Melihat Satwa di Medan Zoo, Potret Buram Pengelolaan Satwa di Indonesia

Kandang-kandang kosong yang dihiasi tanaman merambat dan ilalang liar dan pohon-pohon bambu yang runtuh ke dalam kandang dibiarkan begitu saja.

Mar 3, 2024 - 07:45
Melihat Satwa di Medan Zoo, Potret Buram Pengelolaan Satwa di Indonesia

NUSADAILY.CO.ID – MEDAN - Deretan kematian misterius lima harimau dalam tiga bulan terakhir hanyalah puncak gunung es dari permasalahan kompleks yang menjerat kebun binatang Medan.

Maka tak heran, jika kondisi Medan Zoo atau Kebun Binatang Medan yang berada di Kelurahan Simalingkar B, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Sumatera Utara, terus mendapat sorotan.

Meski begitu, kematian satwa langka di Medan Zoo tak lantas membuat manajemen berbenah.

Kandang-kandang kosong yang dihiasi tanaman merambat dan ilalang liar dan pohon-pohon bambu yang runtuh ke dalam kandang dibiarkan begitu saja.

Di tepi danau kecil yang tak terawat, empat unit sampan usang dibiarkan tergeletak, menjadi saksi bisu masa kejayaan Medan Zoo yang telah lama sirna.

Medan Zoo memang sudah lama tak bergairah. Kunjungan wisatawan hanya bisa dihitung jari.

Satwa-satwa di sana menjalani hidup dengan keprihatinan. Bahkan mayoritas kandang di Medan Zoo hanya berisi satu satwa, tanpa pasangan.

Kondisi kandang primata juga tak kalah miris. Kotoran dan sampah makanan bercampur di dalam kandang.

Bahkan di dalam kandang berukuran kecil, kera albino menjulurkan tangan dari balik kawat yang menganga, seolah memohon belas kasihan pengunjung.

Sesekali kera albino tersebut bercengkrama dengan primata yang menghuni kandang sempit dan gelap di sisi belakangnya. Kedua kandang tersebut hanya dipisahkan jerjak besi kecil berkarat.

Penampakan serupa juga terjadi di kandang si amang. Primata ini mengambil sisa kulit pisang yang tergeletak di lantai kandang yang berkerak. Lalu memakannya. Tak tampak wadah minuman di dalam kandang. Namun begitu, di dalam kandang berserakan sampah botol minuman air mineral.

Di sisi lain, panas terik membuat elang laut berdada putih yang menghuni salah satu kandang cukup berisik. Satwa liar itu mencoba mengais wadah berisi sisa air berlumut yang bertengger di atas batu, lalu mencoba meminumnya.

Kondisi kandang harimau juga tak kalah memilukan. Meski berukuran besar, namun kandang tersebut tak dilengkapi atap untuk berteduh. Harimau Sumatra tampak terengah-engah di pojok kandang. Hanya bak terbuat dari semen berukuran satu meter berisi air berlumut menemani tidur sang hewan buas pada siang terik itu.

Warung-warung pedagang yang berada di dalam kawasan Medan Zoo yang dulunya ramai kini tinggal kenangan. Bangku-bangku kayu dan mejanya diselimuti terpal berdebu, menandakan tempat itu sudah lama terbengkalai.

Warung-warung ini biasanya menjajakan makanan ringan untuk pengunjung. Musik remix yang pernah menggema di warung warung tersebut kini digantikan oleh suara pilu satwa yang terabaikan.

Medan Zoo, yang dulunya menjadi kebanggaan Sumatera Utara, kini menjelma menjadi simbol keprihatinan dan kelalaian. Masa depan satwa-satwa di Medan Zoo masih diselimuti kabut ketidakpastian. Kisah Medan Zoo adalah potret buram pengelolaan satwa di Indonesia.

Sementara itu, salah satu pengunjung bernama Dina Fitriana tak dapat menyembunyikan kekecewaannya. Perempuan yang tinggal di Kecamatan Medan Johor, Kota Medan tersebut mengaku beberapa kali mengunjungi Medan Zoo. Ia menceritakan pengalamannya melihat kandang-kandang kotor dan satwa-satwa yang tampak kelaparan.

"Di Tahun 2019 saya sempat ke Medan Zoo membawa anggota keluarga yang datang dari luar kota. Saat itu kondisinya memang sudah menyedihkan. Saya lihat kandang-kandang kotornya keterlaluan. Seolah manajemen Medan Zoo cuma mau dapat uang saja dari pengunjung tanpa memperhatikan kesejahteraan satwa di dalamnya. Bahkan pengunjung sangat leluasa melempar sampah dan makanan ke dalam kandang satwa, " ujarnya.

Menurut Dina, kepercayaan publik terhadap pengelolaan Medan Zoo telah runtuh. Kegagalan manajemen dalam memelihara satwa dan menjaga kebersihan menjadi bukti nyata bahwa Medan Zoo tak lagi layak menjadi tempat wisata edukasi. Dia menilai Wali Kota Medan Bobby Nasution seharusnya bisa memberi perhatian dengan memperbaiki kondisi Medan Zoo.

"Kalau dulu kan enggak banyak media yang memfollow up masalah Medan Zoo. Tapi sekarang bobroknya manajemen Medan Zoo semakin kelihatan. Medan Zoo ini kan tanggung jawab Pemkot Medan,"katanya.

"Kalau kondisinya seperti ini, buat apa dipertahankan? Saya pikir Medan Zoo ini sudah lama tak layak, seolah-olah satwanya dibiarkan mati kelaparan, sebaiknya ditutup saja," ungkapnya.

Dalam kurun waktu November 2023 - Februari 2024, tercatat lima harimau di Medan Zoo merenggang nyawa masing masing tiga harimau Sumatra dan dua harimau Benggala. Awalnya harimau Sumatra bernama Erha mati di Medan Zoo pada 3 November 2023. Jantan berusia 11 tahun itu sakit dan tidak mau makan. Selama hidupnya, satwa langka ini tidak pernah kawin.

Kemudian harimau benggala bernama Avatar yang mati di Medan Zoo pada Desember 2023. Lalu harimau Sumatera bernama Nurhaliza alias Putri mati di Medan Zoo pada 31 Desember 2023 pukul 16.48 WIB. Satwa langka ini mengalami pneumonia dan renal disease karena menempati kandang yang tak layak, rusak dan lembab.

Tak butuh waktu lama, harimau benggala bernama Wesa mati di Medan Zoo pada 22 Januari 2024. Jantan berusia 17 tahun itu mengalami dibius infausta atau sakit yang sulit disembuhkan. Terbaru harimau Sumatra bernama Bintang Sorik atau Binsor mati di Medan Zoo pada Selasa 13 Februari 2024. Saat ini tersisa delapan harimau di Medan Zoo masing masing 3 harimau Sumatra dan 5 lainnya harimau Benggala.

Selain harimau, organisasi pencinta satwa liar The Wildlife Whisperer of Sumatra mencatat dalam kurun waktu November 2023 - Februari 2024, terdapat 6 kematian satwa liar di Medan Zoo antara lain 1 Owa Agile, 2 kucing emas, 1 orangutan Kalimantan, 1 bangau Tong Tong, dan 1 kuda betina yang mati saat proses melahirkan tanpa diketahui pengelola Medan Zoo.

Direktur Eksekutif WALHI Sumut Rianda Purba saat dikonfirmasi CNN Indonesia beberapa waktu lalu meminta Medan Zoo ditutup sementara sampai tempat wisata itu bisa memenuhi standar pengelolaan satwa sebagai lembaga konservasi.

"Jika fasilitas, infrastruktur, termasuk penyediaan pakan satwa, serta manajemen pengelolanya bisa dipastikan berjalan profesional, Medan Zoo bisa dibuka kembali untuk lokasi konservasi," kata Rianda.

Rianda menilai, pihak yang paling bertanggung jawab atas kondisi yang dihadapi Medan Zoo saat ini adalah Pemerintah Kota (Pemkot) Medan. Medan Zoo sendiri merupakan Perusahaan Umum Daerah (PUD) Pemkot Medan.

"Seharusnya, Pemkot Medan bisa menyediakan manajemen yang lebih baik dan profesional untuk pelaksanaan tata kelola kebun binatang sebagai lembaga konservasi dan pusat pendidikan konservasi bagi publik," ujarnya.

WALHI juga mendesak Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut mengevaluasi total seluruh tata kelola dan manajemen Medan Zoo agar kematian satwa tidak terulang lagi. Selain itu hewan-hewan tersisa yang masih hidup di Medan Zoo mesti dicek kesehatannya untuk mengetahui kondisinya dan kasus kematian satwa tak terjadi lagi.

"Hewan-hewan yang rentan dikeluarkan atau dipisahkan lebih dulu, agar evaluasi bisa berjalan secara utuh. Ini jadi tugas dan peran dari BBKSDA Sumut. Hewan-hewan yang rentan kesehatannya di Medan Zoo bisa dirawat sementara sampai kondisinya membaik," lanjut Rianda.

Rianda juga meminta keterbukaan informasi seluas-luasnya mengenai kondisi Medan Zoo, termasuk persoalan keuangan. Sebab, dia menilai publik perlu tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik memprihatinkannya kondisi Medan Zoo.

"Hasil evaluasi dan monitoring nanti harus dipublikasikan. Kalau masalahnya anggaran, di tahun ini dan tahun-tahun ke depan Pemkot Medan harus bisa memastikan ketersediaan anggaran yang cukup," sarannya.

Di sisi lain, Wali Kota Medan Bobby Nasution tak mau disalahkan dengan kematian lima harimau di Medan Zoo atau Kebun Binatang Medan dalam tiga bulan terakhir. Menurutnya kematian satwa langka itu lantaran karena sudah tua.

"Ya masih sama saya sampaikan kita lihat semuanya aspek seluruh mulai dari manajemen. Saya bukan gak mau disalahkan, enggak, karena jangan kita mau merasa benar tapi dengan menyalahkan orang," kata Bobby di Medan pada Selasa (13/2/2024).

Bobby pun menyebutkan bahwa harimau di Medan Zoo memang sudah tua dan tidak ada penerusnya. Tak hanya itu, menantu Presiden RI Jokowi itu mengklaim bahwa kematian harimau memang wajar.

"Mau merasa benar harus bisa cari fakta yang sebenarnya. Lihatlah usianya, yang jadi persoalannya ketika sudah tua dia tak ada penerusnya. Jadi kalau misalnya kebun bintang misalnya Medan Zoo ini pun bagus kalau mati harimaunya salah siapa gitu? Masa gak boleh mati," ungkapnya.(han/ sumber CNNIndonesia.com)