Israel Frustrasi AS Hentikan Pengiriman Senjata untuk Perang di Rafah

Presiden AS Joe Biden tidak bisa mengatakan bahwa dia adalah mitra kita dalam tujuan untuk menghancurkan Hamas (dalam perang Gaza) sementara di sisi lain menunda sarana (pengiriman senjata) yang dimaksud untuk menghancurkan Hamas," kata Erdan dalam wawancara di Channel 12 News Israel, dikutip Reuters, Rabu (8/5).

May 9, 2024 - 06:35
Israel Frustrasi AS Hentikan Pengiriman Senjata untuk Perang di Rafah

NUSADAILY.COM – TEL AVIV - Israel frustrasi terhadap keputusan Amerika Serikat yang menghentikan pengiriman senjata untuk perang di Rafah.

Duta Besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan mengaku tidak percaya dengan keputusan AS tersebut. Ia bahkan menyebut keputusan itu sangat mengecewakan dan membuat frustrasi.

Presiden AS Joe Biden tidak bisa mengatakan bahwa dia adalah mitra kita dalam tujuan untuk menghancurkan Hamas (dalam perang Gaza) sementara di sisi lain menunda sarana (pengiriman senjata) yang dimaksud untuk menghancurkan Hamas," kata Erdan dalam wawancara di Channel 12 News Israel, dikutip Reuters, Rabu (8/5).

Amerika Serikat menghentikan pengiriman bom ke Israel setelah pasukan Zionis menyerbu Rafah, kota di selatan Jalur Gaza Palestina, pada Selasa (7/5) pagi.

"Kami utamanya fokus pada penggunaan akhir bom seberat 2.000 pound dan dampaknya terhadap pemukiman padat penduduk seperti yang telah kami lihat di bagian-bagian lain Jalur Gaza," kata seorang pejabat AS, seperti dikutip CNN.

Pengiriman amunisi itu disebut telah dihentikan sejak pekan lalu. Amunisi tersebut terdiri dari 1.800 bom seberat 2.000 pound dan 1.700 bom seberat 500 pound.

Penghentian pengiriman bom ini terjadi di saat pasukan Israel semakin gencar melancarkan serangan ke Rafah, meski dilarang Amerika Serikat.

Pejabat-pejabat Israel sejak beberapa minggu lalu menyatakan bahwa mereka bakal tetap menyerang Rafah, seiring dengan tujuan akhir mereka yakni membasmi Hamas.

AS di sisi lain mendesak agar Israel memastikan perlindungan bagi jutaan warga sipil yang mengungsi di Rafah dan melakukan segala cara guna menghindari bencana kemanusiaan di wilayah tersebut.

Kendati telah diwanti-wanti demikian, Israel pada Senin (6/5) melancarkan serangan ke Rafah hingga menewaskan belasan orang. Israel juga mengambil alih perbatasan Palestina dan Mesir tersebut hingga waktu yang belum diketahui.

Imbasnya, bantuan-bantuan kemanusiaan tak bisa memasuki Gaza karena perbatasan ditutup.

"Bukan rahasia bahwa mereka ingin melakukan operasi militer skala besar di sana. Kami telah menegaskan bahwa kami menentang operasi semacam itu," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Matt Miller, Selasa (7/5).

Agresi Israel di Jalur Gaza hingga kini telah menewaskan lebih dari 34.700 orang. Mayoritas korban ialah anak-anak dan perempuan.(han)