Buka Konferensi KMBAAA, Wamenag Sebut Ikhtiar Penguatan Moderasi Beragama di Level Global

Dec 20, 2023 - 21:18
Buka Konferensi KMBAAA, Wamenag Sebut Ikhtiar Penguatan Moderasi Beragama di Level Global
Wakil Menteri Agama Saiful Rahmat Dasuki saat membuka konferensi KMBAAA di Bandung Foto : Kemenag for NUSADAILY

NUSADAILY.COM - JAKARTA - Kementerian Agama ( Kemenag) menggelar Konferensi Moderasi Beragama Asia, Afrika dan Amerika Latin (KMB3A).  Ajang ini berlangsung selama dua hari di Bandung yaitu mulai 20-22 Desember 2023. Acara tersebut dibuka langsung oleh Wakil Menteri Agama Saiful Rahmat Dasuki.

 

Wamenag mengatakan, jika KMBAAA menjadi tonggak penting dalam penguatan moderasi beragama. Selain itu juga menjadi pengingat spirit solidaritas bangsa Asia, Afrika dan Amerika Latin.

 

"KMBAAA menjadi ikhtiar Kementerian Agama dalam penguatan moderasi beragama di level global sekaligus ikut mengupayakan perdamaian dunia di tengah konflik yang terus terjadi di sejumlah negara," kata Wamenag di Bandung, Rabu (20/12/2023).

 

“KMBAAA menjadi forum strategis internasionalisasi moderasi beragama di kawasan Asia Afrika dan Amerika Latin. Hal ini merupakan salah satu implementasi Perpres No 58 tahun 2023 tentang Penguatan Moderasi Beragama,” imbuhnya.

 

Penguatan moderasi beragama, kata Wamenag, diharapkan dapat menjadi solusi global dalam upaya perdamaian dunia. Oleh karena itu, Kemenag mendorong moderasi beragama sebagai gerakan wawasan global untuk mengatasi konflik yang masih terjadi.

 

Wamenag yakin, moderasi beragama dapat menjadi sarana mewujudkan kemaslahatan kehidupan beragama dan berbangsa yang harmonis, damai, dan toleran di wilayah Asia Afrika dan Amerika Latin.

 

 “Semoga dengan terselenggaranya KMBAAA dapat memperkuat dan menumbuhkan literasi dalam spirit solidaritas kehidupan yang damai. Pola pikir tersebut perlu ditumbuhkan kembali guna meraih berbagai harapan ke depan,” tuturnya.

 

Di acara yang sama, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menyampaikan jika konflik antar manusia tidak boleh terjadi, karena mengancam masa depan umat manusia.

 

“Kita perlu merespons eskalasi konflik yang terjadi di dunia. Sebab jika terus dibiarkan akan berakibat kehancuran total dari peradaban manusia dan global,” tutur sosok yang akrab disapa Gus Yahya.

 

Oleh karena itu, ia mengajak para tokoh dunia untuk bersuara lantang agar secara signifikan dapat mengingatkan dunia tentang konsensus penting yang telah dicapai, yaitu Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.

 

 “Kita tidak bisa menunggu momen. Kita harus terus menyuarakan perdamaian dunia,” ungkapnya.

 

“Dengan inspirasi dari Presiden Soekarno bersama rekan-rekannya pada tahun 1955, kami memiliki ide dan niat untuk menciptakan kembali sejarah tersebut. Bahkan berbuat lebih banyak dengan mewujudkan cita-cita Presiden Soekarno untuk mengadakan konferensi Asia, Afrika, dan Amerika Latin di masa depan,” sambung Gus Yahya.

 

“Mari kita bekerja sama demi masa depan umat manusia, demi anak cucu, dan demi masa depan peradaban manusia,” ujarnya lagi.

 

Sementara itu, Kepala Balitbang Diklat Kemenag Suyitno menjelaskan, KMBAAA mengangkat tema Religion And Humanity. KMBAAA digelar dengan mengambil spirit Konferensi Asia-Afrika 1955 di Bandung.

 

“KMB-AAA ini menjadi preliminary event untuk sebuah perhelatan yang lebih besar di tahun 2024, yaitu Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika dan Amerika Latin. Sebagai pre-conference event, KMB-AAA pada tahun ini bermaksud mengundang enam negara anggota PBB yang berasal dari Global South, yaitu Brazil, Mexico, Mesir, Saudi Arabia, dan Afrika Selatan,” jelas Suyitno.

 

“KMBAAA juga sekaligus merencanakan konferensi yang lebih besar di tahun 2024 terkait Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika dan Amerika Latin,” lanjutnya.

 

Secara rinci, tujuan pelaksanaan Konferensi Moderasi Beragama Asia-Afrika dan Amerika Latin:

 

1. Menggelorakan kembali api dan semangat Konferensi Asia-Afrika 1955 di Bandung dan diplomasi Indonesia di Latin Amerika tentang perdamaian dan persatuan bagi masyarakat dunia;

2. Mengembangkan peran diplomasi publik internasional Republik Indonesia melalui penguatan moderasi beragama;

3. Mendorong terciptanya atmosfir perdamaian dan kerukunan umat beragama di dunia;

4. Menangkal tumbuhnya budaya kekerasan dan kelompok keagamaan ekstrem;

5. Mengajak para pemimpin, ilmuwan, dan praktisi dari beragam latar belakang budaya, politik dan agama untuk terlibat dalam dialog yang bermakna demi meningkatkan moderasi, toleransi, kesetaraan dan keselamatan;

6. Berpartisipasi dan berkontribusi bagi terwujudnya Sustainable Development Goals (SDGs) dari perspektif agama;

7. Menampilkan praktik-praktik baik toleransi beragama dan berbagi pelajaran mengenai pembangunan kerukunan umat beragama; dan

8. Membuat rekomendasi mekanisme pembuatan kebijakan dan protokol dalam melakukan mitigasi dan penyelesaian masalah intoleransi, kekerasan dan ekstremisme keagamaan. (sir/wan)