Sejarah dan Kiprah Mathla'ul Anwar, Ormas Islam yang Didirikan Para Ulama dari Banten

Mathla'ul Anwar berdiri pada tahun 1916 atau 29 tahun sebelum Indonesia merdeka. Cikal bakal organisasi awalnya berasal perjuangan para ulama Banten mendirikan sebuah madrasah di Menes, Banten.

Apr 24, 2023 - 15:03
Sejarah dan Kiprah Mathla'ul Anwar, Ormas Islam yang Didirikan Para Ulama dari Banten

NUSADAILY.COM – JAKARTA – Sabtu, 8 Agustus 2015, delapan tahun lalu. Presiden Jokowi dan beberapa Menterinya, hadir dalam rangka peringatan puncak satu abad organisasi Islam terbesar di wilayah Banten Mathla’ul Anwar.

Tak kurang dari Ribuan warga dan simpatisan Mathla'ul Anwar berduyun-duyun meramaikan Alun-alun Kabupaten Pandeglang, Banten.

"Sebagai ormas terbesar dan tertua di tanah air, Mathla'ul Anwar memiliki modal sosial dan kultural yang besar bagi mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia," ucap Jokowi di hadapan jemaah Mathla'ul Anwar kala itu.

Mathla'ul Anwar berdiri pada tahun 1916 atau 29 tahun sebelum Indonesia merdeka. Cikal bakal organisasi awalnya berasal perjuangan para ulama Banten mendirikan sebuah madrasah di Menes, Banten.

Yon Machmudi dalam bukunya 'Sejarah dan Profil Ormas Islam di Indonesia' (2013) menjelaskan pendirian Mathla'ul Anwar digagas oleh ulama Banten yang memiliki latar belakang pendidikan pesantren tradisional.

Para ulama mendirikan organisasi modern ini untuk mengusir penindasan penjajah Belanda melalui kegiatan dakwah dan pendidikan.

Mathla'ul Anwar didirikan oleh Mas Abdurachman, KH Tubagus Muhammad Sholeh, KH Entol Muhammad Yasin, KH Abdul Mu'thi, Kiai Soleman Cibinglu, KH Daud, Kiai Rusydi, Kiai Entol Danawi, dan KH Mustaghfiri.

Para ulama ini menentang politik etis yang digagas oleh Ratu Belanda tahun 1901 karena dapat menghancurkan pesantren-pesantren tradisional. Politik etis kala itu dianggap para ulama membawa sekularisasi dan westernisasi melalui sekolah-sekolah bentukan Belanda. Para ulama lantas berencana membentuk lembaga pendidikan Islam yang mampu mengimbangi lembaga pendidikan sekuler.

Pertemuan para ulama Banten itu dilakukan pada tanggal 10 Juli 1916 di rumah Tubagus Sholeh. Para ulama yang hadir lantas meminta kesediaan murid dari imam Masjidil Haram Syekh Nawawi Al-Bantani, Mas Abdurachman untuk memimpin madrasah.

Singkat cerita, para kiai mengusulkan nama lembaga pendidikan itu diberi nama "Mathla'ul Anwar" atau Mat 'la 'al- Anwar, dalam bahasa Arab yang artinya 'sumber cahaya'.

Madrasah ini kemudian diketuai oleh KH Entol Yasin sementara direktur pendidikan dipegang oleh Mas Abdurachman dan Tubagus Soleh menjabat sebagai penasehat.

Mathla'ul Anwar lantas memasifkan gerakan pendidikannya di berbagai penjuru kawasan Banten dan daerah sekitarnya.

Pada tahun 1929, Mathla'ul Anwar menginisiasi madrasah khusus untuk anak perempuan. Ini dikarenakan Mathla'ul Anwar menolak mengintegrasikan kelas perempuan dengan kelas laki- laki. Untuk menyiasatinya maka bangunan madrasah untuk laki-laki dibuat berada di luar area komplek pendidikan.

Terhitung pada tahun 1930-an Mathla'ul Anwar berhasil mendirikan ratusan madrasah di beberapa daerah, khususnya Pandeglang, Lebak, Serang, Tangerang, Bogor, Karawang dan Lampung.

Pada tahun 1936 diadakan Kongres (Muktamar) Mathla'ul Anwar pertama digelar di Menes, Banten. Muktamar ini menetapkan Mathla'ul Anwar sebagai perhimpunan yang diketuai pertama oleh Moh. Yasin.

Kini, lembaga pendidikan yang dimiliki oleh Mathla'ul Anwar berjenjang dari tingkat Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah hingga Aliyah. Mathla'ul Anwar memiliki lebih dari 50 jaringan perguruan di luar pengurus wilayah. Mathla'ul Anwar juga memiliki sebuah Universitas di Pandegelang, Banten dengan nama Universitas Mathla'ul Anwar Banten. UNMA (Universitas Mathla'ul Anwar).

Tokoh Mathla'ul Anwar yang masih keturunan dari Mas Abdurachman, Jaladudin dalam Yon Machmudi di bukunya 'Sejarah dan Profil Ormas Islam di Indonesia' (2013) mengatakan Mathla'ul Anwar memegang sikap moderat dalam menjalankan ajaran Islam.
Jaladudin berpendapat pemikiran dan ajaran Mathla'ul Anwar berlandaskan pada ajaran Ahlussunah wal Jamaah. Namun dalam hal beragama tidak terpaku pada satu mazhab saja.

Baginya, terpenting bagi anggota dan pengikut Mathla'ul Anwar mengetahui sebab musababnya suatu hukum wajib, sunah dan haram. Semisal dalam menggunakan kunut, pihaknya tidak mempersoalkan apakah anggotanya memakai kunut atau tidak. Begitu pula dalam masalah tahlilan memberikan kebebasan kepada para anggotanya melaksanakan tahlilan ataupun tidak.

Sikap moderat Mathlaul Anwar juga bercermin dari pernyataan Ketua Umum Pengurus Besar Mathlaul Anwar (PBMA) KH Embay Mulya Syarief. Embay, dalam pernyataannya di acara Pusat Media Damai (PMD) Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Agustus 2022 lalu mengatakan sangat jelas sila-sila yang ada pada Pancasila mengacu kepada beberapa ayat Al-Quran.

Karena itu, sangat disayangkan jika bangsa Indonesia justru dipecah belah dengan narasi dengan kemasan agama yang keliru.

"Sudah jelas bahwa Pancasila itu mengacu kepada beberapa ayat Al-Quran. Jangan sampai bangsa kita ini dipecah belah dengan menggunakan kemasan agama, karena agama itu menyatukan, bukan memecah belah," kata Embay kala itu.

Secara umum daerah basis utama pengikut Mathla'ul Anwar berada di Banten, Jawa Barat dan Lampung. Meski demikian, penyebaran anggota Mathla'ul Anwar kini sudah meluas hampir di provinsi di Indonesia.

Pada rapat pleno Pengurus Besar Mathlaul Anwar (PBMA) periode 2015-2020 di Masjid Istiqlal Jakarta pada 29 November 2015 lalu, para pengurus sempat menargetkan Mathlaul Anwar sebagai Ormas Islam nomor tiga terbesar di Indonesia setelah Nahdhatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.

Sejumlah pejabat negara tercatat menduduki jabatan di Pengurus Besar Mathla'ul Anwar Masa Bakti 2021-2026 saat ini.

Di antaranya ada nama Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Wiranto menduduki Ketua Dewan Penasihat. Plt Ketua Umum PPP sekaligus Utusan Khusus Presiden Bidang Kerja Sama Pengentasan Kemiskinan dan Ketahanan Pangan Muhamad Mardiono duduk sebagai Wakil Ketua Dewan Penasihat.

Kemudian ada nama Mantan Menteri Agama Fachrul Razi, Wakil Ketua DPR Rachmat Gobel, Anggota DPR Tb Hasanuddin dan Tb Ace Hasan Syadzili, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno duduk sebagai anggota dewan penasihat.(cnn/han)