Wali Selalu Merinding Setiap Kali Manggung di Pesantren
Sebagai band yang sudah dua dekade lebih berkarya, Wali sudah melakoni sejumlah konser di banyak tempat. Namun, di antara banyaknya lokasi konser yang pernah mereka datangi, ada satu tempat spesial bagi Wali. Apa itu?
NUSADAILY.COM – JAKARTA - Sebagai band yang sudah dua dekade lebih berkarya, Wali sudah melakoni sejumlah konser di banyak tempat. Namun, di antara banyaknya lokasi konser yang pernah mereka datangi, ada satu tempat spesial bagi Wali. Apa itu?
Wali mengaku selalu punya kesan khusus jika tampil di pesantren. Termasuk ketika mereka tampil dalam acara milad Pondok Pesantren Daar El-Qolam ke-56. Faank dan Apoy mengaku grogi ditonton oleh guru dan kyai saat mereka mondok dulu.
"Manggung di sini menegangkan, menyeramkan, dan merinding. Kenapa? Karena terlalu sakral. Di sini ada santri yang dulu juga kita pernah nyantri, yang kedua ada guru-guru kami, ada kiaai. Jujur agak sedikit nervous. Karena takut ada kesalahan yang dilakukan," kata Apoy di Balaraja, Tangerang sebagaimana dilansir dari medcom.id.
Selain bisa bertemu dengan gurunya dulu, Apoy mengaku selalu punya kesan khusus jika tampil di depan para santri. Apoy pun berharap kedatangan mereka bertemu para junior bisa memberikan energi dan motivasi tambahan kepada mereka.
"Santri harus bisa apapun dan itu peninggalan dari pendiri Daar el-Qolam dan La Tansa almahrum K.H. Ahmad Rifa'i Arief bahwa santri harus bisa berkiprah di masyarakat, harus bisa mewarnai. Jadi saya sebagai salah satu alumni, ingin menyalakan energi untuk mereka bisa berkiprah di masyarakat," jelasnya.
Hal senada disampaikan Faank sang vokalis. Tampil di pesantren membuat dia terkenang masa lalu ketika masih menimba ilmu di pesantren.
"Salah satu ciri khas La Tansa, dan Daar el- Qolam itu bahasanya, Arab dan Inggris. Kita wajib bicara setiap hari menggunakan Bahasa Arab dan Inggris," kata Faank.
Kebanggaan serupa dirasakan pimpinan Pondok Pesantren Daar El-Qolam, K.H. Nahrul Ilmi Arief dan pimpinan Pondok Pesantren La Tansa, K.H. Adrian Mafatihallah Karim. Mereka merasa bangga memiliki murid seperti Apoy dan Faank yang hingga kini masih memberi kontribusi ke masyarakat dengan mensyiarkan Islam melalui musik.
"Kami ingin santri berkiprah sesuai kompetensinya dengan nilai yang ditanamkan sesuai cita-cita almahrum Kyai Ahmad Rifai Arief. Santri itu harus mengakar dengan nilai-nilai kepesantrenan, ketaatan, kemandirian, sehingga bisa mengukur dengan sebuah proses belajar dan pengalaman sehingga bisa mengukir apapun yang mereka bisa lakukan," papar K.H. Adrian Mafatihallah Karim Tansa.(*)