Problematika Pendidikan di Indonesia Bagian Timur

Oleh: Samsul Arifin, S.Pd.,Gr.

Sep 5, 2023 - 00:30
Problematika Pendidikan di Indonesia Bagian Timur

PENDIDIKAN merupakan salah satu jalan meraih kesuksesan, baik kesuksesan di bidang profesi maupun di dalam bersosialisasi. Melalui pendidikan seseorang dapat menggali potensi yang dimilikinya. Melalui pendidikan pula seseorang dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, serta kebiasaan positifnya.

 

Pendidikan dapat dilakukan secara formal, informal, dan non-formal. Pendidikan formal dilakukan di sekolah sejak anak usia dini hingga pendidikan tinggi. Pendidikan informal diperoleh dari lingkungan keluarga dan masyarakat, misalnya pendidikan budi pekerti, etika, dan sopan santun. Pendidikan non-formal dapat dilaksanakan melalui lembaga kursus, antara lain kursus komputer, kursus bahasa asing, dan kursus seni musik.

 

Pendidikan yang baik memerlukan dukungan dari berbagai pihak. Pendidikan di bagian timur Indonesia telah mendapatkan dukungan dari Dinas Pendidikan dan Pemerintah Pusat. Dukungan berupa bantuan berupa sarana dan prasarana telah diberikan kepada sekolah. Selain itu pemerintah telah memberikan komputer dan jaringan internet. Bahkan  genset juga diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan listrik di sekolah. Dan yang tidak kalah penting, pemerintah memberikan buku pegangan belajar dan buku bacaan untuk meningkatkan literasi. Gedung sekolahpun dilengkapi dengan ruang UKS, asrama sekolah, dan tempat MCK (mandi, cuci, kakus).

 

Akan tetapi, peningkatan kualitas pendidikan tidak hanya sebatas pada dukungan sarana dan prasarana. Ketika telah diberikan komputer dan jaringannya, apakah guru-guru telah memahami cara mengoperasikannya? Masih banyak guru yang belum memahami cara penggunaannya, apalagi jika terjadi kesalahan. Untuk mendukung kemanfaatan bantuan komputer, diperlukan guru atau tenaga IT (Information and technology) yang mengajarkan penggunaan komputer.

 

Bantuan genset sangat diperlukan di wilayah Timur Indonesia, terutama di daerah terpencil. Akan tetapi, genset yang tersedia hanya digunakan pada malam hari sebagai alat penerangan dan pengisian baterai handphone. Dengan demikian, pemanfaatan genset belum memaksimalkan upaya mewujudkan pendidikan yang berkualitas.

 

Bantuan buku pegangan belajar diberikan ke sekolah dalam jumlah terbatas. Hal ini mengakibatkan buku tersebut hanya digunakan pada saat siswa belajar di sekolah. Buku pegangan belajar yang tersedia belum mampu memfasilitasi siswa belajar secara mandiri.

 

Lain halnya dengan buku bacaan yang dimaksudkan untuk meningkatkan literasi. Buku bacaan dipinjamkan kepada siswa dan boleh dibawa pulang. Akan tetapi, buku kembali dalam kondisi yang memprihatinkan (misal: rusak, sebagian halaman hilang). Bahkan banyak buku yang tidak dikembalikan atau hilang.

 

Pembangunan MCK tanpa disertai penyediaan air. Kebutuhan air pada tempat MCK hanya terpenuhi ketika musim hujan. Ketika musim kemarau tiba, tempat MCK tidak lagi bisa digunakan.

 

Permasalahan utama pendidikan di bagian timur Indonesia, khususnya di daerah terpencil adalah kemampuan guru yang masih rendah. Masih banyak guru yang enggan atau tidak termotivasi meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dengan memanfaatkan platform-platform pendidikan. Selain itu, kondisi lingkungan kurang mendukung, misalnya  jaringan internet hanya terjangkau di tempat tertentu bahkan jauh dari lingkungan sekolah. Guru harus ke kota, meninggalkan sekolah untuk menyelesaikan administrasi atau kegiatan lain secara daring. Akibatnya, siswa tidak mendapatkan pembelajaran secara maksimal.  

 

Banyak orang tua yang tidak memahami pentingnya pendidikan. Orang tua kurang mendukung atau memotivasi anaknya untuk bersekolah. Masih banyak orang tua yang kurang memotivasi anaknya untuk melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi. Orang tua hanya menyekolahkan anak sampai pendidikan dasar saja, sama seperti dirinya.

 

Kendala lain dalam menyekolahkan anak adalah faktor ekonomi keluarga. Banyak anak yang putus sekolah karena kondisi ekonomi keluarga yang tidak memadai. Setelah lulus sekolah dasar, anak dituntut mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

 

Selain itu, jarak antara tempat tinggal dan sekolah sangat jauh. Anak harus menempuh perjalanan yang sangat jauh untuk sampai ke sekolah. Hal ini memerlukan waktu dan tenaga yang cukup banyak. Oleh karena itu, kadang-kadang siswa enggan bersekolah, sehingga masih banyak anak yang buta aksara, belum bisa membaca dan menulis.

 

Di beberapa sekolah, rasio guru dan siswa tidak seimbang. Banyak guru di sekolah tidak seimbang dengan banyak siswa. Bahkan sekolah yang mempunyai dua orang guru, sedang jumlah siswanya sangat banyak. Hal ini mengakibatkan proses pembelajaran tidak berjalan tidak efektif.

 

Permasalahan pendidikan di Indonesia bagian timur (utamanya di daerah terpencil) mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM). Padahal SDM yang  berkualitas sangat diperlukan untuk membangun wilayah timur Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan atau penanganan yang lebih komplek di bidang pendidikan.

 

Bagaimana cara memahamkan pentingnya pendidikan kepada para orang tua? Bagaimana mengatasi hambatan anak untuk bersekolah? Bagaimana meningkatkan motivasi guru untuk selalu meningkatkan kompetensinya? Ini adalah PR bagi pemerintah, bagi pemangku kepentingan dalam dunia pendidikan, dan bagi kita semua pihak. Ini demi kemajuan pendidikan dan pemerataan kualitas pendidikan di Indonesia. (****)

 

Penulis adalah mahasiswa Magister Pendidikan Matematika Universitas PGRI Kanjuruhan Malang, sekaligus Guru SMPN 1 Kais – Kabupaten Sorong Selatan. Tulisan ini disunting oleh Dr. Sulistyani, M.Pd., dosen Universitas Nusantara PGRI Kediri dan anggota PISHI