasan dijelaskan DDII didirikan atas dasar terwujudnya tatanan masyarakat yang Islami berdasarkan takwa dan keridaan Allah.

DDII juga memiliki misi menggiatkan dan meningkatkan mutu dakwah, menyebarkan pemikiran Islam yang bersumber dari Alquran dan Sunah, Membendung pemurtadan, ghazwul-fikri atau perang pemikiran dan harakah haddamah atau gerakan penyesatan serta menyiapkan juru dakwah.

Saat awal didirikan, DDII fokus melakukan program pembinaan kader, program kemasyarakatan serta menyebarluaskan perwakilan DDII ke seluruh penjuru Tanah Air.

DDII memiliki tiga poros dakwah dalam gerakannya, yakni: masjid, kampus, dan pondok pesantren.
Di bidang pengkaderan dan dakwah, DDII kerap melakukan penataran para imam, katib, pengurus masjid dan musala, remaja masjid hingga dakwah di kampus-kampus dengan menggandeng mahasiswa.

Burhanuddin Muhtadi dalam bukunya 'Dilema PKS' (2012) menjelaskan DDII pada awal-awal berdiri memilih masjid-masjid di kampus sebagai aktivitas gerakan sosial Islam. Mereka mulai menggalang forum kajian Islam yang berpusat di masjid-masjid kampus Universitas Indonesia, Universitas Airlangga Surabaya, Universitas Gajah Mada Yogyakarta, dan kampus-kampus di Makassar dan Padang.

DDII juga memprakarsai rekrutmen para pemimpin mahasiswa Muslim dari pelbagai latar belakang universitas untuk dididik dan dilatih sebagai pengajar agama untuk kegiatan di masjid.

Tak hanya itu, Natsir merancang Dakwah Bi Al-Kitabah atau dakwah melalui penyebaran tulisan dan pemikiran yang diorganisasi oleh DDII. Strategi ini dengan menyebar brosur sampai majalah atau buku-buku yang ditulisnya sendiri maupun orang lain.

Targetnya pun beraneka ragam. Semisal majalah 'Media Dakwah' yang dititikberatkan sebagai konsumsi golongan terpelajar dan menengah. Kemudian majalah 'Suara Masjid' yang isinya lebih difokuskan untuk konsumsi awam, berisi uraian-uraian tentang tafsir, hadis, dan lain-lain. Ketiga, 'Serial Kutbah Jumat' yang memuat bahan kutbah untuk para dai dan masyarakat luas.

Usaha yang ditempuh DDII efektif mempengaruhi terutama kalangan akademisi dan aktivis dalam meyakini jalur dakwah sebagai jawaban rasa frustrasi politik Islam terhadap modernisasi pembangunan rezim militer Soeharto.

Dalam laman resminya, DDII juga rutin mengirim dan memberikan rekomendasi kepada ribuan mahasiswa yang menimba ilmu di Timur Tengah, Amerika, Eropa, dan Malaysia.

Para kader DDII yang menimba ilmu di luar negeri itu yang aktif berkiprah di tengah masyarakat, baik sebagai dosen, politisi, guru, maupun pimpinan Lembaga Pendidikan Islam.

M Imdadun Rahmat dalam bukunya berjudul "Ideologi Politik PKS: Dari Masjid Kampus Ke Gedung Parlemen" (2009) menjelaskan DDII menjadi lembaga Islam pertama yang berupaya serius dan terorganisasi pengiriman mahasiswa ke kawasan Timur Tengah untuk menimba ilmu.

Imdadun mengatakan DDII menjadi agen utama untuk distribusi beasiswa dari Rabithah Alam Islami yang didukung dana oleh Arab Saudi untuk belajar di Timur Tengah. Guna memudahkan hubungan dengan Arab Saudi. Hingga tahun 2004, DDII telah mengirim sebanyak 500 mahasiswa ke Timur Tengah dan Pakistan.

Dalam laman resminya tercatat sekitar 800 masjid yang telah didirikan DDII yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Keluarga besar DDII juga mengelola ribuan pondok pesantren, sekolah, dan perguruan tinggi. DDII juga telah mendirikan 25 Kampus Akademi Dakwah Indonesia (ADI) di beberapa daerah.

Saat ini, DDII masih menjadi anggota Rabithah Alam Islami di Makkah, International Islamic Charitable Organization (IICO) di Kuwait, dan Muzadhomah ad-Da'wah wal-Ighatsah al-Alamiyah di Cairo. Juga, Dewan Da'wah menjadi partnership dari Zakat House Kuwait dan al-Syaikh Abdullah an-Nury Foundation Kuwait.

Jumlah kepengurusan DDII telah tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Kini organisasi ini dipimpin oleh Adian Husaini sebagai ketua umum.(cnn/han)