Keluarga Korban Kerusuhan di Distrik Wamena Menuntut Penyelesaian Melalui Denda Adat

Tuntutan itu disampaikan dalam mediasi yang digelar pada Selasa (28/2). Mediasi dihadiri oleh Pj Gubernur Papua Nikolaus Kondomo, Bupati Yahukimo Didimus Yahuli, Pj Bupati Nduga Namia Gwijangge, Wakil Bupati Jayawijaya Marthen Jogobi Sekda Lanny Jaya Tedien Wenda dan sejumlah pejabat dan tokoh masyarakat lain.

Mar 1, 2023 - 23:18
Keluarga Korban Kerusuhan di Distrik Wamena Menuntut Penyelesaian Melalui Denda Adat
Kerusuhan massa pecah di Wamena, Papua, Kamis (23/2/2023). (Dok. Humas Polda Papua)

NUSADAILY.COM - JAKARTA - Keluarga korban kerusuhan di Distrik Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan menuntut penyelesaian masalah melalui denda adat dan jalur hukum.

Tuntutan itu disampaikan dalam mediasi yang digelar pada Selasa (28/2). Mediasi dihadiri oleh Pj Gubernur Papua Nikolaus Kondomo, Bupati Yahukimo Didimus Yahuli, Pj Bupati Nduga Namia Gwijangge, Wakil Bupati Jayawijaya Marthen Jogobi Sekda Lanny Jaya Tedien Wenda dan sejumlah pejabat dan tokoh masyarakat lain.

"Pihak korban minta penyelesaian masalah melalui dua tahap yaitu denda budaya adat dan jalur hukum," kata Dandim 1702/Jayawijaya Letkol Cpn. Athenius Murip dilansir dari CNNIndonesia.com, Rabu (29/2). Murip juga hadir dalam mediasi.

Ia menyatakan besaran denda adat masih didiskusikan oleh pemerintah.

BACA JUGA : Setelah Terjadi Kerusushan di Wamena Kapolres Jayawijaya...

"Masih akan didiskusikan pemerintah tentang jumlah kompensasinya," ujar dia.

Murip mengeklaim mediasi berlangsung dengan lancar. Masing-masing pihak dapat menyampaikan aspirasinya, termasuk pihak keluarga korban.

"Saat ini situasi kondusif, terkait adanya berita situasi Wamena lumpuh itu tidak benar, itu hoaks," katanya.

Sebelumnya, kerusuhan terjadi Distrik Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan, Kamis (23/2) lalu.

Kabid Humas Polda Papua Kombes Ignatius Benny Prabowo mengatakan kericuhan yang terjadi sekitar pukul 12.30 WIT, berawal dari adanya isu terkait penculikan anak.

"Kami mendapatkan informasi bahwa ada sebuah mobil tujuan Kampung Yomaima yang ditahan oleh masyarakat di Kampung Sinakma yang diduga sopir mobil tersebut adalah oknum penculikan anak sehingga ini yang membuat kehebohan di tengah masyarakat," kata Benny dalam keterangan tertulis beberapa waktu lalu.

BACA JUGA : 16 Supporter Diperiksa di Polrestabes Surabaya Usai Kerusuhan...

Benny menyebut saat itu aparat gabungan TNI-Polri telah mencoba melakukan negosiasi agar isu penculikan dapat diselesaikan.

Namun Kapolres Jayawijaya dan anggota gabungan yang berada di lokasi justru diserang menggunakan batu dan panah.

Menurutnya, petugas kemudian mengeluarkan tembakan peringatan dengan harapan massa tidak melakukan aksi penyerangan terhadap anggota.

"Massa yang semakin anarkis tersebut tidak mau mendengar himbauan aparat dan tidak mau membubarkan diri saat diberi tembakan peringatan bahkan menyerang aparat dengan panah," katanya.

Akibat bentrokan tersebut, ia mengatakan total terdapat 12 korban tewas. Rinciannya, dua orang korban berasal dari massa perusuh, sementara 10 lainnya berasal dari massa perusuh yang ditembak oleh petugas.(lal)