Praxiserkundungsprojekt (PEP)

Oleh: Surya Masniari Hutagalung

Apr 4, 2024 - 12:03
Praxiserkundungsprojekt (PEP)

Suara tepuk tangan gemuruh dari penumpang pesawat Qatar Airline, setelah pilot mendaratkan pesawat dengan sempurna di bandara Brandenburg Berlin. Sungguh suatu penghargaan dan rasa terimakasih kepada Pilot, yang belum pernah saya dengar di penerbangan Indonesia.

 

Saya sempat meneteskan air mata karena dengan tepuk tangan itu saya juga tersentak. Akhirnya saya tiba di Berlin setelah penerbangan lebih kurang 14 jam di udara. Dalam hati saya bersyukur dan berterimakasih kepada Tuhan dan juga Goethe Institut yang memberi saya kesempatan menambah pengetahuan dan  kompetensi sebagai pengajar bahasa Jerman.

 

Namun bukan drama singkat pendaratan tersebut yang ingin saya sampaikan saat ini. Lama tidak menulis di Nusadaily tercinta, saya ingin membawa oleh-oleh buat pembaca setia. Tidak seperti biasa bercerita terkait budaya tradisional. Saya ingin berbagi pengetahuan kepada pembaca terutama yang berkegiatan sebagai pengajar.

 

Saya menulis judul opini kali ini dengan kata  Praxiserkundungsproject. Kata tersebut adalah istilah dalam bahasa Jerman, yang terdiri dari tiga kata, yaitu die Praxis yang artinya praktik atau perlakuan, die Erkundung artinya aksi untuk mengetahui ketercapaian sesuatu, dan das Projekt artinya rancangan yang direncanakan dengan baik untuk menghasilkan sesuatu.

 

Praxiserkundungprojekt sering disebut sesuai dengan singkatannya saja yaitu PEP. PEP adalah satu kegiatan pengajar untuk mengetahui apakah sesuatu itu bermanfaat atau membawa pengaruh  bagi peserta didiknya. PEP dilaksanakan dalam proses pembelajaran dengan langkah-langkah pelaksanaan yang hampir sama dengan penelitian tindakan kelas atau action research.

 

Namun PEP bukanlah penelitian. PEP tidak melewati proses yang berat untuk pengajar. Sangat sederhana. PEP hanyalah bagian kecil dari satu proses pembelajaran, namun manfaatnya lebih dari manfaat  hasil penelitian.

 

Salah satu tema pada kegiatan Metodik Didaktik di Goethe Institut Berlin yang kami peroleh adalah pelaksanaan PEP. Melalui kegiatan ini diajarkan bagaimana guru dapat (1) memperbaiki proses pembelajaran agar tujuan dapat tercapai, (2) mengembangkan diri berkelanjutan, (3) memiliki kesadaran apa yang harus dilakukan, (4)mencoba hal-hal baru termasuk strategi pembelajaran baru.

 

Adapun langkah pelaksanaan PEP ini terdiri dari empat, yaitu (1) pengajuan pertanyaan mendasar, atau masalah mendasar, (2) merancang dan melaksanakan  PEP, (3) merangkum hasil pengamatan, (4) refleksi dan keputusan pelaksanaan selanjutnya.

 

Seperti yang disampaikan, PEP bukanlah penelitian, artinya bisa dilaksanakan setiap saat tanpa proses panjang. Setiap pertemuan adalah satu pelaksanaan PEP.

 

Sebelum melaksanakan PEP, guru merancang berdasarkan renungan atau hasil pembelajaran sebelumnya. Kemudian yang paling penting adalah melakukan kajian pustaka atau dialog antar kolega untuk pemecahan masalah. Lalu merancang dan melaksanakan PEP.

 

Perlu diingat dalam rancangan sebaiknya ada skenario. Daftar pertanyaan juga perlu dibuat ketika pelaksanaan PEP. Misalnya: (1) bagaimana reaksi mahasiswa, (2) bagaimana interaksi di kelas, (3) bagaimana konsentrasi mahasiswa, (4) apakah  kegiatan dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa.  

 

Kegiatan refleksi adalah kegiatan untuk menggambarkan jawaban untuk daftar pertanyaan yang dijawab ketika pelaksanaan PEP. Jawaban tersebut menjadi pedoman untuk memutuskan apakah kegiatan dapat digunakan untuk pembelajaran selanjutnya atau malah tidak bisa dipakai.

PEP bisa dikatakan praktik mengujicoba sesuatu yang bisa bermanfaat bagi mahasiswa. Setiap pelaksanaan PEP perlu ada catatan hal apa yang bermanfaat dan hal apa yang tidak bermanfaat. PEP tidak perlu dilaporkan sebagai semacam laporan penelitian. Namun perlu ada dokumentasi aksi nyata dari pelaksanaan PEP. Karena yang dibutuhkan di PEP adalah adanya tindakan dan refleksi diri sendiri untuk  pengembangan diri dan pengembangan proses pembelajaran.

 

Adakalanya dalam pelaksanaan PEP, aktivitas diganti dalam 10 menit. Hal ini bisa saja terjadi, apabila reaksi mahasiswa negatif. Karena tidak ada aturan yang mengingat seperti penelitian. Itulah sebabnya perlu daftar pertanyaan ketika pelaksanaan PEP.

 

Selain itu, PEP juga menuntut adanya kolaborasi antar kolega untuk saling tukar menukar informasi terkait ketertarikan bersama untuk merencanakan sesuai permasalahan yang sama. Bersama-sama memikirkan alternativf terbaik dan tukar-menukar pengalaman.

 

Terkadang dalam diskusi antar kolega ditemukan pengalaman lain yang akan berdampak secara meluas. Itulah perlunya ada kegiatan tukar menukar informasi. Hal utama dalam PEP adalah saling merenung dan bertindak agar terjadi peningkatan profesional yakni pengajar mampu mengembangkan diri sendiri dan pengajaran yang dilakukan secara berkelanjutan. (****)

 

Dr. Surya Masniari Hutagalung, M.Pd. adalah Wakil Dekan III FBS Universitas Negeri Medan (Unimed), anggota Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI).

Editor: Wadji