Ini Kota Terdingin di Dunia, Tapi Dihuni Ratusan Ribu Orang
Tanah yang digali para tahanan adalah permafrost, yaitu ibun abadi atau tanah beku abadi. Ibun abadi terbentuk dari es-es yang menggenggam tanah, pasir, dan bebatuan dengan suhu di bawah 0°C. Kedalaman permafrost di Yakutsk bisa mencapai 350 meter, seperti dikutip dari laman North-Eastern Federal University in Yakutsk.
NUSADAILY.COM – JAKARTA - Kota terdingin di dunia terletak di Yakutsk, ibu kota Republik Sakha (Yakutia), Federasi Rusia. Jaraknya 450 km dari Lingkar Arktik.
Di musim dingin yang panjang, Oktober sampai April, suhu yang umumnya -30°C sampai -40°C bisa turun hingga -70°C.
Ada sekitar 356.000 orang yang tinggal di Yakutsk. Dikutip dari BBC News, mereka punya bioskop kota, restoran, dan transportasi umum yang berfungsi sepanjang tahun.
Tetapi saat suhu sangat dingin, warga kota Yakutsk tidak bisa di luar rumah lama-lama agar wajahnya tidak perih dan kena radang dingin di tengah kabut. Aki mobil dan hewan liar pun bisa membeku jika dibiarkan di luar rumah.
Kenapa Orang Tinggal di Yakutsk?
Yakutsk semula didirikan pada 1632 oleh cossack, prajurit militer Rusia sebagai kawasan benteng Lensky. Benteng ini lalu dipindahkan ke area lembah Tuymaada. Kemudian, Yakutsk resmi menjadi kota, seperti dikutip dari Google Arts & Culture.
Di bawah permukaan es dan tanah Yakutia, terdapat tambang berlian, emas, uranium, merkuri, bijih besi, gas alam, hingga batu bara. Tambang Yakutia sendiri menghasilkan seperlima dari berlian dunia.
Diktator Uni Soviet Joseph Stalin lalu mengirim jutaan tahanan politik dan tahanan kriminal ke kamp kerja Gulag untuk jadi budak tambang. Hasilnya akan digunakan untuk melawan kaum borjuis, yang dinilai sebagai musuh negara.
Mereka salah satunya ditempatkan di kamp-kamp Gulag yang didirikan di Yakutsk. Tawanan perang dan pembangkang politik in dipekerjakan untuk membangun poros baru untuk tambang batu bara, jalan, bendungan, dan lain-lain. Tiap kamp berisi 500-1.000 tawanan yang hidup dengan fasilitas minimum.
Para tahanan lalu juga dikenakan kerja paksa mengekstraksi emas dan mineral lainnya dengan cangkul dan sekop.
Tanah yang digali para tahanan adalah permafrost, yaitu ibun abadi atau tanah beku abadi. Ibun abadi terbentuk dari es-es yang menggenggam tanah, pasir, dan bebatuan dengan suhu di bawah 0°C. Kedalaman permafrost di Yakutsk bisa mencapai 350 meter, seperti dikutip dari laman North-Eastern Federal University in Yakutsk.
Jika seorang tahanan politik bisa menaikkan 25 gerobak penuh batu bara ke permukaan tanah, maka ia akan diberikan dua mangkuk bubur. Jika tidak, maka akan diberikan satu mangkuk saja.
Karena sistem kerja paksa dan suhu ekstrem, 1,2 juta-1,7 juta korban meninggal selama 1918-1956, seperti dikutip dari Encyclopaedia Britannica.
Setelah kematian Stalin, ratusan ribu tahanan diberi amnesti sepanjang 1953-1957. Sistem kamp dikembalikan ke masa 1920-an dan Gulag resmi dibubarkan.
Kehidupan Usai Gulag
Kegiatan di kamp kerja paksa tersebut diserap kementerian-kementerian terkait. Kamp yang tersisa dikelompokkan pada tahun 1955 di bawah badan GUITK (Glavnoye Upravleniye Ispravitelno-Trudovykh Kolony/ Kepala Administrasi Koloni Buruh Pemasyarakatan).
Puluhan tahun kemudian, daerah tambang Yakutia masuk dioperasikan. Bedanya, upah yang ditawarkan menarik para penambang dari seluruh Rusia dan sekitarnya untuk bertahan kendati hidup di kota terdingin di dunia dengan suhu ekstrem dan di sekitarnya.
Kini, Yakutsk utamanya difungsikan sebagai pusat administrasi Yakutia dan pelabuhan sungai Lena. Kendati sangat dingin, Yakutsk kelak tumbuh sebagai pusat industri, budaya, dan penelitian utama di sana, dengan hasil tambang melimpah.(han)