Perbedaan Suara Real Count & Quick Count Semua Lembaga Survei Jadi Indikasi Electoral Fraud

"Hasil quick count hampir semua sama. Karena itu, kalau terjadi perbedaan yang signifikan dengan hasil final nanti, ada kemungkinan memang electoral fraud itu terjadi," kata Afri, Selasa (5/3).

Mar 8, 2024 - 12:51
Perbedaan Suara Real Count & Quick Count Semua Lembaga Survei Jadi Indikasi Electoral Fraud

NUSADAILY.CO.ID – JAKARTA - Direktur Eksekutif Populi Center Afrimadona menyebut hasil perolehan suara Pemilu 2024 tidak akan jauh berbeda dari hasil perhitungan cepat atau quick count yang telah dilakukan oleh sejumlah lembaga.

Perbedaan suara, kata Afri, kemungkinan hanya terpaut sekitar 1 persen sesuai dengan rata-rata margin of error (MoE) lembaga survei dalam kontestasi politik tahun ini.

"Hasil quick count hampir semua sama. Karena itu, kalau terjadi perbedaan yang signifikan dengan hasil final nanti, ada kemungkinan memang electoral fraud itu terjadi," kata Afri saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (5/3).

Pernyataan tersebut Afri sampaikan merespons perolehan suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang dinilai anomali usai sempat mencatat kenaikan signifikan dalam beberapa hari terakhir.

Sebelum KPU menghilangkan data grafik perolehan suara di Sirekap. Data real count KPU per pukul 16.00 WIB, Selasa (5/3) lalu, PSI merengkuh suara sebesar 3,13 persen atau 2.404.933 suara. Perolehan suara itu didapat dari 65,90 persen atau 542.508 TPS dari 823.236 TPS.

Jumlah perolehan suara itu sebelumnya sempat disorot karena naik secara singkat dari hanya sekitar 2,8 persen pada Jumat (1/3). Padahal saat itu perolehan suara yang masuk di KPU sudah 65,34 persen.

Sementara hasil hitung cepat Populi Center untuk PSI dengan perolehan suara yang masuk sebesar 99,30 persen, PSI hanya memperoleh 2,62 persen suara.

Dengan margin of error sekitar 1 persen, suara partai yang kini dipimpin anak Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep itu tak sampai pada suara 4 persen.

"Jadi kemungkinan ya PSI akan tetap sama, seperti hasil quick count gagal lolos ke parlemen," ujar Afri.

Lebih lanjut, Afri juga mengatakan hasil quick count biasanya baru bisa dipatahkan apabila ada perbedaan antara dua sampai tiga lembaga survei yang kredibel.

Misalnya lembaga survei A mengatakan PSI lolos, sementara lembaga survei B tidak. Namun kini semua lembaga survei mencatatkan hasil quick count PSI di bawah 4 persen.

Ia menegaskan lembaga survei bekerja dengan data mentah dari sampel suara TPS yang bisa dipertanggungjawabkan. Oleh sebab itu, dengan metode masing-masing yang digunakan, hasil quick count sejumlah lembaga survei tidak akan jauh berbeda.

"Secara historia, selama ini belum pernah hasil quick count berbeda terlalu jauh dengan real count, rata-rata sama," ujarnya.

Senada, Koordinator Pusat Data Quick Count Litbang Kompas Slamet J. P mengatakan secara umum hasil quick count mestinya tak jauh berbeda dengan real count KPU.

Slamet juga menjelaskan salah satu fungsi quick count adalah untuk mengontrol penghitungan suara.

"Hasil real count mestinya tidak jauh berbeda. Paling tidak secara komposisi. Mungkin kalau desimal ada bedanya. Jadi salah satu fungsinya adalah untuk kontrol dan prediksi," ujar Slamet.(han)