Perjuangan Guru Honorer yang Tidak Mudah

Di penghujung perkuliahan, dosen bertanya kepada mahasiswa jurusan keguruan yang baru saja selesai diajarnya, pertanyaanya begini “kelak begitu lulus dari Universitas ini kalian mau jadi apa”, jawaban mereka sangat beragam, ada yang menjawab ingin menjadi pengusaha, ingin bekerja apasaja yang penting bukan guru dan ada pula sebagian mereka menjawab dengan lantang “saya ingin menjadi seorang guru”.

Dec 22, 2023 - 06:48
Perjuangan Guru Honorer yang Tidak Mudah

Oleh: Naim, S.Pd. M.Pd (Universitas PGRI Kanjuruhan Malang)

  

Di penghujung perkuliahan, dosen bertanya kepada mahasiswa jurusan keguruan yang baru saja selesai diajarnya, pertanyaanya begini “kelak begitu lulus dari Universitas ini kalian mau jadi apa”, jawaban mereka sangat beragam, ada yang menjawab ingin menjadi pengusaha, ingin bekerja apasaja yang penting bukan guru dan ada pula sebagian mereka menjawab dengan lantang “saya ingin menjadi seorang guru”. Kemudian dosen itu tersenyum dan berfokus merespon kembali atas jawaban mahasiswa yang dengan lantang ingin “menjadi seorang guru”.

Dosen tersebut bertanya kembali, “mengapa kamu ingin menjadi seorang guru? Mahasiswa tersebut pun menjawab “saya ingin menjadi guru karena orangtua saya pun juga seorang guru”, ada juga yang menjawab “saya ingin menjadi guru karena ingin menjadi orang yang bermanfaat dan menebar nilai-nilai kebaikan kepada masyarakat, sehingga pada saat saya waktunya dipanggil oleh Tuhan, saya sudah meninggalkan catatan emas di hati masyarakat.

Setelah dosen tersebut mendengar jawaban dari mahasiswa tentang alasannya menjadi seorang guru, sang dosen selanjutnya menjelaskan  jika mahasiswa yang baru lulus dari universitas dan kemudian menjadi seorang guru atau tenaga pendidik, baik (di lembaga pendidikan swasta maupun negeri) itu disebut dengan guru honorer. Jika status kalian masih dalam kategori “guru honorer maka kalian harus banyak berdoa dan bersabar”, karena disitulah mental dam karakter pejuang dalam dunia pendidikan kalian sedang dilatih dan diuji.

Dari penggalan cerita inspiratif di atas, siapa yang belum tahu tentang makna “guru honorer”? Ya, menurut KBBI, guru honorer adalah guru yang tidak digaji sebagai guru tetap, tetapi menerima honorarium berdasarkan jumlah jam pelajaran yang diberikan, sehingga tidak kaget jika ada guru di daerah tertentu gaji guru honorer perbulan hanya menerima Rp. 100.000 – 300.000, lebih parahnya lagi gaji guru tersebut baru dicairkan setiap 3 bulan sekali. Fenomena ini tentu ini menjadi catatan tersendiri dan membutuhkan kebijakan yang tepat dan cepat sehingga mental seorang guru honorer tetap pada fase aman.

Para guru honorer menyadari, pemerintah pusat melalui menteri pendidikan (Nadiem Anwar Makarim) menuntut agar para guru hendaknya bersikap “profesional dalam menjalankan tugasnya” sehingga hak-hak siswa dalam belajar dapat terpenuhi secara utuh dan merata. Idealnya memang demikian, namun hal tersebut sepertinya sulit terwujud jika kesejahteraan guru honorer belum terpenuhi secara layak, fakta dilapangan begitu guru honorer ini pulang ke rumah, istirahat sejenak dan mereka melanjutkan pekerjaan yang lain yang tujuannya adalah untuk menambah pendapatan setelah pendapatan menjadi guru tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Bagaimana bisa bersikap profesional jika gaji guru honorer saja dibayarkan setiap 3 bulan sekali dan nominalnya pun itu sangat kecil, sebagai guru honorer bukan tidak iklas dan tidak bisa bersikap profesional, namun demi memenuhi kebutuhan keluarganya, sang guru honorer juga harus berhitung dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Untuk memenuhi kebutuhannya tersebut, seorang guru harus memiliki pekerjaan sampingan, ada yang bekerja sebagai petani, ojol, pekerja lepas, guru les privat, bisnis online dan masih banyak lagi lainnya. Tentu pekerjaan itu dilakukan setelah kegiatan utama yaitu mengajar telah dilaksanakan sehingga tidak menganggu dan mengurangi hak-hak siswa dalam belajar.

Harapan para guru honorer siapapun presidennya, kesejahteraan  guru honorer hendaknya menjadi salahsatu program prioritas nasional, karena dengan kesejahteraan yang semakin membaik maka “guru profesional” akan mudah diterapkan dan diwujudkan, alasannya sangat fundamental yaitu “dengan kesejahteraan guru yang cukup, maka guru dapat bekerja secara totalitas di sekolah, guru tidak akan lagi berfikir untuk bekerja sampingan karena semua kebutuhannya selama 1 bulan sudah terpenuhi dengan baik, yang terpenting sekarang adalah bagaimana para guru bisa fokus untuk mencerdaskan anak bangsa dengan segala totalitas yang diabdikan oleh sang guru.

Terakhir, semoga seluruh guru honorer di Indonesia bisa diangkat menjadi ASN (baik itu melalui jalu PPPK maupun PNS), sehingga keberadaan guru honorer yang berada di daerah manapun bisa bernafas lega dan dapat bekerja dengan tenang dan nyaman, biarkan mereka bekerja dengan tenang tanpa harus memikirkan “besok keluarga saya makan apa” mengapa demikian? Karena seluruh kebutuhannya sudah bisa terpenuhi melalui kesejahteraan yang sudah disiapkan secara profesioanl oleh pemerintah.

Untuk teman-teman guru honorer, terus semangat membantu pemerintah dalam hal mencerdaskan anak bangsa, karena di tangan kalianlah generasi emas penerus bangsa bisa menemukan jati diri dan memiliki karakter pemimpin yang kokoh, ikhlas, bertanggung jawab dan tentu saja menjadi generasi bangsa yang profesional.