Pendidikan Karakter Anak di dalam Mobil

Oleh: Dr. Dra. Yuli Christiana Yoedo, M.Pd.

Sep 1, 2023 - 18:46
Pendidikan Karakter Anak di dalam Mobil

Berbicara tentang pendidikan karakter untuk anak, pikiran kita langsung tertuju kepada kata ‘sekolah’ atau ‘rumah’ sebagai tempatnya.  Padahal, pendidikan karakter juga dapat dilakukan di dalam mobil dalam perjalanan ke dan dari kedua tempat tersebut. Setiap hari orang tua mengantar jemput anak ke dan dari sekolah. Perjalanan pulang pergi ini dapat menjadi perjalanan yang sangat berharga untuk masa kini dan masa depan anak.      

Pendidikan karakter anak kali ini mengacu kepada pembentukan profil Pelajar Pancasila. Orang tua mendukung anak untuk memiliki keterampilan universal dan berkepribadian Pancasila. Fokus kepada penanaman nilai beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif (https://ditpsd.kemdikbud.go.id/hal/profil-pelajar-pancasila).

Fokus ketuhanan berkaitan dengan pemahaman ajaran agama dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Anak belajar menghormati Tuhan, menyayangi diri sendiri, sesama, alam, dan negara. Berikut ini beberapa contoh konkret yang dapat dilakukan oleh orang tua.

Sebelum berkendara, orang tua mengajak anak untuk berdoa memohon perlindungan Tuhan YME. Berdoa supaya dijauhkan dari kecelakaan. Orang tua memberikan pengertian kepada anak bahwa dalam perjalanan bisa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Tuhan YME memang tidak kelihatan, tetapi Dia melihat dan mendengar. Pemahaman ini bisa menuntun anak untuk berhati-hati dalam bertindak, meskipun saat tanpa pengawasan orang tua.  

 

Menyayangi diri sendiri dan sesama dapat ditunjukkan dengan menyayangi mobil sendiri dan mobil orang lain. Tindakan yang dapat dilakukan adalah memarkir mobil tidak terlalu dekat dengan mobil orang lain. Dengan demikian, ketika dibuka, pintu mobil tidak akan mencelakai mobil lainnya. Jika terlalu dekat, kedua mobil bisa lecet. Pelajaran yang dapat dipetik adalah jika kita merugikan orang lain, diri sendiri juga akan rugi. Selain itu, menyayangi diri sendiri juga dapat dilakukan dengan tidak menjadi seperti bunglon. Menurut Captain Bob dalam bukunya Stres sebagai Santapan Pagi: Sumber Kekuatan Baru, kita tidak harus menjadi bunglon hanya untuk dapat diterima orang lain. Kita harus mempertahankan identitas kita sendiri. Dengan mencontoh identitas orang lain, kita mungkin juga melakukan kesalahan orang lain. 

Kesadaran akan identitas tersebut dapat ditanamkan ketika mobil kita sendiri berpapasan dengan mobil yang lebih besar. Kita tidak bisa mengubah mobil kita menjadi mobil lain yang lebih kecil agar tidak bersenggolan dengan mobil besar tersebut. Kita hanya dapat berhenti sebentar dan membiarkan mobil besar tersebut lewat duluan. Hal ini mengajarkan kepada anak untuk dapat menerima diri mereka apa adanya.

Contoh lain dari penerapan ajaran agama dapat diambil dari ajaran agama Kristen. Ayat Alkitab berkaitan dengan kesabaran tercantum dalam surat Kolose 3:13. Praktik ayat ini dapat ditunjukkan orang tua, di antaranya, ketika ada kendaraan lain yang memotong atau ketika jalanan macet.   

 

Sementara itu menyayangi alam dapat diajarkan dengan tidak membuang sampah dari dalam mobil ke jalan. Anak harus menyadari bahwa jika banyak orang membuang sampah ke jalan, alam akan menerima dampak buruknya. Sampah-sampah yang berserakan di jalan akan membuat jalan kotor, selokan tersumbat dan dampak terjelek adalah mengundang banjir.  

Rasa saling menghargai dalam kebinekaan perlu ditumbuhkan. Dalam konteks ini, kebinekaan Indonesia dapat disamakan dengan pemakai jalan yang bervariasi. Ada penyeberang jalan, pengendara mobil, tukang becak, pengendara sepeda, pengendara sepeda motor, pengendara truk, dan lain-lain. Meskipun berbeda-beda, pemakai jalan harus saling menghargai karena tiap orang mempunyai hak yang sama. Meskipun berbeda agama dan kepercayaan, setiap warga negara harus saling menghargai.

Pengendara mobil mewah tidak dapat semena-mena terhadap pengendara sepeda. Sekumpulan tukang becak tidak bisa seenaknya terhadap seorang pengendara mobil. Pengendara truk tidak dapat semaunya memakai jalan sehingga pengendara sepeda merasa terancam.  

Orang tua perlu mengarahkan anak melihat ‘praktik di jalan’ juga ‘praktik dalam kehidupan lainnya’. Hal ini bertujuan agar anak  menyadari bahwa dunia ini bukan tempat satu kelompok orang saja. Dunia ini berisi orang-orang yang berbeda dari mereka. Di samping itu, mereka akan belajar bahwa kelompok mayoritas tidak bisa semena-mena memperlakukan kelompok minoritas.

Meskipun hanya ada satu pengendara sepeda (minoritas) dan ada banyak pengendara mobil mewah (mayoritas), keberadaan pengendara sepeda tetap harus dihargai. Ketika pengendara sepeda perlu berbelok dengan memberikan gerakan tangan, pengendara mobil harus memberikan jalan. Kesadaran untuk menghargai minoritas ini jika ditanamkan sejak dini akan menjadikan anak sadar akan pentingnya menyayangi NKRI.

Anak banyak belajar tentang ajaran agama dan kebhinekaan Indonesia di sekolah. Anak juga perlu belajar untuk mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan YME berdaulat untuk menentukan tempat kelahiran manusia. Jika mengaku menyembah Tuhan YME, tentu kaum mayoritas akan menghargai kaum minoritas. Kaum mayoritas tidak mengusir kaum minoritas dari tempat kelahiran mereka. Kaum mayoritas tidak menyiksa kaum minoritas karena adanya perbedaan pendapat dan keyakinan.

Kesadaran bahwa kelompok mayoritas tidak selalu benar juga perlu disadari anak. Pelajaran ini dapat ditunjukkan saat banyak pengendara sepeda motor berhenti di depan garis batas ketika lampu lalu lintas berwarna merah. Pelajaran ini diharapkan dapat menuntun anak untuk tidak ikut-ikutan mencontek ketika mayoritas teman-temannya mencontek.  

Keterampilan komunikasi interkultural yang termasuk dalam kebinekaan global perlu diasah. Anak perlu memperhatikan, meskipun kendaraan di jalan bermacam-macam, pengendara dapat berkomunikasi dengan baik sehingga tidak terjadi tabrakan. Komunikasi dilakukan lewat klakson, gerakan tangan, dan lampu. Kenyataan indah ini dapat diajarkan kepada anak bahwa komunikasi yang baik dapat dilakukan, meskipun kita berbeda. Sebuah senyuman dapat mengawali komunikasi, meskipun kita tidak berbicara dalam bahasa yang sama.

Agar berwawasan global, orang tua perlu mengajak anak mendengarkan berita radio. Apa yang terjadi di luar mobil perlu diketahui agar perjalanan berhasil. Keadaan baik-baik saja di dalam mobil, tetapi akan berbahaya kalau kejadian di luar mobil membahayakan. Contohnya, seisi penghuni mobil akan celaka jika jalan yang akan dilalui ada demonstrasi menggila. Jika mendengarkan radio, tentu mobil dapat menghindari jalan tersebut.

Dengan cara ini anak dibiasakan untuk mencari informasi dari luar negeri, bukan hanya informasi dari dalam negeri. Diharapkan anak dapat berwawasan lebih luas. Anak dapat menyadari bahwa dunia ini bukan hanya lingkungan mereka sendiri atau Indonesia saja. Mereka adalah warga dunia.  

Suatu hari saya melihat rekan kerja saya makan kue dengan lahapnya sambil masuk ke dalam mobil. Sementara itu, suaminya kerepotan membawa beberapa tasnya. Anak-anak mereka duduk dengan manis di mobil tanpa memberi bantuan kepada ayah mereka. Rekan saya dan suaminya dapat menjadi contoh yang baik cara bergotong-royong jika mereka membawa beberapa tas tersebut bersama.

Tindakan untuk peduli dan berbagi kepada orang yang lebih tidak mampu juga merupakan  contoh gotong royong. Anak dapat diajak untuk memberikan segelas minuman atau kue kepada penjual koran di pinggir jalan. Sebaiknya dihindari untuk berbagi dengan pengemis karena mereka tidak berusaha untuk bekerja.

Sementara itu, kemandirian anak dapat dilatih dengan mewajibkan mereka menunggu di mobil sesuai waktu yang disepakati. Anak membawa sendiri tas dan barang bawaan mereka lainnya sesuai kemampuan mereka. Lebih baik lagi, orang tua atau pembantu tidak membukakan pintu mobil jika anak dapat melakukannya sendiri.  

Berkaitan dengan keterampilan bernalar kritis, orang tua dapat memberikan pertanyaan kepada anak. Contoh pertanyaan, kalau kendaraan di depan kita lambat sekali padahal di depannya kosong, apa yang harus kita lakukan? Mengapa SIM diperlukan?

Untuk menghindari kemacetan, orang tua dapat menunjukkan penggunaan GPS dan kemudian meminta anak melakukannya. Hal ini mengajarkan anak bahwa kreativitas itu sangat berguna karena dapat memecahkan masalah. Tentu saja orang tua dapat menunjukkan contoh lainnya, seperti Gojek dan Grab. Anak diminta menjelaskan alasan keduanya merupakan bukti kreativitas dan solusi.

Kegiatan sederhana seperti yang saya contohkan di atas, tentu dapat dilakukan orang tua di dalam mobil. Setiap hari kegiatan yang baru dapat ditambahkan. Semoga perjalanan mengantar dan menjemput anak Anda semakin mengasikkan. (***)

 

 

Dr. Dra. Yuli Christiana Yoedo, M.Pd. adalah dosen Prodi PGSD Universitas Kristen Petra dan anggota Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI). Tulisan ini disunting oleh Dr. Indayani, M.Pd., Prodi PBI, FISH, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya dan pengurus PISHI.