Upaya Pembentukan Opini Publik di Balik Narasi Pilpres Satu Putaran

Berdasarkan hasil survei terbaru Poltracking, elektabilitas mereka ada di posisi puncak dengan perolehan 40,2 persen. Hanya butuh sekitar lima persen lagi untuk mencapai 45 persen.

Nov 14, 2023 - 18:57
Upaya Pembentukan Opini Publik di Balik Narasi Pilpres Satu Putaran

NUSADAILY.COM – JAKARTA - Tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden siap bertarung di Pilpres 2024.

Ketiga pasangan, yaitu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sudah resmi ditetapkan KPU.

Di tengah hadirnya tiga pasangan calon, narasi Pilpres 2024 hanya berlangsung satu putaran mengemuka. Sejumlah hasil survei menyatakan Prabowo-Gibran berpotensi menang dalam satu putaran.

Hasil simulasi satu putaran yang dirilis lembaga Populi Center menunjukkan pasangan tersebut paling mungkin menang dalam satu putaran ketimbang dua pasangan lain.

Hasil senada juga dirilis survei Poltracking Indonesia yang menyatakan Prabowo-Gibran berpotensi menang satu putaran jika elektabilitas mencapai 45 persen.

Berdasarkan hasil survei terbaru Poltracking, elektabilitas mereka ada di posisi puncak dengan perolehan 40,2 persen. Hanya butuh sekitar lima persen lagi untuk mencapai 45 persen.

Pada Sabtu (11/10), dalam acara konsolidasi partai Koalisi Indonesia Maju (KIM) Lampung di Graha Wangsa, Lampung, Gibran pun mengklaim bisa menang cepat. Ia optimistis pilpres hanya satu putaran.

"Bapak, Ibu, ini pertarungannya waktunya pendek sekali tapi saya yakin dengan semangat Bapak/Ibu semua, saya yakin kita bisa menang satu putaran," kata Gibran.

Optimisme satu putaran itu juga disampaikan Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep. Ia mengatakan survei Prabowo-Gibran belakangan terus meningkat.

Namun, dosen Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Padjadjaran, Idil Akbar, menilai berdasarkan survei terkini, sukar Pilpres 2024 hanya berlangsung satu putaran

Menurutnya, dari hasil survei belum ada paslon yang mampu meraih angka mayoritas sederhana, yaitu 50 persen.

"Masing-masing kan sebetulnya tidak ada yang dominan, 50 persen plus satu. Nah, kalau melihat pada konteks itu sekali lagi ya, saya pikir susah untuk memperoleh kemungkinan untuk terjadi hanya satu putaran," kata Idil saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (14/11).

Ia mengatakan hasil survei hari ini belum tentu bisa menggambarkan secara pasti apa yang terjadi pada hari pemungutan suara nanti.

Idil mengatakan hasil survei yang menyatakan Pilpres 2024 berlangsung satu putaran tak bisa dikatakan sebagai objek keinginan masyarakat. Menurutnya, salah satu paslon berupaya membangun efek ekor jas dari sejumlah hasil survei tersebut.

Idil menilai situasi di masyarakat hari ini masih sangat cair. Ia mengatakan sejumlah hasil survei juga menunjukkan publik masih mungkin mengubah pilihan seiring berjalannya waktu.

"Jadi sebetulnya ini hanya narasi politik supaya masyarakat dipengaruhi. Kemudian memberikan satu gambaran, ya cukup satu putaran untuk kemudian pilpres ini," ujar dia.

Upaya membangun persepsi publik

Senada, dosen komunikasi politik FISIP Universitas Brawijaya, Verdy Firmantoro, mengatakan narasi menang satu putaran disampaikan untuk membangun opini publik. Namun, menurutnya, Pilpres 2024 akan berlangsung dua putaran.

"Narasi menang satu putaran itu sah-sah saja dilontarkan. Secara internal bisa untuk mengkonsolidasi mesin politik, sementara secara eksternal untuk membangun opini publik," kata Verdy kepada CNNIndonesia.com.

Ia mengatakan dari simulasi tiga pasang calon, belum ada yang mampu menembus elektabilitas di atas 50 persen. Verdy menyebut segala hal masih bisa terjadi usai penetapan capres dan cawapres oleh KPU pada Senin (13/11).

Ia menuturkan masih ada masa kampanye dan debat terbuka yang akan dijalankan ketiga pasangan calon.

"Pemilih masih bisa bermigrasi tentukan pilihan. Apalagi di pilpres ini, 50 persen lebih suara pemilih muda yang tipikalnya adalah pemilih rasional," ucapnya.

Namun, Verdy juga menyampaikan pilpres berlangsung satu atau dua putaran hanya metode penentuan hasil. Ia menekankan proses kontestasi untuk mendapatkan legitimasi jauh lebih penting.

Ia berharap para elite politik akan bijaksana dan tidak akan mengorbankan kesatuan dan persatuan bangsa hanya demi kekuasaan semata.(han)