NasDem Sebut yang Memulai Politik Identitas Pilgub DKI Ahok Bukan Anies

Taslim kemudian berbicara mengenai politik identitas pada Pilgub DKI Jakarta tahun 2017. Menurutnya yang memulai isu politik identitas adalah Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang menyinggung soal surat Al-Maidah. "Kalau misalnya bicara tentang politik identitas, justru sebaliknya, justru yang memulai politik identitas itu yang membacakan Al-Maidah, ayat itu," tuturnya.

Jan 17, 2023 - 15:35
NasDem Sebut yang Memulai Politik Identitas Pilgub DKI Ahok Bukan Anies
Hermawi Taslim

NUSADAILY.COM – JAKARTA - Politikus Senior PDIP Deddy Sitorus mengatakan tidak akan melupakan apa yang dilakukan Anies Baswedan pada Pilkada DKI Jakarta tahun 2017. Sebab, kata dia, Anies tidak membahas soal politik identitas yang terjadi pada tahun 2017 itu.

"Ada satu dosa yang belum pernah di-laundry oleh Anies. Ini berkaitan dengan itu, dengan kelompok minoritas. Kita tahu bahwa apa yang terjadi pada pemilu 2017 pada waktu Pilgub," kata Deddy dalam acara Adu Perspektif kolaborasi detikcom dengan Total Politik bertema 'Koalisi Partai: Makin Erat atau bubar', Senin (16/1/2023).

"Ada yang namanya forgive but not forget loh. We forgive but we not forget, kenapa? Karena dia (Anies) tidak pernah menyatakan secara pribadi bahwa apa yang terjadi itu salah dan saya menyesal, dan saya berjanji itu tidak terulang," imbuhnya.

Wasekjen NasDem Hermawi Taslim yang ikut dalam diskusi itu menanggapi Deddy. Dia menyebut Anies tidak bisa memilih siapa yang akan mendukungnya.

"Jadi begini, anda ketika menjadi seseorang, anda tidak bisa memilih siapa pendukung anda. Cara pandang kami terhadap Anies adalah di republik yang plural ini anda tidak bisa mengurus negara ini sendiri, semua anak bangsa harus diajak. Maka ketika ada pertanyaan apakah NasDem mendukung langkah Anies untuk bertemu dengan berbagai kalangan, saya bilang kita mendukung, kenapa? Kita harus rekonsiliasi, kita harus terus membangun kebersamaan," kata Taslim.

Taslim menilai harusnya tidak ada satu pihak yang mengklaim bahwa dirinya paling nasionalis, sehingga menuduh orang lain sebagai kadal gurun atau kadrun.

"Nggak ada satu diri mengklaim diri paling nasionalis lalu dengan mudah menuduh orang kadrun segala macam. Kita semua dibutuhkan perannya," jelasnya.

Deddy lantas menanggapi pernyataan Taslim. Dia menyebut politik identitas yang terjadi pada 2017 adalah warisan yang ditinggalkan Anies dalam konteks pluralisme.

"Tadi saya bicara tentang sosok Aniesnya. Tetapi inilah yang kemudian menjadi legacy Anies dalam konteks pluralisme, karena dia mengabaikan itu," kata Deddy.

"Tadi saya sudah bilang, okelah we forgive him, but we'll not forget. Karena dia nggak pernah bicara tentang itu sama sekali, padahal itu momentum di mana hal yang paling menyakitkan dalam pluralisme kita terjadi," imbuhnya.

NasDem Jawab PDIP: Anda Ini Siapa!

Wasekjen NasDem Hermawi Taslim merespons soal dosa Anies Baswedan yang disebut oleh senior PDIP Deddy Sitorus. Taslim lantas mempertanyakan siapa sosok Deddy sehingga menuduh orang berdosa.

"Anda sudah menuduh orang berdosa, anda ini siapa? yang bisa mengatakan dosa itu siapa," kata Taslim dalam acara Adu Perspektif kolaborasi detikcom dengan Total Politik bertema 'Koalisi Partai: Makin Erat atau bubar', Senin (16/1/2023).

Taslim kemudian berbicara mengenai politik identitas pada Pilgub DKI Jakarta tahun 2017. Menurutnya yang memulai isu politik identitas adalah Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang menyinggung soal surat Al-Maidah.

"Kalau misalnya bicara tentang politik identitas, justru sebaliknya, justru yang memulai politik identitas itu yang membacakan Al-Maidah, ayat itu," tuturnya.

Deddy yang juga hadir dalam diskusi itu menyebut banyak pihak yang trauma dengan apa yang terjadi pada tahun 2017. Dia menyebut pihak tersebut tidak mau berbicara.

"Dengan Anies masih banyak yang punya trauma dan dia tidak bersuara dengan itu kepada publik," kata Deddy.

Taslim lantas memberikan jawaban. Dia menyebut Anies tidak bisa memilih siapa yang akan menjadi pendukungnya.

"Peristiwa 2017 itu kan kalau anda tidak bisa memilih, saya mau ini yang milih saya, ini yang tidak milih saya," kata Taslim.

Deddy kemudian menyinggung soal pendukung Anies yang melarang pendukung Ahok untuk salat di masjid. Anies, kata Deddy, harusnya memberi pemahaman kepada pendukungnya bahwa hal itu tidak benar.

"Yang harusnya dipersoalkan Pak Anies adalah apa yang terjadi misalnya ketika pendukungnya mengatakan pendukung Ahok tidak boleh salat di masjid, dia harus mengatakan itu salah, bukan memilih pendukung, tapi mengoreksi apa yang terjadi di lapangan dalam rangka meraih kekuasaan itu," jelas Deddy.

"Itu semua persepsi, mari kita lihat fakta. Beliau bisa melakukan yang lebih dari apa yang dituduhkan oleh Deddy," jawab Taslim.

Deddy menjawab bahwa dia tidak memberikan tuduhan kepada Anies. Namun, dia menyayangkan Anies tidak pernah berbicara tentang apa yang terjadi pada Pilgub 2017 itu.

"Itu bukan tuduhan, saya tidak menafikan setelah dia berkuasa Anies melakukan beberapa hal yang terkait dengan pluralisme. Tetapi dosa yang terjadi pada Anies itu he never speak about that issue," tuturnya.

"Yang saya masuk dosa di sini dalam tanda kutip loh, bukan dalam konteks agama. Dosa yang membuat sampai sekarang banyak orang against Anies, itu yang kita diskusikan, saya bukan ahli agama," imbuhnya.(han)