Kebahagiaan Ada pada Cinta Sejati; Hanya yang Kuat yang Bisa Mendapatkannya

Oeh: Lis Setiawati

Oct 22, 2023 - 17:54

Dulu, sesekali saya mendengar ada orang gantung diri di pohon randu desa tetangga. Bulu kuduk berdiri, ngeri. Sesekali juga media cetak memberitakan tentang penemuan jenazah di aliran sungai, dibunuh atau bunuh diri. Sesekali, tidak setiap tahun, mungkin satu kali dalam sepuluh tahun. Sekarang, hampir setiap bulan ada saja ditemukan jasad tidak bernyawa, dibunuh atau bunuh diri. Media elektronik memberitakan dengan jelas: ditemukan dua mayat di dalam sebuah rumah; jenazah seorang laki-laki dicor di teras sebuah toko; potongan-potongan tubuh di tempat berbeda dan sebuah motor yang terbakar di tepi pantai Semarang, mengerikan. Tidak kalah miris, seorang anak kelas enam SD melompat dari lantai empat gedung sekolah, meninggal ketika dalam perjalanan ke rumah sakit.

          Sebuah media sosial menuliskan: “Sejak awal 2023, Polri mendata 1.680 kasus penemuan jenazah dan 451 aksi bunuh diri di seluruh Indonesia. Jumlah tersebut cenderung meningkat dari Januari hingga April 2023.

          Dari 1.680 kasus penemuan jenazah, 451 merupakan kasus bunuh diri, artinya lebih dari 1.000 merupakan kasus pembunuhan. Dugaan pembunuhan sangat jelas dengan bukti jenazah ditemukan dalam keadaan dicor, mutilasi, kebiruan karena racun,  dan mati karena senjata tajam, sangat kejam, belum lagi penguburan bayi-bayi tak berdosa dan aborsi.

          Sebagai manusia yang diberi hati (pikiran dan perasaan) tentu tersentak bahkan mungkin menangis. Ada apa dengan masyarakat, gejala apa ini? Begitu tega mereka dengan diri-diri yang diciptakan oleh Allah dengan penuh cinta dan kasih sayang. - … apabila Dia (Allah) menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu. (QS 36: 82). Kekuasaan Allah tak terbatas. Namun, tidak demikian dengan penciptaan manusia. Allah merencenakannya terlebih dulu, QS. 38: 71—72 berbunyi. “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)-Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya."

          Dua ayat ini menggambarkan bahwa, Allah memberi tahu malaikat tentang rencana akan menciptakan manusia; menyempurnakan kejadiannya/bentuknya; setelah sempurna maka Allah meniupkan roh sehingga manusia menjadi hidup, bisa berpikir, dan bisa melakukan banyak hal.  Kalimat terakhir dari ayat tersebut “maka hendaklah kamu (malaikat) tersungkur dengan bersujud kepadanya." Isi ayat ini menunjukkan betapa Allah mengangkat derajat manusia melebihi derajat makhluk yang telah diciptakan-Nya terlebih dulu yaitu malaikat dan jin.  

          Jasad dan roh menyatu, sebuah penciptaan yang sangat sempurna, dilengkapi dengan kasih sayang teramat sangat. Namun masih saja ada manusia tidak mau bersyukur dengan cara taat kepada-Nya. Allah memberi perintah dan larangan untuk kebaikan manusia, salah satu larangan-Nya adalah: “… Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu," (QS 4: 29). Jangan kamu membunuh dirimu_Allah itu sangat sayang kepadamu. Tidakkah kalimat itu menyentuh hati yang tersimpan dan terlindungi di dalam rongga setiap manusia. Saya menangis ketika akal berkata ‘Begitu besar cinta Allah kepadaku.”

Dari Jundub bin Abdullah, dia berkata: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dahulu ada seorang laki-laki sebelum kamu yang mengalami luka, dia berkeluh kesah, kemudian dia mengambil pisau dan dia memotong tangannya. Darahpun tidak berhenti mengalir sampai dia mati. Allâh Azza wa Jalla berfirman, ‘Hamba-Ku mendahului-Ku terhadap dirinya, Aku haramkan surga baginya’. (HR. Al-Bukhâri, no. 3463). Jika kita berandai peristiwa itu terjadi pada seorang pencipta robot yang sangat mencintai robot ciptaannya, tiba-tiba robot itu berlari dan menghantamkan diri ke dinding hingga tidak lagi berfungsi serta tidak dapat diperbaiki, bagaimana perasaan si pencipta robot? Tentu dia akan berkata pada asistennya: “Ambil bangkai robot itu, lemparkan ke mesin daur ulang.” Di sana si robot dibakar, digiling, tidak lagi berbentuk. Demikian kecewa si pencipta robot dan demikian pula hukuman yang patut diterima si robot. Lalu bagaimana dengan seseorang yang membunuh orang lain, sedang orang yang dibunuh merupakan kesayangan orang-orang terdekatnya? Allah pun berfirman: -… “barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya….” (QS. 5: 32)

          Membunuh satu orang tanpa sebab yang sepadan (tidak pantas dibunuh) sama dengan membunuh orang satu kampung atau satu negeri dan menyelamatkan satu nyawa (yang patut diselamatkan) sama dengan menyelamatkan nyawa manusia satu kampung atau satu negeri. Bisa dihitung betapa besar hukuman memisahkan nyawa seseorang dari jasadnya. Ayat lain memper-

tegas hukum menghilangkan nyawa seorang mukmin (beriman).  Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (QS. 4: 93).

          Sangat jelas dan sangat mengerikan hukuman bagi orang yang menghilangkan nyawa, baik nyawa dari jasadnya sendiri maupun nyawa dari jasad orang lain. Perkara membunuh bukan bukan masalah sepele, hukuman 10—20 tahun penjara tidak menghapus sangksi Allah. Jauhi hal ini, kebodohan dan sikap masa bodo/tidak peduli akan merugikan diri sendiri, juga orang lain, Suami membunuh istri karena ketahuan selingkuh; saudara membunuh saudara karena harta warisan; orang tua membunuh anak karena kesulitan ekonomi; anak membunuh orang tua karena tidak dibelikan motor; menantu membunuh mertua karena dianggap merepotkan; Astagfirullah.

          Sang pencipta sangat sayang kepada ciptaannya (dijelaskan di atas) khususnya manusia. Menaati hukum Allah sama dengan membalas cinta-Nya. Sang pencipta tidak merugi sedikitpun jika manusia tidak membalas cinta-Nya, yang terpenting bagi-Nya manusia memperoleh kebaikan dari kebaikan yang telah dilakukannya. Tidak hanya itu, kebaikan itu pun akan berdampak bagi manusia lain sekelilingnya. Itulah cinta sejati yang tak lekang dan tak lapuk oleh apapun, sampai kapanpun. 

          Kita (manusia) tahu semua bahwa kita tidak sedang di surga. Kakek dan nenek kita (Adam dan Hawa) diminta tinggal di bumi setelah melanggar satu larangan Sang Pencipta. "Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan" (QS.7: 24).

            Hidup di dunia ini tidak mudah layaknya ketika Adam dan Hawa di surga. Terlebih setan yang berjanji untuk selalu menggoda anak cucu Adam agar menjadi temannya di neraka. Itu sebabnya Allah menurunkan petunjuk untuk anak cucu Adam berbentuk kitab suci yang disampaikan oleh para Rasul melalui Jibril. Beberapa firman Allah tentang dendam setan kepada manusia.

-     "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka (QS. 38: 82—83).

-     "Kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan

    dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur."(QS.

7: 17). Berikut pula pengingatan Allah kepada manusia;

-      Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, …. (QS. 7: 72).

Kasih sayang Allah dilengkapi petunjuk-petunjuk untuk anak cucu Adam agar terhindar dari bujuk rayu setan yang menyesatkan. Namun sebagian dari manusia lalai bahkan mengabaikannya. Untuk memiliki cinta Allah, manusia harus berjuang melawan hasutan setan untuk berbuat zalim mengikuti rayuannya. Setan tidak main-main dalam menjerumuskan manusia ke tempat paling hina dan menyakitkan, tidak hanya orang dewasa menjadi sasarannya. Rasulullah bersabda: “Tiap-tiap anak cucu Adam yang dilahirkan dijamah oleh setan pada waktu kelahirannya kecuali Maryam dan putranya”. (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah). Oleh karena itu agar dapat melawan hasutan setan, kita harus selalu dekat kepada Sang Pencipta dan memohon perlindungan-Nya, sekaligus memperoleh cinta-Nya. Wallahualam. (****) 

 

Penyunting : Dr. Risa Triassanti, M.Pd.

Pengurus PISHI, Dosen Universitas PGRI Ronggolawe Tuban