Tulisan Warna Merah ‘Bola dan Bisnis’ Hiasi Dewan Kesenian Malang

Aliansi masyarakat sipil bergerak, kata Dapeng, bukan hanya berbicara soal suporter Arema, lebih luas lagi. Sebab saat ini suporter sudah masuk di ranah sosial, baik itu mempengaruhi hukum, terlebih dimensi kehidupan secara umum.

Jan 11, 2023 - 21:43
Tulisan Warna Merah ‘Bola dan Bisnis’ Hiasi Dewan Kesenian Malang
Tulisan Warna Merah ‘Bola dan Bisnis’ Hiasi Dewan Kesenian Malang

 NUSADAILY.COM – MALANG – Tulisan dua kata warna merah dengan garis bawah ‘Bola dan Bisnis’ kemudian di bawahnya dua kata tulisan hitam ‘Adalah Identitas’ terlihat mencolok di dinding Dewan Kesenian Malang (DKM).

Tidak hanya itu saja sejumlah atribut visual yang kritis sekaligus artistik ada di ruangan DKM. Ada mural, stencil, poster, backspace, spanduk, hingga sketch. Berbagai jenis karya itu dipamerkan oleh Aliansi Masyarakat Sipil Bergerak untuk merespon atas berbagai fenomena di sudut kota Malang.
Tema yang diusung ‘Menyerang Kota’, bermakna ibarat titik gempa, yang berharap dampak luas dengan gerakan lebih luas dan lebih masif.

BACA JUGA : PCNU Kabupaten Malang Gelar Mujahadah dan Apel Akbar di...

Dapeng, koordinator acara pameran, berharap gempa ini dapat memicu pihak lain untuk bergerak sesuai dengan porsi dan kapasitas masing-masing..

Aliansi masyarakat sipil bergerak, kata Dapeng, bukan hanya berbicara soal suporter Arema, lebih luas lagi. Sebab saat ini suporter sudah masuk di ranah sosial, baik itu mempengaruhi hukum, terlebih dimensi kehidupan secara umum.

Melalui pameran ini dia bersama masyarakat yang tergabung dalam aliansi berharap banyak hal yang dapat disuarakan.

Acara ini, tidak diinisiasi oleh satu pihak, atau satu komunitas saja, gerakan tumbuh secara organik. “Ayo bikin acara, onok seng ngono, yowes ayo. Ide gagasan dirembuk bareng-bareng secara kolektif,” ujarnya di sela-sela menghias dinding DKM dengan poster, Selasa (10/01/2023).

Gelaran karya ini berlangsung selama tiga hari dari Senin 9 Januari hingga Rabu 11 Januari 2023. Ide awalnya memang terpantik dari tragedi Kanjuruhan yang menelan 135 nyawa.

Namun, pameran ini juga menyuarakan HAM (Kasus Munir), melawan penindasan, menolak dibungkam, usaha meningkatkan standar hidup masyarakat yang masih rendah, dan hal lain yang berhubungan dengan kota Malang.

“Selain pameran, ada juga perform art, penampilan teater, musik dari band lokal Malang, live cukil, live sablon, dan mural di sejumlah titik jalan kota Malang, salah satunya di sekitar Kayutangan dan Belimbing,” jelas pria berambut gondrong itu sembari tersenyum melihat antusias pengunjung.

Dapeng berbahagia, sebab masyarakat begitu antusias baik sebagai partisipan, maupun pengujung. Menurutnya pameran ini, bukan hanya tampilan karya saja tapi sebagai alternatif pemahaman tentang tragedi Kanjuruhan.

Suporter, terlebih suporter Arema kadang dipandang sebelah mata. Disamaratakan semua suporter kurang berpikir panjang. Padahal tidak semua seperti itu, ada juga yang mampu berpikir panjang dan kritis.

BACA JUGA : 5 Fraksi di DPRD Kota Malang Suarakan Pansus Tragedi Kanjuruhan...

“Arema tidak harus stereotip tentang Bola. Tapi sebagai satu kesatuan suporter seng kudu harus iso mengambil peran di wilayah masyarakat. Datang ke stadion kalah menang biasa, kita harus menghilangkan fanatisme yang membabi buta,” jelasnya.

Ke depan ia berharap dapat mengadakan pameran seni rupa yang merespon berbagai hal di kota Malang. Pembangunan yang tidak tepat sasaran, infrastruktur mandek, banjir, masalah keadilan, hukum, HAM, dan lain-lain.

“Banyak yang ingin disuarakan teman-teman. Terutama merespon seng rodok ngawur , anggaran gede tapi unfaedah,” paparnya sinis.

Dia juga berharap ada gerakan lebih masif, sehingga memiliki dampak lebih besar lagi. “Sementara ke depan konsolidasi dulu, dengan kantong pergerakan sipil yang lain. Nanti kalau sudah satu frekuensi satu sama lain bisa saling memahami. Bergerak bersama, dengan tujuan yang sama untuk kota Malang,” tutupnya.

Sayup-sayup tapi pasti, saat datang ke pameran itu pukul 16.00 WIB pengunjung mulai berdatangan. Beberapa aktor teater yang tampil di malam hari mulai melakukan persiapan. Suara masyarakat sipil kota Malang nampak menggelora dari sudut kecil tembok DKM.(ris)