Pedasnya Kritikan Dengan Bahasa Hinaan

Oleh: Dr. Sulistyani, M.Pd.

Aug 23, 2023 - 02:51
Pedasnya Kritikan Dengan Bahasa Hinaan

Kekacauan yang dipicu karena perdebatan wacana saat ini begitu banyak terjadi.  Trigernya  karena terjadi perbedaan visi dan pemikiran menjelang tahun politik 2024, dan yang membuat prihatin saling serang, saling hujat, saling mencaci  antar pendukung tokoh dan partai itu, mengunakan bahasa yang tajam dan tidak eti. Ironisnya para pendukung partai yang memiliki pemikran yang bersebrangan tidak memiliki rasa malu untuk mempertontonkan bahasa vulgar mereka di ruang publik (media sosial, TV, dan media masa, cetak maupun online).

 

Setelah beberapa hari ramai berita di facebook, instagram, twiter dan televisi, kiranya sangat menarik untuk membahas hal yang paling menjadi sorotan. Setiap orang mestinya tahu bahwa kritikan dan hinaan adalah tindakan yang berbeda. Kritikan dan hinaan tentunya juga menggunakan bahasa yang berbeda pula.  Mereka mungkin juga memang tidak dapat membedakan keduanya. Baiklah, mari kita bahas.

 

Mengkritik adalah tindakan antara lain yaitu menganalisa, mengevaluasi, menanggapi suatu masalah. Mengkritik biasanya menggunakan bahasa yang sopan dan santun agar tidak menyinggung perasaan orang lain. Sedangkan menghina biasanya menggunakan bahasa yang tidak formal dan tidak sopan maupun santun. Bahasa tindakan menghina dapat menyebabkan orang lain merasa tersinggung. Kritikan biasanya bermakna positif, merupakan tanggapan atau pertimbangan terhadap sesuatu hal. Hinaan pada umumnya bermakna negatif. Menghina merupakan hal yang merendahkan atau memburukkan nama baik orang lain dengan motif-motif tertentu.

 

Dr. Mudzakir SH MH, pernah memaparkan tentang Eksistensi delik penghinaan dan Hate Speech ditinjau dari Kebijakan Hukum Pidana dalam seminar yang digelar di Universitas islam Indonesia (UII). Dr. Mudzakir SH MH mengatakan jika menghina tidak sama dengan mengkritik dimana pengkritik biasanya mempertimbangkan baik buruk terhadap suatu hal. Pengkritik juga menyampaikan pendapat tentang hal itu.

 

"Perbuatan kritik tidak identik dengan menghina, tetapi perbuatan menghina adalah perbuatan jahat, karena di dalamnya terkandung maksud jahat untuk menghina atau sengaja membuat orang lain terhina," beber Mudzakir. Jadi sudah jelas bahwa kritik dan hinaan adalah suatu hal yang berbeda. Jika mau mengkritik ya jangan menggunakan kata-kata penghinaan, melukai hati.

 

Dalam mengkritik, seseorang sering menyatakan sindiran yang sering disebut satire. Satire dapat diekspresikan melalui ironi. Ironi dapat berupa gaya bahasa sindiran-sindiran halus dan dapat juga melalui penggunaan kata-kata yang bertentangan dengan makna yang sesungguhnya. Bahkan tak sedikit orang menggunakan gaya bahasa sarkasme dimana seseorang melontarkan kata-kata yang kasar dan secara langsung.

 

Akhir-akhir ini seorang pengamat politik bahkan menggunakan kata “bajingan” dan “tolol” kepada seorang presiden. Menurutnya, ungkapan tersebut merupakan bentuk kritik terhadap suatu jabatan, bukan terhadap individu. Namun banyak orang menilai ungkapan tersebut merupakan penghinaan terhadap pribadi seorang presiden sebagai individu. Apakah ungkapan tersebut menyakitkan perasaan seseorang? Apakah itu kritik? Harus sekasar itukah kritik yang harus diterima seorang presiden?

 

Mungkin kita harus bisa menempatkan diri pada posisi presiden untuk dapat merasakannya. Namun jika dilihat dari reaksi kebanyakan netizen, tampaknya ungkapan tersebut telah menyinggung perasaan mereka. Banyak kemarahan warga yang timbul akibat dari dua ungkapan kasar tersebut. Implikasinya bahwa meskipun mengkritik dapat menggunakan gaya bahasa sarkasme, langsung dan kasar, namun jika mengkritik itu maksudnya membangun, maka sangat tidak tepat untuk digunakan.

 

Ingat, ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mengkritik. Pertama, apakah kritik itu bersifat urgent, penting? Jika tidak, maka sebaiknya tidak perlu memaksakan diri untuk melakukannya. Tahan diri, terutama disaat sedang emosi. Kedua, apakah situasi dan kondisinya mendukung untuk menyampaikan kritikan? Dalam situasi yang tidak memungkinkan kritikan tidak akan didengar dan justru bisa memperkerruh keadaan. Misalnya seseorang mengungkapkan kritikan dengan nada sangat tinggi di depan banyak orang. Kesan orang lain terhadap pengkritik akan buruk sehingga mengurangi perhatian mereka meskipun maksud pengkritik itu benar.

 

Selain dari dua hal di atas, pertanyaan selanjutnya yaitu bagaimana kita mengkritik? Karena kita patut tahu bahwa tujuan mengkritik adalah membagun hal positif. Maka tindakan ini harus dilakukan dengan tidak mempermalukan orang lain didepan banyak orang. Bagaiman sebaiknya? Jika memungkinkan dapat dilakukan dari hati ke hati dan tidak berkata-kata kasar. Dan yang tidak kalah penting, kritik disampaikan bukan kepada orangnya. Jika kritik dialamatkan kepada personal, yang terjadi justru menyerang, mengolok-olok, menjelekkan dan sebagainya. Cara seperti itu jelas lebih ke arah hal negatif dan sia-sia dibanding yang positif tentunya.

 

Jadi, ada perbedaan yang jelas antara mengkritik dan menghina. Siapapun wajib paham akan pemilihan bahasa yang akan digunakan agar tidak mengkritik yang ujung-ujungnya menghina tetapi tetap mengklaim mengkritik. Pikirkan lagi dan lagi. Lagipula mengkritik saja akan kurang berguna. Alangkah baiknya kalau mengkritik berikan juga saran solusinya. Itulah yang positif dan membangun. Salam adem. (***)

 

Penulis adalah Dosen  Tetap  Universitas dosen Universitas Nusantara PGRI Kediri sekaligus anggota Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI).  Penyuting Dr. Ida Sukowati, M.Hum., dosen LDDIKTI WIL-VII dan anggota PISHI