Ratusan Narapidana Kabur setelah Geng Bersenjata Serbu Penjara Utama Haiti

Ratusan narapidana melarikan diri dari penjara utama Haiti setelah geng bersenjata menyerbu fasilitas tersebut. Setidaknya tiga orang tewas dalam peristiwa tersebut pada hari Minggu, 3 Maret 2024.

Mar 4, 2024 - 07:50
 Ratusan Narapidana Kabur setelah Geng Bersenjata Serbu Penjara Utama Haiti

NUSADAILY.CO.ID - PORT-AU-PRINCE - Ratusan narapidana melarikan diri dari penjara utama Haiti setelah geng bersenjata menyerbu fasilitas tersebut. Setidaknya tiga orang tewas dalam peristiwa tersebut pada hari Minggu, 3 Maret 2024.

 

Dilansir dari medcom.id, penyerangan terhadap penjara ini menandai titik terendah baru dalam spiral kekerasan di Haiti, dan terjadi ketika geng-geng tersebut menegaskan kendali yang lebih besar di ibu kota, Port-au-Prince.

 

Saat kekerasan terjadi, Perdana Menteri Haiti Ariel Henry sedang berada di luar negeri untuk mencoba mendapatkan dukungan dari pasukan keamanan yang didukung PBB untuk menstabilkan negara.

Mengutip dari Washington Times, tiga jasad dengan luka tembak tergeletak di pintu masuk penjara yang terbuka lebar tanpa ada penjaga yang terlihat. Sandal plastik, pakaian, dan kipas angin listrik berserakan di teras beton yang biasanya penuh sesak.

 

Pihak berwenang belum memberikan penjelasan tentang apa yang sebenarnya terjadi. Polisi di dalam kendaraan yang terparkir di luar penjara tidak berkomentar.

 

Arnel Remy, seorang pengacara hak asasi manusia yang organisasi nirlabanya bekerja di dalam penjara, mengatakan di media sosial X bahwa sekitar 100 dari hampir 4.000 narapidana masih berada di balik jeruji besi.

 

Mereka yang memilih untuk tetap tinggal termasuk 18 mantan tentara Kolombia yang dituduh bekerja sebagai tentara bayaran dalam pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moïse pada Juli 2021. Pada Sabtu malam, beberapa warga Kolombia membagikan video yang memohon agar mereka tetap hidup.

 

"Tolong, tolong bantu kami," kata salah seorang narapidana, Francisco Uribe, dalam pesan yang dibagikan secara luas di media sosial. "Mereka membantai orang tanpa pandang bulu di dalam sel," sambungnya.

 

"Saya tidak melarikan diri karena saya tidak bersalah," sebut Uribe.

 

Karena tidak adanya informasi resmi, anggota keluarga dari sejumlah narapidana bergegas ke penjara untuk memeriksa orang-orang terdekat mereka.

 

"Saya tidak tahu apakah anak saya masih hidup atau tidak," tutur Alexandre Jean sembari berkeliling sel mencari tanda-tanda keberadaannya. "Saya tidak tahu harus berbuat apa," lanjutnya.

 

Kekerasan terbaru ini mempersulit upaya menstabilkan Haiti menuju pemilu. Para pemimpin Karibia mengatakan pada Rabu kemarin bahwa Henry telah setuju untuk menjadwalkan pemungutan suara pada pertengahan 2025 – tanggal yang masih lama dan kemungkinan akan semakin membuat lawan-lawan Henry marah.(*)