Mahasiswa UB Malang Berhasil Ciptakan Aplikasi Pendeteksi Tanda-Tanda Awal Penyakit Jantung

Akademisi yang juga dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, Fakultas Kedokteran (FK) UB ini membuat aplikasi bernama Jejaring Kardiovaskuler Malang (JKM) karena banyaknya penderita penyakit itu di wilayah Malang raya.

Jan 10, 2023 - 17:44
Mahasiswa UB Malang Berhasil Ciptakan Aplikasi Pendeteksi Tanda-Tanda Awal Penyakit Jantung
Aplikasi pendeteksi dini penyakit jantung karya mahasiswa Universitas Brawijaya/Avirista Midaada

NUSADAILY.COM - MALANG - Mahasiswa program spesialis pendidikan kedokteran Universitas Brawijaya (UB) menciptakan aplikasi pendeteksi penyakit jantung.

Akademisi yang juga dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, Fakultas Kedokteran (FK) UB ini membuat aplikasi bernama Jejaring Kardiovaskuler Malang (JKM) karena banyaknya penderita penyakit itu di wilayah Malang raya.

Mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, dr Muhammad Azhar Rosyid menyatakan, aplikasi JKM merupakan pengembangan dari dua aplikasi sebelumnya yang telah dibuat bernama Detak dan Menari (Meraba Nadi Sendiri).

Untuk pembuatannya, aplikasi JKM merupakan kolaborasi dengan kelompok kajian kardiovaskular Universitas Brawijaya yang dipimpin oleh Prof. dr. M. Saifur Rohman SpJP(K) PhD yang sudah diluncurkan sejak Oktober 2020 lalu.

"Aplikasi JKM ini sudah digunakan sebanyak 22.096 user (juga selain diunduh melalui Playstore), dari jumlah tersebut terdeteksi sebanyak 6.127 user dengan resiko tinggi penyakit jantung," kata dr. Muhammad Azhar Rosyid ditemui pada Selasa (10/1/2023).

Azhar menambahkan, untuk penggunaan aplikasi tersebut, warga Malang Raya dapat mengunduh melalui Playstore bagi pengguna smartphone dengan sistem Android.

"Setelah mengunduh, nantinya pengguna akan diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan seputar keluhan apa saja yang dirasakan di bagian dada dan riwayat aktivitas kehidupan sehari-hari," ungkapnya.

Aplikasi pendeteksi penyakit jantung ini memiliki tiga fungsi pemeriksaan jantung, mulai dari deteksi dini serangan jantung, gangguan irama jantung, dan gagal jantung.

Nantinya setiap hasil pemeriksaan dari aplikasi ini akan muncul skor dan persentase kemungkinan pengguna menderita penyakit jantung.

Selain itu, terdapat rekomendasi yang dapat diikuti oleh penderita untuk melakukan penanganan atau pencegahan penyakit jantung, seperti rekomendasi rujukan ke rumah sakit terdekat untuk segera melakukan perekaman jantung atau lainnya.

"Keterlambatan bisa dari pasien itu sendiri, atau dokter yang memeriksa di awal atau akhir, nah itu kami dekatkan pasien jangan sampai terlambat. Semakin banyak waktu terbuang maka akan banyak otot yang tidak berfungsi, mungkin orangnya bisa beraktivitas tapi geraknya sedikit saja, biasanya ada sumbatan atau plak (di bagian dada), mudah capek, jalan sebentar sesak," paparnya.

Selain itu, terdapat 4 rumah sakit dengan layanan kateterisasi jantung sebagai rekomendasi rujukan pada pasien dengan sindroma koroner akut.

Di antaranya RS UMM, RS Persada Hospital, RSI Aisyah Malang, dan RSUD Saiful Anwar Malang.

"Aplikasi JKM ini secara bertahap, mulai tahun 2023 ini untuk disosialisasikan ke masing-masing desa di Malang Raya," tutur pria yang tengah mengambil pendidikan dokter spesialis jantung di Program Pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Malang.

Menurutnya, tingginya angka penderita penyakit jantung di wilayah Malang Raya disebabkan berbagai faktor salah satunya pola hidup bersih dan sehat.

Penyakit jantung bisa dicegah dengan melakukan pola hidup bersih dan sehat. Pola hidup itu harus rutin dilakukan dari muda hingga tua.

"Ada dua faktor risiko seseorang bisa terkena penyakit jantung. Di antaranya faktor risiko karena keturunan genetik dan usia. Sehingga, ia menyarankan penderita penyakit jantung dengan faktor risiko yang kuat untuk rutin melakukan regular check up," jelasnya.

Untuk faktor risiko kedua yaitu karena sesuatu yang didapatkan sehingga seseorang menderita sakit jantung.

Di antaranya karena merokok, obesitas, kurang aktivitas, darah tinggi, kencing manis, kolesterol tinggi dan lainnya.

Di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang sendiri setiap harinya rata-rata bisa memasang ring jantung ke lima pasien. Sedangkan setiap tahunnya ada ribuan pasien yang memasang ring.

"Penduduk dengan penyakit jantung masih didominasi masyarakat berusia 40 tahun ke atas. Meski begitu, ada juga anak-anak yang menderita kelainan dan penyakit jantung bawaan," tandasnya.

(roi)