–Less di Masa Liburan

Minggu lalu para siswa masuk masa libur sekolah. Beberapa perguruan tinggi juga sudah masuk libur semester. Sehingga  untuk beberapa keluarga yang memiliki anak usia sekolah dan usia mahasiswa, masa liburan dapat bersama-sama. Datangnya masa liburan ini membawa efek positif, bukan saja turunnya beban akademik para siswa atau mahasiswa namun juga peningkatan pergerakan ekonomi karena mobilitas massa.

Jan 7, 2024 - 10:06
–Less di Masa Liburan

Oleh: Dr. Siti Asmiyah, M.TESOL.

 

Minggu lalu para siswa masuk masa libur sekolah. Beberapa perguruan tinggi juga sudah masuk libur semester. Sehingga  untuk beberapa keluarga yang memiliki anak usia sekolah dan usia mahasiswa, masa liburan dapat bersama-sama. Datangnya masa liburan ini membawa efek positif, bukan saja turunnya beban akademik para siswa atau mahasiswa namun juga peningkatan pergerakan ekonomi karena mobilitas massa.

Banyak keluarga yang pergi bersama untuk mengisi selama masa liburan. Mobilitas ini tentu membawa banyak efek positif ke beberapa bentuk kegiatan ekonomi. Dari sisi transportasi, sudah dapat dipastikan terjadi lonjakan reservasi untuk beberapa angkutan umum. Tiket kereta api dan pesawat terbang banyak yang sudah di booking jauh sebelum masa liburan tiba. Sehingga, bagi mereka yang booking mendadak harus siap-siap kecewa karena kehabisan tiket. Hal ini juga terjadi pada jasa travel atau persewaan kendaraan baik bis maupun family car. Ini menunjukkan bahwa masa liburan dapat meningkatkan ekonomi para pelaku usaha di bidang transportasi.

Selain transportasi, jasa penginapan juga terimbas secara positif di masa liburan. Beberapa keluarga mungkin menghabiskan liburan dengan berkunjung ke rumah orang tua atau saudara.  ‘Ke rumah nenek’ mungkin pilihan yang lazim dilakukan oleh keluarga untuk mengisi masa liburan. Namun tidak jarang juga ada keluarga yang memilih untuk staycation di hotel atau penginapan. Mereka mencari penginapan untuk menghabiskan waktu liburan bersama dan menguatkan ikatan keluarga inti dengan ‘quality time.’  Tempat-tempat penginapan fully booked. Secara statistik tentu perputaran transaksi keuangan dari aspek perhotelan ini cukup tinggi.

Bentuk kegiatan ekonomi lain yang tentu saja diuntungkan dari masa liburan adalah layanan tempat wisata. Minggu lalu penulis pergi ke beberapa destinasi wisata di Gunung Kidul, yaitu ke Pantai Indrayanti dan HeHa Skyview. Perjalanan menuju destinasi ini melewati perbukitan yang berkelok dengan antrian kendaraan yang sangat panjang. Baik bis maupun kendaraan pribadi beriringan untuk melewati jalan yang boleh dibilang tidak terlalu lebar. Cukup untuk dua kendaraan bersimpangan, begitu saja.

Antrian untuk masuk ke kedua tempat wisata ini juga sangat luar biasa. Area parkir penuh, demikian pula di sepanjang pantai dan tempat wisata. Begitu juga antrian di toilet dan mushalla. Berapa ratus juta uang berputar di destinasi ini dalam satu hari, mulai dari tiket, tarif parkir, maupun sumbangan suka rela untuk toilet. Belum lagi pengeluaran untuk minum, snack maupun menu utama di tempat-tempat makan yang banyak tersebar di tempat wisata tersebut.

Selain efek positif di kegiatan ekonomi selama liburan tersebut, ada pelajaran lain yang dapat penulis petik. Saat menunggu antrian parkir di Pantai Indrayanti, ada keluh kesah dari sang tukang parkir. “Jan lempoh parkir dina iki mau. Nyapo to wong-wong ki kok bareng-bareng piknik e. Mbok yo gantian.”  Kurang lebihnya artinya begini,  hari ini sangat melelahkan. Kenapa orang-orang kok pikniknya berbarengan. Seharusnya gantian. Curahan hati Pak Parkir ini tentu sangat dipahami. Kondisi parkir yang penuh sesak dan ruwet tentu sangat melelahkan untuk mengaturnya.

Namun tentu kalau diminta untuk gantian waktu pikniknya, akan sulit untuk dilakukan karena waktu liburannya memang sama. Penulis sempat terpikir, ketika tukang parkir ini sedang sibuk melayani orang-orang agar dapat menikmati liburan bersama keluarganya, justru dia sendiri tidak sempat berlibur dengan keluarganya di masa liburan ini. Dia harus bekerja di masa liburan. Tentu Pak parkir ini tidak sendirian. Mereka yang menjadi sopir travel, pekerja di penginapan atau hotel dan para pengusaha kuliner juga harus bekerja di saat liburan.

Ada juga hal menarik lain yang dapat penulis pelajari saat mengamati parkiran. Banyak banner yang berisi quote yang lucu. Ada yang tertulis ‘Kerja terus, gak bahaya tah. Ayo piknik.’ Quote sudah sering kita dengar. Banyak video berseliweran di media sosial tentang pesan yang sama dengan quote di atas. Ada satu lagi quote yang menurut penulis sangat menarik dan tertanam di pikiran. “Ya kerja, ya dolan, ya njajan. Tanggal 5 bayaran, tanggal 6 entek-entekan. Sing penting panggah hore.”

Quote ini memang sepintas nampak lucu namun sebenarnya ada pesan penting di dalamnya. “Ya kerja, ya dolan, ya njajan”, menunjukkan pentingnya keseimbangan dalam hidup. Hidup jangan hanya melulu fokus kepada pekerjaan. Ada juga saat harus menyeimbangkan hidup dengan memelihara kesehatan jiwa. Dolan (piknik, berlibur) dan njajan merupakan salah satu cara untuk menyeimbangkan hidup antara kerja dan memberikan waktu rehat kepada jiwa dan raga.

Akan tetapi, dengan perkembangan digital saat ini, menyeimbangkan liburan dengan pekerjaan terkadang menjadi sebuah tantangan tersendiri. Harus diakui bahwa era digital ini membuka banyak kemungkinan. Hidup menjadi lebih fleksibel karena banyak hal yang dapat dilakukan secara daring maupun dilakukan dengan bantuan teknologi.

Dengan banyaknya aplikasi yang memudahkan pekerjaan, kita dapat bekerja secara spaceless. Bekerja tidak lagi harus terbatas pada ruang dan waktu. Dengan kecanggihan teknologi komunikasi dan internet, kita dapat melakukan pekerjaan di mana saja dan kapan saja. Asal target, waktu penyelesaian, mekanisme dan pembagian tugas dalam tim sudah jelas, pekerjaan dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Sekarang banyak pekerjaan yang tidak mengharuskan kehadiran secara fisik.    

Meskipun moda spaceless ini membuka banyak peluang flexibilitas, di sisi lain spaceless ini juga membawa tantangan tersendiri. Tuntutan untuk bekerja di mana saja dan kapan saja juga muncul. Pekerjaan seolah-olah menjadi timeless, tidak ada akhirnya, terus menerus ada. Pekerjaan yang tidak menuntut adanya kehadiran fisik sering menuntut kita untuk bekerja tak mengenal waktu.

Diakui atau tidak, banyak orang tua yang harus tetap membawa laptopnya ketika harus mendampingi keluarga dan anak-anaknya berlibur. Saat menunggu anak-anaknya berenang, mereka harus tetap berada di tepi kolam sambil membuka laptop dan menyelesaikan target kerjanya. Begitu pula saat malam tiba. Ketika yang lain terlelap karena lelah setelah seharian menikmati tempat-tempat wisata, beberapa orang tua harus tetap terjaga dan kembali membuka laptop untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Ada beberapa orang yang beruntung dan dapat benar-benar berlibur tanpa dibebani dengan pekerjaan. Namun sebagian yang lain harus tetap membawa pekerjaannya saat liburan. Flexibilitas pekerjaan di era digital bukan hanya membawa dampak positif karena pekerjaan dapat dilakukan secara spaceless, namun di sisi lain juga membuat pekerjaan menjadi timeless sehingga kita menjadi restless. Apapun itu, semoga liburan tahun ini tetap menyenangkan dan kita semua dapat tetap menjaga kesehatan dan keseimbangan jasmani dan rohani. Kerja ya kerja tapi aja lali njajan lan dolan.

 

 

 

Dr. Siti Asmiyah, M.TESOL., adalah dosen Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya dan anggota Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia(PISHI).

Tulisan ini telah disunting oleh Dr. Aris Wuryantoro, M.Hum., adalah dosen di Universitas PGRI Madiun dan anggota Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI).

.