Pakai Diksi ‘Terima Kasih Syaitan', Rektor INSIDA Gresik Kritik Tulisan Guru Besar UINSA

Rektor Institut Agama Islam Daruttaqwa (INSIDA) Gresik Dr. A. Syifaul Qulub mengkritik keras tulisan guru besar ilmu politik islam jurusan filsafat Universitas Islam Negeri Surabaya (UINSA) Prof. Dr. Abdul Chalik berjudul ‘Terima Kasih Syaitan, catatan dari Mina'.

Jul 1, 2023 - 14:05
Pakai Diksi ‘Terima Kasih Syaitan', Rektor INSIDA Gresik Kritik Tulisan Guru Besar UINSA
Rektor Institut Agama Islam Daruttaqwa (INSIDA) Gresik Dr. A. Syifaul Qulub

NUSADAILY.COM - GRESIK - Rektor Institut Agama Islam Daruttaqwa (INSIDA) Gresik Dr. A. Syifaul Qulub mengkritik keras tulisan guru besar ilmu politik islam jurusan filsafat Universitas Islam Negeri Surabaya (UINSA) Prof. Dr. Abdul Chalik berjudul ‘Terima Kasih Syaitan, catatan dari Mina'. 

Syifaul Qulub menyoroti penggunaan diksi ‘Terima Kasih Syaitan' yang dianggap kurang etis dan tidak mudah difahami oleh semua kalangan, terutama masyarakat awam. 

Menurutnya, penggunaan pilihan kata atau diksi ‘Terima Kasih Syaitan' dalam judul tulisan tersebut dapat menuai pro dan kontra serta menimbulkan salah arti terutama bagi masyarakat awam. Sebab tidak semua orang membaca artikel maupun berita secara utuh, bahkan terkadang hanya dibaca judul saja.

“Memang maksudnya bukan terimakasih kepada syaitan, tetapi diksi di awal kan itu. Meski didalamnya tidak seperti itu, tapi kan mestinya jangan begitu. Sebab tidak semua orang membaca tulisan secara utuh, sementara tagline di awal Terima Kasih kepada Syaitan. Terimakasih kepada Gusti Allah saja kita belum bisa setiap waktu, ini malah terimakasih kepada syaitan,” kata Cak Afuk, sapaan akrab Syifaul Qulub, Jumat (30/6/2023).

Cak Afuk menuturkan bahwa melempar jumrah dalam ibadah haji merupakan memontum bagi umat islam yang memiliki makna luar biasa, disamping simbolisasi ritual dari romantisme sejarah Perjuangan Nabi Ibrahim, sekaligus juga memiliki implikasi yang sangat besar. Sebab dari lemparan-lemparan baru tersebut, memiliki makna dorongan selalu memusuhi dan melempar syaitan, artinya menghindari segala macam godaannya. 

“Makna romyul jimar yang dilakukan fi ayyamit tasyrik setelah para hujan wuquf, lalu bergeser mabit di muzdalifah, kemudian romyul jimar ini memiliki makna yang luar biasa, kita nisbatkan sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS, sehingga ada dua hal yang menjadi tolak ukur dalam menelusuri hikmah perjalanan sejarah hidup Nabi Ibrahim AS, yakni sabar, syukur dab tawakkal, Maka kita harus berterimakasih kepada orang-orang yang memiliki prestasi terutama dalam hal ketakwaan kepada Allah SWT,” beber dia.

Sebelumnya, guru besar ilmu politik islam Universitas Islam Negeri Surabaya (UINSA) Prof. Dr. Abdul Chalik menuliskan sebuah artikel berjudul ‘Terima Kasih Syaitan, Catatan dari Mina' dalam perjalanan selama menjalankan ibadah haji di Tanah Suci. Tulisan tersebut dimuat di sejumlah media pada 29 Juni 2023. 

“Maka ini menjadi catatan pembanding, sehingga ada keseimbangan pemahaman tentang diksi ‘Terima Kasih Syaitan yang disampaikan Prof. Dr. Abdul Chalik,” tutup Cak Afuk. (rif/fan)