Urgensi Internalisasi Moral dalam Kehidupan

Pendidikan adalah usaha sadar untuk membentuk pribadi yang lebih bermartabat. Pendidikan merupakan pemberian pengaruh hal yang baik kepada jiwa siswa/murid/peserta didik ataupun siapa pun untuk menjadi pribadi yang hidup bahagia baik di dunia maupun di akhirat sebagai tujuan akhir perjalanan manusia

Nov 11, 2023 - 16:06
Urgensi Internalisasi Moral dalam Kehidupan

Oleh

Dr. Siswoyo, M.Pd.

 

Pendidikan adalah usaha sadar untuk membentuk pribadi yang lebih bermartabat. Pendidikan merupakan pemberian pengaruh hal yang baik kepada jiwa siswa/murid/peserta didik ataupun siapa pun untuk menjadi pribadi yang hidup bahagia baik di dunia maupun di akhirat sebagai tujuan akhir perjalanan manusia. Muara pendidikan jelas bahwa pendidikan menuntun dan mengarahkan seseorang kepada kehidupan yang lebih baik di segala lini kehidupan. Pendidikan membentuk pribadi seseorang untuk menjadi panutan bagi keluarga, lingkungan, dan masyarakat luas. Pendidikan di Indonesia melalui berbagai alat pendidikan, mulai dari prasekolah, taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas sampai ke perguruan tinggi, memunyai salah satu tujuan utamanya adalah untuk membentuk pribadi seseorang yang berbudi pekerti luhur ataupun pribadi yang bermoral.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat untuk membentuk pribadi yang terdidik atau berbudi bekerti yang luhur bagi para peserta didiknya sebagai generasi penerus bangsa. Hal ini dapat dilihat dari berbagai jenis tingkatan pendidikan dan istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang sedang belajar di Indonesia. Terdapat istilah murid, siswa pun juga peserta didik. Di sisi lain, seperti yang telah diketahui bahwa di Indonesia memunyai berbagai nama satuan pendidikan. Ada taman kanak-kanak, ada juga raudatul atfal ada juga bustanul athfal dalam level yang sama. Tingkatan lebih tinggi lagi ada sekolah dasar, ada juga madrasah ibtidaiah untuk menyebut level yang sama. Untuk level berikutnya ada sekolah menengah pertama pun juga ada madrasah sanawiah sebagai nama yang merujuk pada nama Islam. Selain itu, ada sekolah menengah atas dan juga ada madrasah aliah pada level yang sama. Pada level perguruan tinggi ada universitas namun juga ada universitas Islam.

Selain nama-nama tingkat satuan pendidikan di atas, ada lembaga yang tidak kalah pentingnya adalah lembaga yang murni didirikan oleh keterpanggilan masyarakat melalui kyai sebagai figur utamanya adalah pondok pesantren dengan berbagai macam klasifikasinya. Terdapat paling tidak ada tiga jenis pondok pesantren yang terdapat di Indonesia. Ketiga jenis tersebut adalah (1) pondok pesantren (salafiyah syafii iyyah), (2) pondok modern, dan (3) pondok pesantren modern. Ketiga klasifikasi pondok pesantren tersebut, tujuan utamanya adalah untuk membentuk pribadi yang berbudi pekerti luhur. Istilah dalam Islam dikenal dengan akhlaqul karimah. Ini adalah sesuai dengan diutusnya Nabi Muhammad saw., yaitu diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.  

Satuan-satuan pendidikan yang ada di Indonesia dengan berbagai nama tersebut merupakan salah satu upaya kepanjangtanganan pemerintah dalam membentuk pribadi generasi penerus Indonesia menjadi generasi yang bermoral ataupun berbudi pekerti yang luhur. Seperti yang terlihat jelas bahwa berbagai upaya juga telah dilakukan oleh lembaga-lembaga sekolah dalam mengimplementasikan tujuan pendidikan nasional tersebut. Pembudayaan budi pekerti yang luhur dengan ketika datang di sekolah di pagi hari kepala sekolah dan para guru berdiri di pintu gerbang sekolah dan bersalaman dengan para siswa sampai pada pembuatan rancangan pembelajaran semester yang memasukkan unsur, item karakter, dan budi pekerti yang luhur. Karakter-karakter seperti berlaku jujur dan menghargai orang lain.

Namun bagaimana hasil  tujuan pendidikan untuk membentuk budi pekerti yang luhur tersebut? Sudahkah para peserta didik dapat menginternalisasikan nilai-nilai budi pekerti luhur pada jiwa dan hati mereka? Sudahkah mereka berperilaku dan bertindak sesuai dengan budi pekerti yang luhur? Jawabannya belum. Dapat dipastikan secara memuaskan untuk bilang iya. Betapa banyak peserta didik yang nota bene mereka masih menjadi peserta didik ataupun siswa belum berperilaku dengan budi pekerti yang luhur. Banyak kasus terjadi di Indonesia, anak membunuh orang tuanya, anak menyiksa orang tuanya, murid sekolah dasar mencabuli teman sendiri, murid sekolah menengah mencabuli murid sekolah dasar, kasus bunuh diri yang dilakukan oleh murid sekolah dasar yang nekat bunuh diri. Di sisi lain, terjadi kasus pemerkosaan yang dilanjutkan dengan pembunuhan terhadap korban, pesta seks bebas setelah kelulusan sebagai ungkapan rasa gembira, pesta minuman keras, dan pembulian yang terjadi di kalangan peserta didik.

Di sisi lain, tidak sedikit juga terjadi merosotnya moral di kalangan elite politik. Kepentingan-kepentingan kelompok dan golongan menjadi prioritas dengan mengalahkan akal sehat demi tercapainya ambisi pribadi maupun golongan tertentu. Kepentingan rakyat secara umum diabaikan demi tercapainya kepentingan kelompok tersebut. Mereka melakukan berbagai cara untuk mendapatkan yang mereka mau. Budi pekerti yang luhur ataupun etika seakan-akan sudah luntur demi kekuasaan di dunia yang hanya sebentar. Mereka melupakan kehidupan yang kekal dan abadi kelak di akhirat. Mereka juga seakan dilupakan bahwa mereka juga akan mempertanggungjawabkan apa yang mereka lakukan selama hidup di dunia. Tuhan Yang Maha Kuasa tidak akan tidur dan mengetahui segala apa yang para hamba-Nya pikirkan dan juga lakukan. Ayo, kita semua kembali kepada etika yang baik. Ayo, kita menjadi teladan bagi semua orang agar tujuan pendidikan nasional kita tercapai sehingga Indonesia menjadi negara yang gemah ripah loh jinawi, toto tentrem kerto raharjo diridai dan di bawah naungan Tuhan Yang Maha Kuasa.  

Semoga Indonesia menjadi negara yang subur makmur aman tentram di bawah rida Allah swt. amin ya rabbal alamin.

 

Dr. Siswoyo, M.Pd. adalah dosen Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung. Tulisan ini disunting oleh Dr. Indayani, M.Pd., dosen prodi PBI, FISH, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya dan pengurus Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI).