Jika Prabowo Dilantik Jadi RI-1, Hubungan Ekonomi Indonesia-China Seperti Apa Ya?

"Kunjungan itu merupakan peluang besar untuk terus meningkatkan persahabatan tradisional, memperdalam kerja sama strategis yang komprehensif, dan mensinergikan strategi pembangunan dengan lebih baik," ungkap Lin dalam keterangan tertulis, Jumat (29/3).

Apr 4, 2024 - 09:50
Jika Prabowo Dilantik Jadi RI-1, Hubungan Ekonomi Indonesia-China Seperti Apa Ya?

NUSADAILY.COM – JAKARTA - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto tengah melakukan kunjungan ke China dan Jepang setelah diumumkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) menjadi presiden terpilih periode 2024-2029.

Prabowo berkunjung ke China sejak Minggu (31/3). Ia bertemu Presiden China Xi Jinping dan Perdana Menteri Li Qiang.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian menyebut ini adalah kunjungan pertama Prabowo setelah menjadi presiden terpilih.

"Kunjungan itu merupakan peluang besar untuk terus meningkatkan persahabatan tradisional, memperdalam kerja sama strategis yang komprehensif, dan mensinergikan strategi pembangunan dengan lebih baik," ungkap Lin dalam keterangan tertulis, Jumat (29/3).

Dalam pertemuan ini, Prabowo dan Jinping saling memuji hingga sepakat mempererat hubungan bilateral antar keduanya negara yang sudah terjalin sangat baik selama pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

China juga menyebutkan siap mendukung Indonesia mengentaskan kemiskinan di dalam negeri, hingga kerja sama menjaga keamanan maritim di wilayah Asia Tenggara.

"Tidak hanya itu, China juga menyatakan kesiapannya untuk memperdalam kerja sama maritim dengan Indonesia, sebagai langkah untuk memperkuat hubungan kedua negara di bidang kelautan," tulis rilis Kemenhan Indonesia.

Lalu apa untung dan rugi bagi Indonesia jika makin harmonis dengan China?

Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan kunjungan Prabowo ke China dalam rangka memenuhi undangan. Artinya, Beijing memang telah mengakui dan menerima Ketua Umum Gerindra tersebut menjadi presiden terpilih.

Keuntungannya, kemungkinan besar Indonesia akan menerima investasi lebih dari China melalui kerja sama yang akan makin banyak.

"China pun memandang Indonesia sebagai salah satu mitra yang utama. Apalagi kita tahu bahwa beberapa proyek yang sudah dilakukan itu sifatnya jangka panjang sehingga hubungan bilateral kedua negara tentu perlu terus di maintenance agar tidak hanya untuk menjaga keberlanjutan proyek yang sudah berjalan tetapi juga membuka peluang untuk proyek-proyek selanjutnya antara kedua negara," ujar Rendy, dilansir CNNIndonesia.com.

Prabowo-Gibran sejak kampanye memang mendeklarasikan akan melanjutkan program yang sudah dijalankan Jokowi. Karenanya, kunjungan ini sudah pasti akan membuat hubungan kedua negara makin erat.

"Apalagi jika pemerintah baru nantinya akan melanjutkan berbagai proyek infrastruktur baik yang sifatnya konvensional maupun yang sifatnya green infrastruktur yang menurut saya tentu membutuhkan tambahan pendanaan terutama dari negara-negara pemilik modal seperti China," imbuhnya.

Namun, Rendy menilai keberlanjutan hubungan dagang dan perekonomian dengan China juga perlu disikapi dengan menelaah kembali segala perjanjian yang sudah dilakukan di pemerintahan sebelumnya.

"Artinya kita tahu bahwa investasi asing yang masuk ke Indonesia itu perlu dinilai apakah dia telah memberikan dampak yang ingin dicapai oleh pemerintah sebelumnya dan apa saja catatan-catatan. Seperti, misalnya kalau kita bicara investasi asing nikel di beberapa daerah di Indonesia yang tentu punya catatan khusus terutama masalah keberlanjutan dari investasi itu sendiri," jelasnya.

Selain itu, keberlanjutan hubungan dengan China juga harus memperhatikan kedekatan dengan negara lain terutama Amerika Serikat (AS). Karena, hubungan Beijing dan Washington tidak akur, maka jangan sampai ikut berdampak ke Indonesia.

"Pemerintah selanjutnya tentu punya tugas untuk memimpin hubungan diplomatik politik global dengan semua mitra negara di pemerintahan tanpa terkecuali," kata Rendy.

Hubungan Erat Penting Tapi Jangan Sampai Bergantung

Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah menilai kunjungan tersebut menggambarkan bahwa China memandang posisi Indonesia cukup menentukan di kancah global. Sebab, kedatangan Prabowo berdasarkan undangan pemerintah China, bukan inisiatif dalam negeri.

Menurutnya, kondisi ini tentu menguntungkan Indonesia dan harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk menarik lebih banyak kerja sama hingga investasi.

"Indonesia harus memanfaatkan hal ini, menjadikannya sebagai modal untuk meningkatkan bargaining position terhadap China. Bahwa China juga membutuhkan dukungan Indonesia dalam persaingan antara China dengan Amerika.

Dulu pada masa orde lama, Soekarno mampu memainkan posisi itu dalam perang dingin Amerika dan Soviet," jelasnya.

Apalagi, China sangat berperan besar bagi perekonomian dalam negeri sehingga keberlanjutan hubungan menjadi hal penting untuk dipertahankan. Namun, bukan berarti Indonesia harus bergantung sepenuhnya kepada Beijing.

Indonesia, perlu memikirkan untuk menjalin hubungan kerja sama dengan negara lain. Sehingga, jika China bermasalah, masih ada tumpuan lain.

"Proyek-proyek China akan terus berlanjut di Indonesia. Karena Kita memang membutuhkan itu. Tapi pemerintah Indonesia seharusnya mampu memainkan bargaining position nya sehingga proyek-proyek strategis tidak hanya melulu dikerjakan China," jelasnya.

Selain itu, Piter menilai untuk mengukur untung dan rugi keharmonisan hubungan dengan China, tergantung bagaimana pemerintah Indonesia menentukan sikap dan posisinya.

"Kita bisa memitigasi risiko atau dampak negatif proyek China apabila bisa memaksimalkan bargaining position dalam persaingan China dengan Amerika," pungkasnya.(han)