Pembelajaran di Luar Kelas

Oleh: Dr. Rahaju, M.Pd.

Aug 28, 2023 - 16:14
Pembelajaran di Luar Kelas

Setiap mendengar kata pembelajaran, yang terbayang dalam benak kita adalah siswa berada di dalam ruang yang dibatasi oleh dinding-dinding. Siswa duduk di bangku yang tersusun rapi dan menghadap ke papan tulis. Kesan ini timbul karena hampir semua pembelajaran dilakukan di dalam kelas. Seolah-olah hanya ruang kelas sebagai tempat pembelajaran yang paling ideal.

Kelas merupakan salah satu tempat belajar. Masih ada pilihan tempat kegiatan belajar lainnya, yaitu di luar kelas. Pembelajaran di luar kelas, sesuai dengan namanya, dilakukan di tempat selain ruang kelas formal yang selama ini digunakan untuk belajar. Pembelajaran ini dapat dilakukan di alam terbuka atau di tempat yang bukan ruang kelas, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.

Banyak bagian di lingkungan sekolah yang dapat digunakan sebagai tempat belajar. Halaman sekolah beserta pepohonan yang tumbuh dapat dijadikan sebagai tempat belajar. Siswa dapat belajar di bawah rindangnya pepohonan. Selain itu, taman atau kolam yang ada di halaman sekolah juga merupakan tempat belajar yang menyenangkan.

Pada umumnya halaman sekolah hanya digunakan sebagai tempat pembelajaran olah raga. Akan tetapi, halaman sekolah yang ditumbuhi berbagai tanaman dapat digunakan sebagai tempat belajar sesuai dengan topik yang dipelajari, misalnya mempelajari bentuk daun. Taman di sekolah dapat menjadi tempat belajar yang sesuai dan menyenangkan. Guru tidak perlu lagi membawa media berupa berbagai bentuk daun. Tetumbuhan yang memiliki berbagai bentuk daun merupakan media pembelajaran yang alami, asyik dan menarik.

Kolam ikan dan suara gemericik air dapat menginspirasi siswa menulis wacana deskriptif atau puisi. Siswa dapat mendeskripsikan kolam dan ikan lebih mudah karena melihat langsung kondisi tersebut. Suara gemericik air dan kesejukan di sekitarnya membantu siswa mendeskripsikan dalam larik-larik puisi nan indah.

Lingkungan di luar sekolah juga dapat menjadi tempat belajar. Lingkungan di luar sekolah dibedakan menjadi dua, yaitu bangunan dan alam terbuka. Bangunan di luar sekolah yang dapat digunakan sebagai tempat belajarantara lain monumen, museum, rumah ibadah, panti asuhan, dan panti jompo. Sedangkan alam terbuka sebagai tempat belajar di antaranya sawah, sungai, laut, perkebunan, dan hutan.

Museum berisi benda-benda atau artefak bersejarah. Belajar di museum memberi kesempatan siswa menggali informasi secara mandiri. Pengamatan terhadap suatu benda dapat memberikan informasi mengenai nama, makna atau perannya, tempat penemuan, dan masih banyak lainnya. Dengan membawa siswa belajar di museum, guru tidak perlu lagi menyiapkan benda-benda yang dibutuhkan.

Monumen Jogja Kembali, misalnya, memberi gambaran tentang peristiwa ditariknya tentara Belanda dari Ibukota Yogyakarta. Koleksi di Monumen Jogja Kembali antara lain heraldika, replika, miniatur, senjata api, senjata tradisional, dan diorama. Koleksi monumen ditata dengan aturan tertentu dan sangat menarik. Oleh karenanya, belajar di Monumen Jogja Kembali memberi kesan santai namun mengena.

Sungai dapat juga difungsikan sebagai tempat belajar ekosistem. Belajar di sungai tidak sekadar mempelajari unsur-unsur yang ada di dalamnya, melainkan mempelajari keterkaitan antar unsurnya. Hal ini menjadikan pemahaman siswa tentang ekosistem menjadi sangat lengkap dan terpadu.   

Pembelajaran di luar kelas memiliki beberapa kelebihan. Pembelajaran ini memberi kesan bebas, menciptakan suasana baru, dan menyenangkan. Setting di luar kelas memberi peluang siswa belajar tanpa batasan ruang yang monoton. Siswa dapat melihat pemandangan yang berbeda, bisa melihat langit, matahari, atau tempat-tempat dengan penataan yang berbeda. Suasana yang berbeda dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa.

Belajar di luar kelas memungkinkan siswa menghirup udara segar. Siswa juga mempunyai kebebasan belajar dalam berbagai posisi duduk, berdiri, bersandar, atau berlari. Siswa dapat belajar melalui aktivitas bermain, menjelajah, mengobservasi, sehingga menghilangkan kebosanan dan kejenuhan.

Belajar di luar kelas dapat membuka wawasan serta mengimplementasikan secara langsung. Sebagai contoh, belajar di Pusat Kebudayaan Amerika akan memberikan pengetahuan mengenai Amerika secara lengkap, mulai dari kebudayaan sampai politik. Lingkungan tersebut sangat kondusif untuk membudayakan bahasa internasional. Siswa akan tertantang untuk berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris.

Selain memiliki kelebihan, pembelajaran di luar kelas juga memiliki beberapa kekurangan. Belajar di luar kelas dapat mengaburkan tujuan pembelajaran. Ketika guru mengajak siswa untuk mengamati benda-benda bersejarah di museum, siswa tampaknya lebih bersemangat dan berminat. Akan tetapi, semangat dan minat mereka sebagai minat semu, siswa lebih memfokuskan pada kegiatan rekreasinya.

Lingkungan belajar di luar kelas berisi hal-hal yang tidak semuanya diperlukan dalam suatu pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus membuat persiapkan pembelajaran yang lebih cermat, lengkap dan teliti. Persiapan mengenai apa saja yang harus dikerjakan siswa sampai aturan atau tata tertib yang harus ditaatinya. Hal ini untuk mengantisipasi aktivitas siswa di luar tujuan pembelajaran. Guru juga dituntut lebih intensif dalam membimbing siswa.

Pembelajaran di luar kelas bukan sekadar alternatif tempat belajar. Belajar di luar kelas harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Belajar di luar kelas hendaknya mengoptimalkan kelebihannya dan mengantisipasi kekurangannya. Semoga...(****)

 

 

Dr. Rahaju, M.Pd., adalah dosen Prodi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Kanjuruhan Malang dan anggota Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI).

Naskah disunting oleh Dr. Aris Wuryantoro, M.Hum., anggota Dewan Pengurus Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI) dan dosen di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris  Universitas PGRI Madiun.