Adu Baliho di UGM Tentang Jokowi ‘Nominasi Alumnus Paling Memalukan’ dan ‘Nominasi Alumnus Paling Membanggakan’

"Saya justru berharap Pak Presiden bercermin terlebih dahulu," kata Ketua BEM KM UGM, Gielbran Mohammad Noor, Kamis (14/12/2023). "Merefleksikan apa yang diucapkan terhadap apa yang telah dilakukan. Apakah mengintervensi konstitusi demi pencalonan sang putra sudah sesuai dengan etika dan adab ketimuran?" sambungnya.

Dec 16, 2023 - 05:54
Adu Baliho di UGM Tentang Jokowi ‘Nominasi Alumnus Paling Memalukan’ dan ‘Nominasi Alumnus Paling Membanggakan’

NUSADAILY.COM – YOGYAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan soal etika sopan santun ketimuran dalam menyampaikan pendapat, terkait 'gelar alumnus memalukan' dari Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (BEM KM UGM).

Ketua BEM KM UGM Gielbran Mohammad Noor, meminta Jokowi bercermin terlebih dahulu sebelum memberikan tanggapan.

"Saya justru berharap Pak Presiden bercermin terlebih dahulu," kata Ketua BEM KM UGM, Gielbran Mohammad Noor, seperti dilansir detikJogja, Kamis (14/12/2023).

"Merefleksikan apa yang diucapkan terhadap apa yang telah dilakukan. Apakah mengintervensi konstitusi demi pencalonan sang putra sudah sesuai dengan etika dan adab ketimuran?" sambungnya.

Menurut Gielbran, Jokowi juga melakukan beberapa hal yang bertentangan dengan adab ketimuran. Dia lalu menyebut soal revisi UU KPK hingga soal kebebasan berpendapat.

"Apakah merevisi UU KPK yang menyebabkan KPK semakin tumpul dalam memberantas korupsi sudah sesuai dengan etika dan adab ketimuran? Apakah membungkam kebebasan berpendapat melalui berbagai macam intimidasi sudah sesuai dengan etika dan adab ketimuran?" ucap Gielbran.

Gielbran mengatakan, pemberian nominasi 'alumnus paling memalukan' untuk Jokowi itu semata-mata sebagai wujud kritik dari BEM KM UGM.

"Ini merupakan wujud kritik kami terhadap demokrasi dan kondisi konstitusi negeri ini. Saya berharap substansi yang coba kami suarakan tidak terdistraksi dengan fokus-fokus lain," ujar Gielbran.

Sebelumnya, Presiden Jokowi merespons santai soal gelar 'alumnus paling memalukan' dari BEM KM UGM. Jokowi menyatakan dalam demokrasi hal itu boleh-boleh saja.

"Ya itu proses demokrasi, boleh-boleh saja," kata Jokowi kepada wartawan di Kali Sentiong, Jakarta Utara, Senin (10/12/2023).

Meski begitu, Jokowi juga mengingatkan soal etika sopan santun dalam menyampaikan pendapat. Namun, Jokowi tidak lantas menganggap nominasi tersebut berlebihan.

"Tetapi perlu saya juga mengingatkan kita ini ada etika sopan santun ketimuran," ujar Jokowi saat itu.

"Ya biasa saja," kata Jokowi saat ditanya apakah nominasi yang disematkan kepada dirinya itu berlebihan atau tidak.

BEM 'Baru' di UGM Pasang Baliho Jokowi 'Alumnus Paling Membanggakan'

Baliho berukuran besar bergambar Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali muncul di kawasan Bundaran Universitas Gadjah Mada (UGM), Sleman, Yogyakarta, Jumat (15/12).

Baliho berukuran 4x3 meter itu memiliki kemiripan desain dengan baliho kepunyaan Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (BEM KM UGM) yang mengkritik Jokowi dan dipasang, Jumat (8/12) lalu.

Baliho itu bertuliskan 'BEM UGM (Badan Etik Mahasiswa UGM) Present: Penyerahan Nominasi Alumnus UGM Paling Membanggakan (Presiden Pertama dari UGM)'.

Sementara baliho milik BEM KM UGM yang dipasang pekan lalu bertuliskan 'BEM KM UGM Presents: Penyerahan Nominasi Alumnus UGM Paling Memalukan. Mr. Joko Widodo'. Pada sudut bawah banner tertulis '2014-2024?' dan '1980-1985'.

Sementara pada sudut kanan baliho BEM yang dipasang hari ini tercantum sebuah contact person alias CP bernama Feri Cadang lengkap dengan nomor kontaknya. Belum diketahui pihak yang memasang baliho ini.

Sesaat sebelumnya, muncul sebuah undangan aksi "PENYERAHAN NOMINASI: Alumnus UGM Paling Membanggakan Kepada Presiden" dari Badan Etik Mahasiswa (BEM) UGM yang tersebar di berbagai grup WhatsApp kalangan wartawan sejak Jumat pagi.

Pada undangan itu, nama Feri Cadang tercantum sebagai Ketua BEM UGM.

Tertulis maksud dari aksi itu menyikapi baliho BEM KM UGM yang menominasikan Jokowi sebagai alumnus UGM paling memalukan.

BEM UGM merasa sedih dan menolak anggapan itu, termasuk pernyataan Ketua BEM KM UGM Gielbran M. Noor.

"Melalui aksi penyerahan nominasi "Alumnus UGM Paling Membanggakan", kami akan menyampaikan seluruh kegelisahan kami sebagai wujud nyata tanggung jawab kami dalam menjaga dan memastikan demokrasi di negeri ini berjalan sebagaimana mestinya, tetapi tetap dengan mengutamakan nilai-nilai etis dan keberpihakan pada ilmu pengetahuan, yang gagal ditunjukkan oleh saudara Gielbran sebagai Ketua BEM KM UGM," tulis undangan aksi itu.

Aksi itu dijadwalkan mulai pada hari Jumat (15/12) pukul 14.00 WIB di kawasan bundaran UGM.

Akan tetapi, sampai pukul 16.00 WIB lebih aksi itu tak kunjung terlaksana dan lokasi terpantau sepi.

Hingga menjelang waktu maghrib, barulah baliho tersebut terpantau sudah terpasang.

Sementara itu Feri mengaku dirinya sudah menarik diri dari aksi BEM UGM hari ini.

Dia cuma memperoleh informasi bahwa ada upaya memobilisasi massa ke lokasi Bundaran UGM sebelum waktu maghrib.

"Saya hanya salah satu bagian dari sekumpulan massa yang punya keresahan yang sama terhadap pernyataan saudara Gielbran, dan saya berpartisipasi demi terwujudnya gerakan yang tidak berfokus pada figur tetapi independen, dan saat saya tadi mau berpartisipasi," Feri yang mengaku sebagai mahasiswa filsafat UGM itu dalam keterangannya.

"Saya menemukan alasan pribadi untuk tidak berpartisipasi. Sebab saya anggap ada sebagian hal-hal yang kontraproduktif terhadap gerakan yang seharusnya. Sehingga sikap pribadi saya menarik seluruh kontribusi pada aksi ini," lanjut mahasiswa yang bernama asli Feri Agung Hermawan.

Terpisah, Gielbran mengklaim aksi baliho 'nominasi paling membanggakan' ini tak ada sangkut pautnya dengan BEM KM UGM yang kini diketuainya.

Ia pun menegaskan BEM UGM bukanlah unit kegiatan mahasiswa.

"Tidak ada kaitannya dengan BEM KM dan itu entitas yang terpisah. Justru saya baru dengar ini ada Badan Etik Mahasiswa, itu mungkin buatan secara mendadak gitu karena saya sama sekali tidak pernah mendapatkan informasi itu," kata Gielbran dihubungi, Jumat (15/12).

"Kita merespons secara normatif ya, artinya kami membebaskan setiap orang untuk berpendapat meskipun itu berbeda pendapat dengan kami itu bukanlah suatu hal yang masalah. Jadi monggo-monggo aja," sambung Gielbran menyikapi kemunculan baliho BEM UGM.(han)