Learning Management System (LMS): Si cantik yang "Problematik"

Pendidikan, khususnya model pembelajaran, telah berubah secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Hal ini terjadi terutama karena perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat

Jul 7, 2023 - 19:37
Learning Management System (LMS): Si cantik yang "Problematik"
Samsul Khabib, S.Pd., M.Pd.

Oleh:

Samsul Khabib, S.Pd., M.Pd.

Pendidikan, khususnya model pembelajaran, telah berubah secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Hal ini terjadi terutama karena perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat. Salah satu perkembangan penting dalam domain ini adalah munculnya Learning Management System (LMS). LMS telah mengubah cara kita belajar dan mengajar, serta membawa keuntungan besar dalam meningkatkan aksesibilitas, efisiensi, dan kualitas pendidikan. Namun, seperti teknologi lainnya, hadirnya LMS memiliki tantangan dan masalah yang harus diatasi. 

Salah satu LMS yang paling banyak digunakan adalah Moodle. Moodle telah menjadi salah satu platform favorit di dunia pendidikan, khususnya di Indonesia. Banyak program pembelajaran dari pemerintah yang menggunakan platform Moodle, sebut saja PPG, Guru Penggerak, Sekolah Penggerak, dan masih banyak yang lainnya. Tidak hanya itu, banyak pihak juga swasta termasuk sekolah dan perguruan tinggi yang juga menggunakan moodle sebagai platform sistem manajemen pembelajaran mereka, misalkan, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya memiliki LMS dengan nama Virlenda, LMS ini juga berbasis Moodle. Dengan antarmuka yang cantik dan fitur yang menarik, Moodle menawarkan berbagai keunggulan, seperti mengatur dan menyampaikan materi pembelajaran secara online, mendukung kolaborasi antarpeserta didik, menyediakan ruang diskusi, penilaian, dan masih banyak lagi. Namun, di balik semua kesenangannya, beberapa masalah muncul ketika guru/dosen menggunakannya.

Masalah sering muncul dan dihadapi oleh guru/dosen dalam mengoperasikan Learning Management System (LMS), termasuk Moodle. Beberapa tantangan tersebut antara lain pemahaman yang lebih teknis tentang platform, kesulitan mengunggah dan mengatur materi pembelajaran secara efektif, serta interaksi langsung dan keterlibatan siswa yang terbatas. Mempelajari dan menguasai fitur LMS yang bervariasi ini dapat menjadi tugas yang menantang bagi sebagian guru/dosen. 

Berikut adalah beberapa kesulitan teknis yang dihadapi guru/dosen dalam menggunakan fitur-fitur di Moodle adalah:

Mengunggah dan mengatur materi pembelajaran: Guru/dosen mungkin menghadapi tantangan saat mengunggah dan mengelola materi pembelajaran yang berbeda, seperti file dokumen, video, atau gambar. Mereka perlu memahami proses mengunggah, mengatur tampilan, dan memberikan akses yang tepat kepada siswa.

Membuat dan mengelola tugas: Membuat tugas dengan instruksi yang jelas dan menetapkan tenggat waktu pengiriman bisa jadi rumit. Guru/dosen harus memahami cara menyelesaikan tugas di Moodle, mengatur parameter seperti tenggat waktu dan pengaturan penilaian, serta mengelola penyerahan tugas dan proses penilaian secara efisien.

Mengorganisisasi ujian dan kuis: Menggunakan fitur ujian dan kuis Moodle memerlukan pemahaman berbagai jenis pertanyaan yang dapat digunakan, pengaturan waktu, penilaian, dan pilihan lainnya. Fitur kuis dalam Moodle terhitung sangat lengkap dan variatif. Karena banyaknya fitur yang tersedia, sering membuat guru/dosen kesulitan untuk memahami setting tiap fitur. Selain itu, hal lain yang sering terjadi adalah kesulitan guru/dosen dalam mengamankan ujian online dan mencegah kecurangan. 

Mengelola forum diskusi: Menggunakan fitur forum diskusi di Moodle memerlukan pemahaman cara membuat topik diskusi, mengatur moderasi, dan mendorong partisipasi aktif siswa. Di sini, guru/dosen sering mengalami kesulitan bagi mereka mengatur restrict/ batasan agar forum diskusi dapat berjalan dengan baik.

Melacak dan mengevaluasi kinerja siswa: Menggunakan fitur penilaian dan pelacakan kinerja Moodle bisa rumit. Guru/dosen harus memahami cara membuat rubrik penilaian, mengisi nilai, membuat laporan kinerja siswa, dan memberikan umpan balik yang efektif. Meskipun fitur-fitur penilaian dan pelacakan kinerja telah tersedia, dosen/guru sering lupa atau bahkan tidak tahu cara menggunakan fitur tersebut.

Selain itu, masalah yang sering muncul adalah terkait dukungan teknis yang memadai. Meskipun platform umumnya mudah digunakan, pengguna mungkin memerlukan bantuan tambahan dalam mengoptimalkan penggunaan LMS. Jika pengguna mengalami masalah atau kesulitan, mereka berharap untuk dapat memiliki akses ke dukungan teknis yang cepat dan efektif. Hal ini menjadi satu hal yang juga tidak kalah penting. Namun, beberapa pengguna melaporkan bahwa respons tim dukungan LMS sering belum dapat membantu dalam menyelesaikan masalah dan menambah frustrasi pengguna.

Menghadapi permasalahan tersebut, penting bagi penyedia LMS, termasuk pengembang dan pemakai, sekolah atau universitas untuk mendengarkan masukan pengguna (guru dan dosen) dan terus meningkatkan keterlibatan mereka dalam membantu pengguna. Penggunaan LMS dapat dioptimalkan dengan mengintegrasikan fitur yang lebih fleksibel dan mengatasi masalah teknis yang ada. Meningkatkan dukungan teknis praktis juga harus menjadi prioritas bagi pengembang dan penyedia untuk memastikan pengguna dapat menangani masalah dengan cepat dan efisien.

Simpulannya, permasalahan yang dihadapi oleh guru/dosen dalam mengoperasikan Learning Management System (LMS), antara lain: kurangnya pemahaman teknis, kesulitan dalam mengelola materi pembelajaran, terbatasnya interaksi dengan siswa, dan tantangan dalam mempelajari fitur LMS yang berbeda. Lebih lanjut, meskipun LMS dapat menjadi alat yang berharga dalam pembelajaran jarak jauh, guru/dosen harus mengatasi hambatan-hambatan yang ada agar dapat memanfaatkannya secara efektif dan memberikan pengalaman belajar yang baik kepada siswa. Untuk itu, pelatihan, dukungan, dan pengembangan keterampilan teknologi diperlukan untuk membantu guru/dosen menghadapi tantangan ini dan memaksimalkan potensi penggunaan LMS dalam konteks pendidikan.

Samsul Khabib, S.Pd., M.Pd. adalah Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya dan pengurus Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI). Tulisan ini disunting oleh Dr. Indayani, M.Pd., Prodi PBI, FISH, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya dan pengurus PISHI.