Netizen Jepang Ungkap Alasan Tak Punya Anak hingga Anjloknya Angka Kelahiran

Jepang mencatat kurang dari 800.000 kelahiran tahun lalu, angka terendah sejak pencatatan dimulai. Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida kembali menyorot masalah ini dan memicu perbincangan di media sosial.

Apr 7, 2023 - 13:00
Netizen Jepang Ungkap Alasan Tak Punya Anak hingga Anjloknya Angka Kelahiran
Ilustrasi orang jepang (jpninfo.com)

NUSADAILY.COM – JAKARTA - Pemerintah Jepang menjadikan turunnya angka kelahiran sebagai salah satu prioritas utamanya. Namun bagi banyak perempuan Jepang yang suaranya tidak terdengar mereka mencari dukungan di media sosial.

Jepang mencatat kurang dari 800.000 kelahiran tahun lalu, angka terendah sejak pencatatan dimulai. Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida kembali menyorot masalah ini dan memicu perbincangan di media sosial.

Salah satunya tagar 'life-long childlessness' atau tidak memiliki anak seumur hidup yang sempat trending di Twitter Jepang. Tagar ini menjadi tempat bagi perempuan Jepang untuk membicarakan mengapa mereka belum mulai berkeluarga atau bahkan memilih untuk punya anak.

"Saya dulunya benar-benar meyakini bahwa melahirkan adalah hal yang 'normal' untuk dilakukan," kata Tomoko Okada kepada AFP, seperti dikutip dari Channel News Asia, Kamis (6/4/2023).

Okada sejak lama merasa malu karena tidak kunjung memiliki anak di usia 47 tahun. Ia sempat menjajal aplikasi kencan untuk mencari pasangan tapi tidak beruntung.

Ayah Okada juga pernah meminta putrinya untuk segera memberinya cucu, yang membuatnya merasa bersalah. Tapi dengan menceritakan pengalamannya di media sosial dan membaca cerita orang lain, Okada merasa hidupnya sebenarnya baik-baik saja.

Begitu juga dengan Ayako, seorang warga Tokyo berusia 38 tahun yang tidak memiliki anak. Ia mengaku sering berkoar-koar di media sosial soal masalah ini dan menemukan banyak orang lain dengan pemikiran serupa, tapi di dunia nyata justru ia merasa dikucilkan.

"Sulit untuk mengeraskan suara Anda di dunia nyata. Saya merasa perempuan menerima begitu banyak kritik hanya karena mengungkap pendapat mereka," kata Ayako.

Yuiko Fujita, profesor media dan studi gender di Meiji University mengatakan media sosial menjadi cara bagi perempuan untuk membicarakan isu politik dan sosial tanpa rasa takut karena mereka bisa melakukannya secara anonim.

Sejumlah tagar terkait angka kelahiran juga sempat viral di Twitter Jepang, termasuk tagar yang menentang ibu sebagai pengasuh anak satu-satunya di keluarga, hingga meratapi pendaftaran tempat penitipan anak yang ditolak.

Perdana Menteri Kishida sebelumnya sudah menjanjikan beberapa kebijakan untuk mendorong orang Jepang agar mau memiliki anak, termasuk bantuan keuangan untuk keluarga, akses pengasuhan anak yang lebih mudah, cuti yang lebih panjang untuk orang tua baru, dan memperluas penyediaan tempat penitipan anak.(eky)