Menerawang Masa Depan PSI Usai Ditinggal Hengkang Kader Potensialnya

Teranyar, politikus Rian Ernest memutuskan mundur dari partai yang kini dipimpin Giring Ganesha. Sebelumnya tercatat lima keder yang keluar, yakni Tsamara Amany, Michael Victor Sianipar, Azmi Abubakar, Sunny Tanuwidjaja, dan Surya Tjandra.

Dec 16, 2022 - 18:50
Menerawang Masa Depan PSI Usai Ditinggal Hengkang Kader Potensialnya

NUSADAILY.COM – JAKARTA - Sejumlah pentolan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) memutuskan hengkang dari partai sepanjang tahun ini.

Menurut pengakuan beberapa kader, memilih keluar karena sudah tak sejalan dengan langkah politik partai.

Teranyar, politikus Rian Ernest memutuskan mundur dari partai yang kini dipimpin Giring Ganesha.

Sebelumnya tercatat lima keder yang keluar, yakni Tsamara Amany, Michael Victor Sianipar, Azmi Abubakar, Sunny Tanuwidjaja, dan Surya Tjandra.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai sejumlah kader utama memutuskan keluar dari PSI karena mereka lelah dengan kondisi partai yang sulit lolos ke DPR.

Menurutnya, sejumlah pakar dan lembaga survei juga memprediksi PSI bakal gagal menembus Senayan pada Pemilu 2024.

"Siapapun elite-nya pasti lelah menetap di partai yang tak kunjung lolos parlemen," kata Adi, Kamis (15/12) malam.

Adi mengatakan mundurnya sejumlah pentolan akan berdampak besar lantaran mereka merupakan magnet politik di PSI. Perolehan suara PSI pun bisa merosot pada kontestasi politik mendatang.

"Pemilu 2019 saja dengan full team yang dipenuhi politisi muda berbakat tak bisa lolos ke Senayan, apalagi politisi berbakat itu satu persatu hengkang. Tentunya semakin membuat PSI berat menghadapi pemilu 2024," ujarnya.

Di sisi lain, kata Adi, PSI saat ini tidak memiliki figure kuat sebagai pemimpin. Menurutnya, sosok Giring Ganesha sebagai ketua partai justru tidak membawa perubahan yang lebih baik pada PSI.

"Ketum PSI saat ini tak memiliki rekam jejak kuat jadi aktivis politik. Malah yang lebih menonjol sebagai anak band. Wibawa sebagai ketum partai kurang greget," katanya.

"Partai ini butuh perombakan total, strategi politik, dan isu politik. Jika tak segera berbenah bukan tak mungkin PSI bakal bedol desa, kader-kader kuncinya pindah (lagi) ke partai lain," ujar Adi menambahkan.

Tulah Giring
Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga mengatakan kondisi saat ini menjadi momentum bagi PSI untuk berbenah, terutama mengevaluasi kepemimpinan Giring.

Jamiluddin menyoroti pengakuan sejumlah kader yang hengkang karena PSI melenceng dari visi dan misi partai.

"Kalau ketua umumnya membiarkan visi misi yang melenceng, maka yang bersangkutan sudah lalai dari tanggung jawabnya. Ketua Umum seperti itu sudah layak diganti karena tidak mampu membawa partai sesuai visi misinya," kata Jamiluddin kepada CNNIndonesia.com, Kamis (16/12) malam.

Jamiluddin melihat sosok Giring sebagai salah satu yang membuat PSI terpuruk. Menurutnya, Giring kerap melontarkan kritik, namun terkesan membabi buta. Tindak tanduk Giring itu yang justru membuat masyarakat antipati.

"Kritik yang dilakukan, terutama kepada sosok yang tidak disukai, terkesan membagi buta. Akibatnya, kritik yang dilayangkan lebih bernada nyinyir, sehingga menimbulkan antipati di tengah masyarakat," ujarnya.

"Kader yang dapat membaca hal itu, tentu melihat masa depan di PSI suram. Hal itu tentunya akan berdampak pada kader yang memang ingin lebih maju lagi," kata Jamiluddin.

Dengan demikian, mantan Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi IISIP Jakarta ini menyimpulkan PSI rawan sebagai partai peserta Pemilu 2024.

Menurutnya, internal PSI juga berpotensi retak yang memicu kader-kader lainnya hengkang.

Menurutnya, PSI harus benar-benar melakukan evaluasi secara menyeluruh baik dalam pola komunikasi partai maupun branding yang diangkat, agar 'mimpi buruk' di 2019 lalu tidak terulang kembali.

"Para kader yang ingin ke Senayan tentu tidak punya harapan bila tetap bertahan di PSI. Jalan terbaik bagi mereka tentu keluar dari PSI untuk pindah ke partai lain yang lebih menjanjikan," ujarnya.

Citra Partai Perlu Dievaluasi
Terpisah, Pengamat Politik Universitas Padjadjaran Kunto Adi Wibowo melihat hengkangnya sejumlah kader yang memiliki nama menjanjikan di PSI merupakan sebuah hal wajar ketika wadah partai sudah tidak sesuai dengan visi dan misi personal.

"Jadi menurut saya, ini sebuah kewajaran ya, sebuah dinamika menjelang 2024," kata Kunto, Kamis (15/12) malam.

Kunto melihat para kader yang hengkang ingin berlabuh di partai politik lain yang lebih menjanjikan dan bisa membawa mereka melenggang ke Senayan, hal yang mungkin masih susah dilakukan oleh PSI.

"Mungkin pentolan-pentolan ini ingin berlabuh di partai yang menjanjikan untuk bisa dapat electoral threshold dan bisa duduk di kursi DPR," ujarnya.

Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI ini kemudian meminta agar PSI terlebih dahulu memulai pembenahan dari internal partai.

Salah satunya citra dan jargon anak muda yang diusung PSI harus kembali diselaraskan makna dan implementasinya.

PSI selama ini cenderung menyasar target partisipan kalangan anak muda, perempuan, dan lintas agama. Namun demikian dalam proses berpolitik, Kunto menilai strategi itu tidak terlalu terlihat.

"Memang problem dari PSI ini seakan-akan mereka menjual ideologi anak muda tapi langkah-langkah politiknya boomer banget. Jadi menurut saya itu mungkin yang harus diselaraskan kembali menjelang 2024," ujar Kunto.

Sementara itu Juru Bicara PSI Sigit Widodo tak ambil pusing dengan penilai sejumlah pengamat tersebut. Menurutnya, semua pengamat bebas berpendapat dan sah-sah saja di negara demokrasi.

"Tapi saya yang sudah bergabung di PSI lebih dari lima tahun dan selama empat tahun menjadi juru bicara DPP sama sekali tidak pernah berpikir seperti analisa pengamat itu," kata Sigit, Jumat (16/12).

Sigit mengatakan kader PSI saat ini sangat optimistis bisa melenggang masuk DPR pada Pemilu 2024. Menurutnya, sampai sekarang banyak tokoh masyarakat dan aktivis sosial yang mendaftar masuk ke PSI 

"Kalau PSI dinilai oleh masyarakat tidak akan masuk parlemen lagi di Pemilu 2024, pasti tidak akan ada yang mau mendaftar sebagai caleg di PSI," ujarnya.

"Bahkan kalau mau dikalkulasi, jumlah kader yang mundur sangat sedikit dibandingkan kader-kader potensial yang masuk. Dalam setiap perjuangan selalu terjadi gugur satu tumbuh seribu, saya pikir di PSI saat ini juga terjadi hal yang sama," kata Sigit menambahkan.(han)