Ketua BEM UGM Klaim Adanya Dugaan Intimidasi Oleh Intel, TNI-Polri Menepis

Namun, baik dari pihak polisi maupun TNI membantah tudingan intel dari masing-masing institusi itu yang mendatangi tempat Gielbran.

Dec 22, 2023 - 07:22
Ketua BEM UGM Klaim Adanya Dugaan Intimidasi Oleh Intel, TNI-Polri Menepis

NUSADAILY.COM – YOGYAKARTA - Ketua BEM-KM UGM Gielbran M Noor mengklaim mendapat intimidasi dengan didatangi pihak mengaku intel setelah dia bersama rekan-rekannya melontarkan kritik keras kepada Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) pada Jumat (8/12) lalu.

Namun, baik dari pihak polisi maupun TNI membantah tudingan intel dari masing-masing institusi itu yang mendatangi tempat Gielbran.

Kapolda DIY Irjen Pol Suwondo Nainggolan tak menyatakan secara gamblang ada tidaknya instruksi pengerahan anggota seperti yang dialami oleh Gielbran.

"Kenapa harus bertanya itu ke polisi? Apa pemikirannya nanya itu ke polisi? Jangan mungkin (menduga-duga) dong," katanya saat ditemui di Kompleks Kepatihan, Kota Yogyakarta, Kamis (21/12).

Secara prinsip, Suwondo menegaskan, pihaknya meminta kepada seluruh masyarakat tanpa terkecuali untuk melaporkan kejadian-kejadian yang dirasa meresahkan atau menjadi ancaman langsung ke kepolisian.

"Setiap masyarakat, kalau memang mendapatkan ancaman, baik pihak kampus, silakan melapor. Ancamannya seperti apa, biar kita tahu secara detail. Monggo, kita tunggu laporkan ke kepolisian," ucapnya.

Suwondo pun mengklaim dirinya sudah sejak jauh-jauh hari bertatap muka dengan para mahasiswa untuk menyampaikan hal ini.

"Pokoknya ada intimidasi, laporkan. Nanti kita punya bahan dasar penyelidikan. Siapa pun itu, kita proses," kata jenderal bintang satu itu.

Terpisah, Kapenrem 072/Pamungkas Kapten Arh Siswoto mengklaim tidak pernah ada instruksi pengerahan intel dari jajarannya seperti peristiwa yang diklaim Gielbran.

"Tidak ada, sejauh yang saya ketahui tidak ada informasi atau perintah untuk melaksanakan seperti itu. Ini saya juga dengan Pasi Intel, nggak ada yang melaksanakan kegiatan seperti itu," kata Siswoto saat dihubungi, Kamis.

"Selama yang saya ketahui seperti itu. Nanti mungkin saya tanyakan lebih lanjut, karena ini mungkin kasus yang baru, nanti biasanya sambil konfirmasi," sambungnya.

Ketua BEM KM UGM Gielbran M. Noor. (CNN Indonesia/Tunggul)
Sebelumnya, Ketua BEM KM UGM Gielbran M Noor mengaku mendapatkan intimidasi sejak ia bersama rekan-rekannya melontarkan kritik keras kepada Presiden Jokowi, pada Jumat (8/12) lalu.

"Kita sempat mendapatkan intimidasi, cuma kami menganggap itu sebagai wujud yang tidak menganggu secara fisik," kata Gielbran saat ditemui di Kopi Lembah UGM, Sleman, DIY, Kamis (21/12).

Gielbran tak merinci waktu dugaan intimidasi itu berlangsung. Hanya saja, semua terjadi setelah ia dan BEM KM UGM menggelar acara diskusi bertajuk 'Rezim Monarki Sang Alumni Amblesnya Demokrasi Ambruknya Konstitusi dan Kokohnya Politik Dinasti' pada 8 Desember lalu.

Diskusi yang diselenggarakan sebagai wujud kritik terhadap kualitas demokrasi hingga politik dinasti di era Jokowi itu menghadirkan sejumlah narasumber seperti duo aktivis HAM Haris Azhar dan Fatia Maulidiyanti, serta pakar hukum tata negara Zainal Arifin Mochtar. Acara diskusi yang digelar di kawasan Bundaran UGM itu diwarnai aksi penobatan Jokowi sebagai alumnus UGM paling memalukan.

Gielbran melanjutkan, dugaan intimidasi pertama diketahuinya setelah ia mendapatkan informasi dari pejabat di Fakultas Peternakan UGM.

"Karena kebetulan saya mahasiswa fakultas peternakan, saya dihubungi oleh wakil dekan dan beliau menyampaikan bahwa ada oknum yang mengaku sebagai intel mendatangi fakultas kemudian memintai biodata kepada pihak akademik," beber Gielbran.

"Namun dari fakultas melarang untuk memberikan biodata karena tidak ada izin atau tidak ada surat tugas. Sehingga biodata yang diminta tidak diberikan," sambungnya.

Dugaan intimidasi kedua diketahui Gielbran usai dia dihubungi lewat sambungan telepon oleh orang tuanya di Sragen, Jawa Tengah. Orangtua Gielbran mengabarkan bahwa ada laporan dari ketua RT setempat yang didatangi oknum intel dari kepolisian.

"Mendatangi ketua RT untuk mengeplot langsung orang tua saya. Cuma dari ketua RT menghalau dan membatasi dan mengimbau untuk tidak usah bertemu dengan orang tua saya, sehingga tidak sampai intel-intel tersebut bertemu dengan keluarga saya, sudah mengundurkan diri dan tidak mengintervensi secara langsung. Jadi sebatas lewat ketua RT kemudian ketua RT meminta untuk tidak usah sampai ke orang tua cukup di ketua RT saja," ungkapnya.

Gielbran sendiri mengaku tak mengetahui asal satuan intel dari kedua peristiwa berbeda waktu dan lokasi tersebut.(han)