'Head to Head' Elektabilitas Usman Lebih Unggul, Nanang : “Waspadai Kekuatan Poros Alternatif”

“Kelebihan Abah Usman piawai berkomunikasi dengan siapapun, termasuk berbagai tokoh di luar PKB maupun NU. Inilah yang membuat elektalibitasnya lebih unggul karena dapat diterima semua kalangan,” ujar Nanang Haromain, pengamat politik di Sidoarjo.

Mar 20, 2024 - 13:20
'Head to Head' Elektabilitas Usman Lebih Unggul, Nanang : “Waspadai Kekuatan Poros Alternatif”
H. Usman dan Subandi, diprediksi akan head to head memenangi tiket dari DPP PKB untuk running Pilkada 2024.

NUSADAILY – SIDOARJO; Terjadinya head to head antara Ketua DPRD H. Usman M.Kes melawan Wakil Bupati H. Subandi SH, sulit dihindarkan untuk saling berebut tiket dari DPP PKB sebagai syarat mutlak agar bisa running ke Pilkada 2024. Menimbang elektabilitas, Usman sejauh ini telah mengungguli kader maupun fungsionaris lainnya di jajaran DPC PKB Sidoarjo,  namun Subandi secara struktural mempunyai kedekatan dengan Muhaimin Iskandar, selaku Ketua DPP PKB.

Sehingga peluang keduanya,--untuk saat ini  masif fifty-fifty. Atau sangat mungkin nantinya pemenangnya ditentukan oleh kekuatan poros alternatif. Bahkan merekalah yang bakal memenangi restu dari DPP PKB. Artinya bukan Usman atau Subandi, tapi muncul seorang bakal calon bupati yang digadang poros alternatif itu akan mendapat tiket dari DPP PKB karena jalur khusus ke Muhaimin Iskandar.   

Nanang Haromain, pengamat politik di Sidoarjo.

Demikian dikatakan Nanang Haromain dari Institute of Research and Publik Development (IRPD), saat berdiskusi kecil terkait eskalasi politik Sidoarjo yang mulai menghangat menghadapi Pilkada 2024. Mantan anggota KPUD Kab. Sidoarjo ini begitu konsen mengamati konstelasi perlotikan regional maupun nasional.

Dikatakan, munculnya sikap Abah Usman,--sapaan Ketua DPRD Sidoarjo yang terang-terang running ke Pilkada Sidoarjo pada Nopember mendatang, merupakan keberanian yang patut diapresiasi semua pihak.

Ketika publik Sidoarjo baru menerka nama-nama tokoh Sidoarjo yang diprediksi tampil dalam Pilkada 2024, Abah Usman langsung tancap gas,-- mendeklarasikan diri yang siap sebagai calon bupati dari PKB. Sikap inilah yang patut dihargai.  Sebaliknya, nama nama lain memilih adem ayem,--terkesan wait and see, termasuk Subandi, Wakil Bupati sekaligus  Ketua DPC PKB Sidoarjo, yang belum juga berani terang-terang akan maju sebagai calon bupati dari partai tersebut.

Meski demikian, lanjut Nanang, publik pasti sudah bisa menebak Subandi akan running ke Pilkada 2024. “Abah Usman itu seorang politikus senior dan handal. Dia termasuk salah satu kader terbaik dari NU dan  PKB. Munculnya dia sebagai bakal calon bupati sebenarnya bukan hal yang aneh, cuma itu akan menarik karena harus melawan Pak Bandi,” kata Nanang. “Pak Bandi memang belum bersikap terang-terangan, tapi publik sudah bisa menebak. Jadi akan pasti akan terjadi head to head kedua tokoh penting PKB ini, dan justru akan sangat menarik pada tahap perebutan tiket dari DPP PKB,” tambahnya.

Jika menimbang peluang kedua tokoh itu, Nanang mengatakan relatif berimbang. Hanya saja, harus diakui elektabilitas Abah Usman, mengungguli Subandi. Selain dia merupakan salah satu kader NU, dan karir politiknya di PKB merangkak mulai bawah, sehingga mengakar di partai tersebut. Sosok Usman dinilai bersikap legaliter dengan kepiawaian berkomunikasi dengan semua pihak,--tidak hanya dekat dengan kiai dan tokoh NU, juga sesama kader dan fungsionaris PKB.

“Kelebihan Abah Usman itu bisa berkomunikasi dengan siapapun, termasuk berbagai tokoh di luar PKB maupun NU. Inilah yang membuat elektalibitasnya lebih unggul karena dapat diterima semua kalangan,” ujarnya.

Sebaliknya, lanjut Nanang, elektabilitas Subandi lebih dipengaruhi jabatannya sebagai ketua DPC PKB. “Saat menjabat Wakil Bupati, Pak Bandi kurang maksimal memainkan perannnya terutama berkegiatan yang langsung menyentuh masyarakat. Dan background Pak Bandi, meski ketua partai DPC PKB, dia berlatar belakang orang PDIP,” tambah Nanang.

Meski demikian, lanjut Nanang, bukan berati dia tidak berpeluang sama dengan Usman untuk  mendapatkan tiket dari DPP PKB. Apalagi Subandi secara stuktural mempunyai kedekatan dengan Muhaimain Iskandar, Ketua DPP PKB,--sebagai orang yang mempunyai hak prerogatif dalam partai itu untuk menentukan siapa yang harus diberi tiket maju dalam Pilkada 2024.

Hanya saja yang juga perlu dicermati, lanjut dia, adalah kekuatan poros alternatif  di antara  head to head Usman vs Subandi. Poros alternatif itu adalah kekuatan politik Bumi Sholawat dan Saiful Ilah, mantan Bupati dan Ketua DPC PKB Sidoarjo. “Kita semua tahu bagaimana hubungan Gus Ali dan Muhaimin. Juga bagaimana kedekatan Saiful Ilah dengan Cak Imin. Ketika dua orang itu yang menelepon, pasti diperhatikan,” ujar Nanang. “Nah, semua itu juga tergantung sejauh mana poros alternatif itu akan memainkan perannya untuk menentukan tiket DPP PKB, sebagai syarat running Pilkada 2024. Namanya politik, tidak bisa lepas dari skala kepentingan. Ketika kedua pihak mempunyai kepentingan sama, semua bisa saja berkolaborasi, meski hubungannya sebelumnya terlihat renggang,” ujarnya.

Sementara itu M. Idham Kholiq, Ketua Paguyuban Kerukunan Umat Beragama Sidoarjo, mengatakan dengan berbagai problem dihadapi Sidoarjo dewasa ini,--salah satunya kerawanan sosial, dibutuhkan pemimpin yang memiliki kemampuan membangun integritas sosial antar warga. “Sosok pemimpin yang kita dibutuhkan yang mampu menjaga terpeliharanya eksistensi keberagaman dan ruang publik bagi semua masyarakat beragama etnis, kultur dan agama,” ujarnya. (*/ful)