Memaknai Makan Siang Jokowi dengan 3 Capres di Meja Tak Bertepi

"Sebenarnya ini cara berpolitiknya raja Jawa berpolitik. Ia berusaha menunjukkan kemenangan politis dengan makan bersama tiga capres. Pesannya gue hebat kan? Menang tanpo ngasorake," ucap Umam, Senin (30/10).

Nov 1, 2023 - 13:56
Memaknai Makan Siang Jokowi dengan 3 Capres di Meja Tak Bertepi

NUSADAILY.COM – JAKARTA – Langkah Presiden Joko Widodo dengan mengumpulkan tiga bakal capres lewat pertemuan makan siang di Istana, Senin (30/10) dinilai untuk meredam sejumlah isu yang menyerang dirinya beberapa waktu belakangan.

Isu negatif yang paling sering menerpa Jokowi adalah keraguan akan netralitasnya di Pilpres 2024. Tak lepas dari posisi Gibran Rakabuming, putra sulung Jokowi yang menjadi calon wakil presiden pendamping Prabowo Subianto.

Pakar komunikasi politik Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Silvanus Alvin menganggap Jokowi ingin menyampaikan sesuatu. Tak lain dan tak bukan, yaitu netralitas.

"Pertemuan ini menegaskan narasi netralitas Jokowi sebagai presiden menuju Pilpres 2024," ucap Alvin mengutip CNNIndonesia.com, Senin (30/10).

Menurutnya, isu yang ingin diredam Jokowi antara lain anggapan berat sebelah ke Prabowo, keretakan dengan PDIP dengan mengundang Ganjar Pranowo serta ketidaksukaan kepada Anies.

Meja bundar menjadi media. Bentuk tak bersudut mengibaratkan posisi Jokowi yang tak berat sebelah ke capres tertentu di Pilpres 2024 mendatang.

"Pertemuan makan itu adalah bentuk langkah strategis dan taktis Presiden Jokowi dalam meredam berbagai isu yang memang menerpa dia sebulan terakhir," kata Alvin.

Gerak relawan Jokowi

Direktur Eksekutif Indostrategic Ahmad Khoirul Umam mengamini bahwa Jokowi ingin menepis isu yang menyasar dirinya selama ini terkait netralitas usai putranya, Gibran Rakabuming menjadi cawapres Prabowo.

Dengan mengumpulkan semua kontesttan capres, menurut Umam, Jokowi seolah mengesankan dirinya tak akan cawe-cawe memenangkan pasangan capres tertentu.

"Dengan mengumpulkan para Capres ini, Jokowi hendak mengesankan dirinya seolah bisa netral dan berdiri tegak di atas tiga Capres yang berlaga," ujarnya, Selasa (31/10).

Namun, Umam mengaku tak yakin sikap itu benar-benar akan diikuti sel-sel politik presiden.

Menurut dia, meski Presiden diam, kekuatan politik di bawah akan tetap bergerak untuk memobilisasi dan menggunakan pengaruh kekuasaan negara untuk memenangkan putranya.

Menurut Umam, langkah itu dilakukan para pendukung Jokowi di akar rumput karena pertaruhan politik keluarga Presiden begitu besar jika pasangan Prabowo-Gibran sampai kalah.

"Langkah selanjutnya, undangan personal antara Capres dan Presiden Jokowi akan membuka ruang komunikasi sekaligus negosiasi politik lebih lanjut untuk mengamankan posisi politik Presiden Jokowi, siapapun yg menang nantinya," ucap Umam.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Politika Research and Consulting (PRC) Rio Prayogo menilai makan siang bersama tiga bakal capres merupakan kemenangan politis bagi Jokowi atas sejumlah isu krusial terhadap dirinya.

Menurut Rio, langkah Jokowi khas politik Raja Jawa. Pertemuan itu memberi pesan, menang tanpo ngasorake. Bukan saja terkait Gibran, namun menurut Umam pertemuan itu juga meredam keretakan hubungan Presiden dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

"Sebenarnya ini cara berpolitiknya raja Jawa berpolitik. Ia berusaha menunjukkan kemenangan politis dengan makan bersama tiga capres. Pesannya gue hebat kan? Menang tanpo ngasorake," ucap Umam, Senin (30/10).

"Apa efektif? Jawaban saya yes, ini akan bisa meredam gejolak politik atas isu MK dan politik dinasti serta ke cenderung dukungan Presiden ke Prabowo-Gibran," imbuhnya.

Jokowi sementara itu mengatakan bahwa dirinya mengundang Ganjar, Anies, dan Prabowo untuk meminta bersama-sama menjaga pemilu di 2024 agar berjalan damai.

"Iya saya mengajak untuk menjaga bersama-sama agar pemilu berjalan damai," kata Presiden Jokowi saat mengunjungi Pasar Batu Bulan, di Kabupaten Gianyar, Bali, Selasa (31/10).

"Tidak ada saling fitnah-memfitnah, tidak ada kampanye negatif, tidak ada saling menjelekkan, tidak ada saling merendahkan, tetapi dengan adu program, adu gagasan, saya kira itu, rakyat menginginkan itu," imbuhnya.(han)