China Ngaku Kasus Kematian Hampir 60 Ribu Akibat Covid-19, Ini Respons WHO

China mengatakan hampir 60 ribu orang dengan infeksi COVID-19 meninggal di rumah sakit semenjak pemerintah mencabut aturan ketat penanganan virus Corona 'zero-COVID' pada Desember 2022.

Jan 17, 2023 - 18:30
China Ngaku Kasus Kematian Hampir 60 Ribu Akibat Covid-19, Ini Respons WHO
ilustrasi covid-19

NUSADAILY.COM – CHINA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan China untuk terus memantau kasus kematian yang berlebih akibat COVID-19. WHO berharap, bisa mendapatkan gambaran lebih lengkap terkait dampak lonjakan kasus COVID-19 di negara tersebut.

Pada Sabtu (14/1/2023), China mengatakan hampir 60 ribu orang dengan infeksi COVID-19 meninggal di rumah sakit semenjak pemerintah mencabut aturan ketat penanganan virus Corona 'zero-COVID' pada Desember 2022. Pencabutan tersebut dilakukan karena banyaknya kritik terhadap kebijakan yang dinilai terlalu keras.

BACA JUGA : Duh! Covid di China Menggila, Hampir 60 Ribu Orang Meninggal...

"WHO merekomendasikan pemantauan kematian berlebih, yang memberi kita pemahaman yang lebih komprehensif tentang dampak COVID-19," ungkap pihak WHO dikutip dari Reuters, Senin (16/1/2023).

"Ini sangat penting dilakukan selama periode lonjakan (COVID-19) ketika sistem kesehatan sangat terbatas," sambungnya, dilansir dari detik.com

WHO menjelaskan hingga kini belum ada informasi pasti perihal kapan pihaknya akan bertemu lagi dengan pejabat China. Mengingat akhir pekan kemarin, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus berbicara dengan Direktur Komisi Kesehatan Nasional China Ma Xiaowei.

Setelah mengkritik Beijing karena tidak berterus terang perihal skala wabah, WHO akhirnya menyebut bahwa otoritas China akhirnya telah memberikan informasi tentang kematian di rumah sakit dan kasus rawat jalan yang lebih baik.

BACA JUGA : Aktor Revaldo Resmi Jalani Rehabilitasi di LIDO Bogor

Profesor di Georgetown Law di Washington, D.C. Lawrence Gostin, mengatakan keputusan China untuk membuka lebih banyak data adalah karena didorong oleh WHO.

"Mendapatkan informasi tentang jumlah korban tewas yang lebih akurat itu menyegarkan," ujarnya.

"Tetapi akan lebih penting lagi untuk mendapatkan GSD (data urutan genetik) secara lengkap tentang virus yang beredar di China. Itulah perhatian global yang sangat besar," pungkasnya.

Menurut pejabat setempat, China mencatat sebanyak 59.938 kematian yang berkaitan dengan COVID-19 antara 8 Desember 2022 dan 12 Januari 2023. Sebagian besar dari mereka meninggal di usia 80 tahun, dan banyak yang memiliki komorbid atau kondisi yang mendasarinya.

Sebelumnya mengacu pada laporan BBC, berikut rincian kasus kematian terkait COVID-19 yang diumumkan China:

Kematian yang disebabkan gagal napas langsung akibat COVID-19 sebanyak 5.503 kasus

Akibat kondisi kesehatan mendasar dan terinfeksi COVID-19 sebanyak 54.435 kasus. (ros)