Romantisme Lagu Pop Jawa, Sentuhan Budaya Tayup dan Sastra Pariwisata

Oct 31, 2023 - 00:05
Romantisme Lagu Pop Jawa, Sentuhan Budaya Tayup dan Sastra Pariwisata

Syair lagu dan sastra saling mengisi. Demikian halnya dalam perbincangan tentang proses kreatif. Objek pariwisata pun menjadi objek penciptaan apa itu untuk ciptaan lagu maupun ciptaan sastra. Objek tersebut bertautan antara objek wisata, kegiatan wisatawan, mitos dan legenda yang bergayut dengan tempat pariwisata atau aspek-aspek yang menarik dan estetis untuk menghasilkan karya ciptaan.

 

Folklore merupakan salah satu kajian yang mampu memberikan daya tarik yang bisa membantu meningkatkan apresiasi penikmat lagu, karya sastra, termasuk tempat wisata yang dipopulerkan melalui karya seni. Di sisi lain, munculnya kajian baru bidang sastra, yakni tentang sastra pariwisata. Kajian ini merujuk pada penggunaan karya sastra yang berfungsi sebagai media yang bernilai bagi masyarakat pembaca. Termasuk di dalamnya, hadirnya lirik lagu sebagai produk ciptaan yang terlibat dalam khasanah budaya popular dan industri kreatif. Dalam konteks ini, sastra dan lirik lagu berguna untuk mengangkat persoalan destinasi wisata.

 

Estetika lirik lagu dan sastra memberikan pengalaman estetik bagi penikmatnya. Pengalaman estetis itu memanjakan segi auditif. Tak hanya itu, persepsi, wawasan, dan sikap positif akan terbangun tatkala ada keterpaduan antara unsur kesastraan dengan tempat wisata yang dipandang dari banyak dimensi. Misalnya, dimensi ekonomi, seni, budaya, tradisi, dan sosial.

 

Sama halnya dengan sastra pariwisata, dalam lirik lagu-lagu pop Jawa yang berlatar tempat pariwisata memiliki gaya dan pengungkapan yang tidak jauh dengan sastra pariwisata. Contohnya, lirik lagu berbahasa Jawa apa itu pada lagu pop Jawa, lagu keroncong atau lagu-lagu campursari. Termasuk di dalamnya, lagu-lagu yang mengangkat latar pariwisata dengan menggunakan dialek dalam Bahasa Jawa.

 

Beberapa lagu itu di antaranya, lagu Bromo Indah, Blitar,  Srihuning, Terminal Madiun Ngawi, Goyang Semarang dan Balekambang. Ketiga lagu ini biasanya digunakan dalam seni tayup, yakni seni tari yang dilakukan berpasangan antara laki-laki dan perempuan sebagai salah tradisi berkesenian di Jawa Timur. Tarian ini diiringi lirik tembang gending dan gamelan. Lirik lagu Bromo Indah  menceritakan wisata gunung Bromo yang ditautkan dengan wilayah kabupaten Probolinggo. Sedangkan lagu Blitar menonjolkan isinya Blitar sebagai kota kecil yang berada di dekat Gunung Kelud, di sana terdapat Candi Penataran, dan tempat pemakaman Bung Karno.  Lagu dari Tuban diperkenalkan dengan Srihuning . Tuban sendiri banyak tempat wisatanya, pada lagu Srihuning lebih bernuansa kepahlawanan.

 

Lirik lagu pariwisata tidak semuanya menyajikan narasi tempat wisata. Termasuk di dalamnya teks yang memberikan sajian daya tarik dari lokasi tersebut, misalnya berkenaan dengan kulinernya. Materi kuliner tersebut dapat di perhatikan pada lirik lagu dari  Gunung Kidul  Jawa Tengah disajikan lagu tayup Gunung Kidul yang diperkenalkan dengan khas kulinernya pada lagu yang digubah oleh Mantous dengan judul Tiwul Gunung Kidul. Contoh lain pada lirik lagu Gethuk, Tahu Tempe,

 

Pada lagu pop Jawa terdapat lagu-lagu yang secara eksplisit menyebutkan keadaan tempat pariwisata, di antaranya pada lagu Gerajagan, Taman Curug, Pantai Klayar, dan  Tanjung Mas Ninggal Janji. Lirik lagu dalam konteks pariwisata tidak lepas dari pengalaman pengunjung pariwisata. Dalam lirik-lirik tersebut menggambarkan situasi percintaan muda-dan mudi di tempat pariwisata sehingga tempat tersebut ramai dikunjungi baik siang maupun malam. Pengalaman wisata menjadi pengalaman yang romantis.  

 

Lagu-lagu pariwisata besinggungan dengan pengalaman cinta. Pengalaman  percintaan menjadi daya tarik lagu pada umumnya karena dasarnya lagu sebagai hasil dari ekspresi perasaan dan emosi. Pengalaman  percintaan mendasar bagi banyak orang. Kisah romantic sebenarnya banyak ditemukan dalam lagu pop berbahasa Jawa. Tak sekadar itu, dalam lagu-lagu pop Indonesia dan lagu-lagu pop yang diekspresikan dalam bahasa-bahasa daerah  pun juga banyak ditemukan.

Dalam perbincangan lagu pop Jawa semakin popular dan semakin banyak yang menyukai. Lepas dari latar pariwisata, lagu pop  Jawa pada umumnya mengekspresikan sisi-sisi romantisme. Lebih mengherankan akhir-akhir ini, lagu-lagu pop Jawa trend diramaikan dalam balantika musik Indonesia di berbagai media, termasuk dalam konten media sosial. Lirik lagu pop Jawa yang ditawarkan adalah lagu-lagu yang menyuguhkan romantika Jawa, seperti pada lagu Nemu (Gilga Sahid dan Global Musik), Kembang Wangi (Happy Asmara),  Cundamani (Denny Caknan), Dadi Siji (Miqbal dan Siska Amanda), Kalih Welasku (Denny Caknan).

 

Romantika dan percintaan dalam lirik lagu-lagu pop berbahasa Jawa mengisyaratkan pesan dalam situasi percintaan yang bermacam-macam. Pada umumnya banyak pasangan cinta yang saling merindukan dan mengalami situasi kesepian. Dalam lagu-lagu pop tersebut misalnya, mengungkap permasalahan keabadian cinta, komitmen cinta, patah hati, dan pengkhianatan cinta. Setidaknya, penggubah lagu menyajikan persoalan cinta dalam lirik teks lagunya yang memenuhi daya keindahan dan pesona alam yang melingkupinya sehingga lirik lagu percintaan tersebut menjadi menarik dan diminati banyak orang. Nada, melodi dan lirik lagu diaransemen dengan bagus sehingga memperkuat romantika dan estetikanya.

 

Ademe gunung merapi purbo
Melu krungu suaramu ngomongke opo
Ademe gunung merapi purbo
Sing neng langgran Wonosari Yogjokarto
Janjine lungane ra nganti suwe suwe
Pamit esuk lungane ra nganti sore
Janjine lungo ra nganti semene suwene
Nganti kapan tak enteni sak tekane

 

 

Petilan di atas sebagai contoh sentuhan tempat pariwisata yang menjadi latar romantika dalam lagu Banyu Langit yang popular dinyanyikan oleh Didi Kempot. Lagu ini sebagai lagu romantis berbahasa Jawa yang bercerita tentang kerinduan seseorang pada kekasihnya yang telah pergi dan tidak kembali. Dalam kerinduannya itu, dirinya tetap setia menunggu. Secara metaforis, keadaan seperti itu diungkapkan dengan kata banyu langit atau air yang diharapkan turun dari langit. Lagu berlatar tempat wisata ini disukai banyak orang. Perasaan cinta dikemas melalui pemaknaan ketulusan cinta sehingga memang mampu menyentuh hati.

 

Lagu-lagu dengan latar pariwisata dapat ditonton dan didengarkan oleh penikmatnya. Lagu-lagu ini berguna untuk memperkaya pengalaman wisatawan juga memberikan nuansa kesenangan selama perjalanan wisata dan mengembangkan wawasan budaya. Pendekatan pariwisata dalam khasana kajian  sastra dan musik di Indonesia tergolong baru. Termasuk di dalamnya, belum banyak ditemukan kritik sastra dan lirik lagu yang membahas genre pariwisata. (****)

 

Gatot Sarmidi, Dosen Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas PGRI Kanjuruhan Malang dan Pengurus bidang Sastra di PISHI. Tulisan ini disunting oleh  Dr. Dewi Kencanawati, M.Pd., dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Nusantara PGRI Kediri dan Ketua 5 Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI)