Kenapa Tak Ada Sanksi dan Embargo untuk Israel, Beda Sikap ke Rusia saat Invasi Ukraina

Tindakan berbeda dilakukan Amerika Serikat dan negara-negara Barat saat Rusia menginvasi Ukraina. AS dan Uni Eropa menyerukan negara lain menjatuhkan sanksi ke Negeri Beruang Merah.

Nov 7, 2023 - 16:26
Kenapa Tak Ada Sanksi dan Embargo untuk Israel, Beda Sikap ke Rusia saat Invasi Ukraina

NUSADAILY.COM – JAKARTA – Palestina sempat menyerukan agar seluruh negara melancarkan sanksi ekonomi dan politik ke Israel menyusul serangan habis-habisan mereka ke wilayah tersebut.

Seruan itu juga sempat diutarakan Menteri Luar Negeri Iran. Namun, sejauh ini belum ada negara yang melancarkan sanksi ke Israel.

Sikap dunia sangat berbeda saat Rusia menginvasi Ukraina. Mereka, terutama Barat, ramai-ramai menjatuhkan sanksi ke Negeri Beruang Merah.

Di luar itu, kenapa tak ada sanksi dan embargo meski Israel terus menggempur habis-habisan Palestina?

Pengamat hubungan internasional yang fokus di kajian Timur Tengah dari Universitas Indonesia, Sya'roni Rofi'i, menilai tak ada sanksi dari negara-negara di Arab lantaran mereka punya sikap masing-masing.

"Saya kira negara-negara di Timur Tengah tidak satu suara dan tindakan, yang saya lihat bergerak sendiri. Dan, rata-rata bentuknya kecaman," kata Sya'roni mengutip CNNIndonesia.com, Senin (6/11).

Sya'roni mengatakan Israel bisa saja ketakutan jika ada tindakan terstruktur dan kolektif dari negara-negara Arab.

Tindakan kolektif itu, kata dia, misalnya memutus hubungan diplomatik dengan Israel.

Sejumlah negara Arab seperti Yordania, Mesir, Uni Emirat Arab, hingga Bahrain memiliki hubungan dengan Israel.

Israel juga belakangan ini membujuk Arab Saudi untuk membuka hubungan diplomatik melalui Abraham Accord yang dibantu Amerika Serikat.

"Sebagai negara, Israel mustahil sendiri tanpa berhubungan dengan tetangganya. Mengakhiri hubungan membuat Israel berpikir ulang [melanjutkan serangan]," ujar Sya'roni.

Lebih lanjut, Sya'roni menerangkan Israel mustahil berdiri sendiri tanpa menjalin hubungan dengan tetangganya.

"Kalau misalnya negara-negara Arab secara kolektif mengisolasi Israel reaksinya saya kira akan berbeda, tindakannya [Israel]," ungkap dia.

Pengaruh kuat AS

Penilaian lain muncul dari pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia Yon Machmudi.

Yon menyebut banyak negara-negara Arab yang bergantung ke Amerika Serikat dan secara langsung dengan Israel. Mereka sangat tergantung soal senjata dari Negeri Paman Sam.

"Dampak normalisasi Israel dengan negara-negara Arab menjadikan mereka tak bisa melakukan sanksi ekonomi, sementara Barat pro terhadap Israel," jelas dia.

Yon juga menerangkan langkah paling jauh yang bisa dilakukan negara di Timur Tengah adalah memberikan "bantuan kemanusiaan ke Palestina daripada sanksi."

Langkah lainnya yakni membiarkan masyarakat di negara-negara Arab memboikot produk-produk Israel.

Boikot terhadap produk Israel juga terjadi di Indonesia. Warganet RI ramai-ramai mengkampanyekan boikot restoran siap saji hingga kedai kopi kenamaan.

Yon melihat boikot ini berdampak pada gerai-gerai yang dianggap berafiliasi dengan AS dan Israel menjadi sepi.

Sya'roni sementara itu, memandang aksi boikot ini sebatas gerakan moral dari masyarakat. Tindakan tersebut bisa berdampak jika muncul instruksi dari pemerintah atau negara.

"Punya moral standing poin, dampak tidak sekuat kalau pemerintah yang memberi instruksi," ungkap Sya'roni.

Namun, instruksi semacam itu juga akan menjadi pertimbangan panjang bagi pemerintah. Mereka, lanjut Sya'roni, akan menghitung untung-rugi jika menyerukan boikot secara resmi.

Tindakan berbeda dilakukan Amerika Serikat dan negara-negara Barat saat Rusia menginvasi Ukraina.

AS dan Uni Eropa menyerukan negara lain menjatuhkan sanksi ke Negeri Beruang Merah.

Sanksi dari negara Barat berbagai macam seperti sanksi ekonomi, embargo perdagangan, hingga pembekuan aset ke sejumlah politikus dan oligarki Rusia.

"Karena Amerika Serikat dan Eropa gerbong besar dampaknya kelihatan, posisi Rusia disanksi Amerika dan sekutunya," demikian menurut Sya'roni.

"Ada gerakan kolektif [di antara negara Barat soal invasi Rusia]. Kalau yang di Israel tidak ada gerakan kolektif," imbuh dia.

Negara Barat juga kompak membela Israel dengan menyebut mereka punya hak untuk mempertahankan diri.

Tak hanya itu, AS dan Inggris juga memasukkan Hamas sebagai organisasi teroris.

Mereka ramai-ramai membantu Israel beberapa di antaranya menggelontorkan anggaran hingga mengerahkan kapal perang serta kapal selam bertenaga nuklir.

Sya'roni lantas mengkritik Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), sebagai wadah negara-negara Arab. Kelompok ini, tak segarang Barat dan tak ada final komunike yang mengucilkan Israel.

"Enggak ada, final communique atau resolusi dari OKI secara kolektif mengembargo Israel itu enggak ada," ungkap pengamat UI ini.

Namun, mereka tak merilis resolusi secara kolektif untuk mengembargo Israel.(han)