Kaya & bersedekah: Kisah Abdurahman Bin Auf. ra.

Banyak kisah dalam sejarah islam yang patut menjadi contoh untuk kehidupan dari masa silam hingga hari ini. Sebut saja salah satu contohnya adalah sahabat Nabi Muhammad Saw yang terkenal hingga hari ini adalah Hadhrat Abdurahman Bin Auf ra. Ia seorang sahabat Nabi Saw yang menjalani kehidupan di dunia bisnisnya sedemikian rupa hingga menjadi seorang saudagar kaya raya di masa itu.

Nov 26, 2022 - 17:18

Oleh : Dady Harijadi, S.Sos., MBA

 

Banyak kisah dalam sejarah islam yang patut menjadi contoh untuk kehidupan dari masa silam hingga hari ini. Sebut saja salah satu contohnya adalah sahabat Nabi Muhammad Saw yang terkenal hingga hari ini adalah Hadhrat Abdurahman Bin Auf ra. Ia seorang sahabat Nabi Saw yang menjalani kehidupan di dunia bisnisnya sedemikian rupa hingga menjadi seorang saudagar kaya raya di masa itu. Namun, selama iu pula  gemar sekali bersedekah kepada perjuangan yang sedang dijalani dan sedang diperlukan waktu itu oleh majikannya baginda Nabi Muhammad Saw. Hadhrat Abdurrahman bin Auf r.a. lahir dari seorang ibu yang bernama Shafiyah, sedangkan ayahnya bernama Auf bin Abdu Auf bin Abdul Harits bin Zahrah, pada waktu 10 tahun setelah tahun gajah dan meninggal tahun 652 pada usia 72 tahun. Dengan kekayaannya yang sedemikian banyak yang dimiliki, ia  justru menangis karena khawatir akan memasuki surga paling terakhir saat akhir hayatnya. Sebagaimana diriwayatkan bahwa “Suatu ketika Nabi Muhammad Rasulullah Saw. berkata, Abdurrahman bin Auf akan masuk surga terakhir karena terlalu kaya, sehingga dihisabnya paling lama”. Mendengar kata-kata tersebut Abdurrahman bin Auf pun berpikir keras, bagaimana caranya agar ia kembali menjadi miskin supaya dapat memasuki surga lebih awal,” tuturnya.

Untuk menjadi jatuh miskin, Hadhrat Abdurrahman bin Auf r.a. pernah menyedekahkan separuh hartanya pada zaman Nabi. Setelah itu ia bersedekah lagi sebanyak 40.000 dinar yang kebanyakan harta bendanya diperoleh dari hasil niaga dan perdagangan.

Suatu saat ada seorang sahabat dari kaum Anshar yang bernama Sa’ad yang terkenal pula dengan kekayaannya di Madinah ingin berniaga dengan menawarkan harta pada Hadhrat Abdurrahman bin Auf r.a. Akan tetapi, segera saat itu penawarannya ditolak dan sebaliknya dia bertanya dimanakah terdapat lokasi pasar yang ada di Madinah saat itu.

Ketika dicari tahu hal itu ternyata harga sewa lokasi pasar di Madinah saat itu sangat mahal, sehingga banyak orang yang ingin berdagang namun tidak ada modal yang cukup untuk menyewa tempat usaha. Dengan inisiatifnya Hadhrat Abdurahman bin Auf ra. memanfaatkan peluang dan membeli tanah disekitar lokasi tersebut dan segera dijadikannya kafling-kafling sebagai tempat usaha.

Ternyata atas hal tersebut kafling-kafling yang ia bangun sesuai keperluan kemudian dipergunakan untuk berdagang para pedagang kaum muslim tanpa membayar sewa. Hadhrat Hz. Abdurrahman bin Auf r.a. menerapkan sistem bagi hasil yang lebih adil sehingga tidak memberatkan bahkan mencekik para pedagang yang masih merintis.

Hadhrat Abdurrahman bin Auf r.a. pernah memberikan 200 uqiyah emas (satu uqiyah setara dengan atau kurang lebih 31 gram) untuk memenuhi kebutuhan logistik selama waktu perang yang dialami kaum muslim di perang Tabuk. Bahkan  saat ada seruan untuk berinfaq dari Nabi Muhammad Rasulullah Saw. ia tak pernah berpikir panjang dan ragu-ragu untuk memberikan infaq tersebut.

Di saat perang Badar yang jumlah pasukannya mencapai 100 orang, ia memberikan santunan setara 400 dinar kepada masing-masing veteran. Hadhrat Abdurrahman bin Auf juga menyumbangkan 40 ribu dinar, 500 ekor kuda, dan 1.500 unta untuk para pejuang muslim.

Tidak hanya itu, ia pun pernah bersedekah dengan membeli kurma yang hampir busuk dari para sahabat di Madinah yang mengakibatkan semua pedagang pun bergembira karena kurma mereka berhasil terjual, begitu pun Hadhrat Abdurrahman bin Auf r.a. sangat senang karena sedang berharap akan jatuh miskin.

Namun, tiba-tiba apa yang terjadi? Ketika itu ada seseorang yang datang serta mengaku berasal dari utusan kabilah Yaman. Ia membawa berita bahwa di negerinya sedang terkena wabah penyakit menular sehingga kala itu raja di negerinya mengutus dirinya untuk mencari kurma busuk.

Menurut utusan itu, kurma busuk merupakan salah satu obat yang bisa menyembuhkan penyakit menular. Akhirnya utusan raja Yaman tersebut memborong semua kurma milik Hadhrat Abdurrahman bin Auf r.a. dengan harga 10 kali lipat dari harga kurma biasa.

Luar biasa. Berkat kedermawanannya, tidak membuat Hadhrat Abdurrahman bin ‘Auf r.a. menjadi langsung jatuh miskin, yang terjadi justru kebalikannya kehidupan terus meningkat dan semakin kaya sejahtera. Keberhasilannya dalam bisnis membuatnya mendapat julukkan sebagai si tangan emas, karena apapun yang dikerjakan dalam usaha nya selalu sukses dan membuahkan hasil yang besar.

Di saat Hadhrat Abdurrahman bin Auf r.a. merelakan semua hartanya agar ia segera jatuh miskin, malah pada saat itu pula Tuhan Yang Maha Kuasa  memberikan imbalan limpahan harta berkali-kali lipat untuknya. Sehingga  dalam riwayat pada waktu ia meninggal di usia 72 tahun tercatat ia masuk dalam deretan 10 sahabat Nabi Saw. yang dijamin masuk surga.

Sungguh indah,  kisah hidup Hadhrat Abdurahman Bin Auf ra. mengajarkan kepada kita bahwa harta duniawi bukanlah segalanya dan harta itu bukan hanya milik kita sendiri. Sebagian harta yang kita miliki adalah milik mereka yang lebih membutuhkan. Namun, Allah akan memberi lipat-gandanya atas apa yang telah di keluarkan demi meraih ridho-Nya itu. 

Sesuai janji dalam Firman-Nya yang tertulis di dalam Al Qur’an Surah An-Nisa ayat 134, firman Allah Swt: ” Barangsiapa menghendaki ganjaran dunia, maka ketahuilah bahwa di sisi Allah ada ganjaran dunia dan akhirat; dan Allah itu Maha Mendengar, Maha Melihat.” 

 

 

 

Sikap teladan

Orang kaya biasanya semakin terpacu untuk mendapatkan harta yang lebih dan selalu lebih. Hal ini karena pada dasarnya setiap manusia tidak pernah merasa puas dengan apa yang dimilikinya. Namun tidak begitu halnya dengan sahabat kaya raya, Hadhrat Abdurrahman bin Auf ra. Rezeki ada di tangan Allah Swt, sehingga sekeras apapun usaha Hadrat Abdurrahman bin Auf ra. untuk jadi miskin, jika Allah Swt. tidak menghendaki, pasti akan tetap gagal. Dan terbukti, hingga akhir hayatnya, ia tetap memiliki banyak harta mashlahat karena keberkahan dari Allah Swt.

 

Sangat Dermawan

Demi jatuh miskin dan bangkrut, agar dihisab lebih cepat, Hadhrat Abdurrahman bin Auf ra. menyedekahkan banyak hartanya untuk perjuangan Islam. Ia membeli sebidang tanah, membangun pasar dan memberikannya secara cuma-cuma kepada pedagang muslim. Tidak hanya itu, beliau juga pernah memborong kurma busuk untuk menyelamatkan ekonomi para sahabat.  Tapi kemudian atas izin Allah, kurma busuk yang telah dibeli tersebut malah ditawar dengan harga tinggi oleh penduduk Negeri Yaman. Sehingga bukannya tambah miskin karena membeli kurma busuk,  kekayaan Hadhrat Abdurrahman bin Auf ra. malah berlipat ganda.

 

Berkorban Demi Islam

Selain terkenal dengan kedermawanannya Hadhrat Abdurrahman bin Auf  ra. juga dikenal sebagai sosok sahabat yang rela berkorban demi Islam. Ia turut terlibat dalam pengorbanan yang besar di waktu perang Badar dan perang Uhud. Dalam peperangan tersebut, ia sampai harus kehilangan gigi, mendapat luka parah di tubuh dan bahkan kaki. Hingga ia berjalan dengan pincang dan berbicara cadel. Meski begitu, ia tidak ada sedikitpun menunjukkan keresahan dan rasa menyesal, sebab ia yakin bahwa perjuangan tersebut adalah hal yang memang seharusnya ia lakukan.

Taat atas perintah Allah Swt.

Tatkala Nabi Muhammad Rasulullah Saw.  membutuhkan dana yang cukup banyak untuk perang Tabuk, Hadrat Abdurrahman bin Auf ra. tampil di depan dan memberikan sumbangannya. Ia tak pernah merasa berat untuk memberikan hartanya demi perjuangan Islam. Ia memutuskan untuk memberikan dua ratus uqiyah emas. Besarnya nilai pemberian tersebut Rasulullah Saw. merasa khawatir jika Hadhrat Abdurrahman bin Auf ra. berlebihan dan tidak menyisakan harta untuk anak dan istrinya di rumah. Namun begitu ia menjawab dengan “Mereka saya tinggali lebih banyak dan lebih baik dari yang saya sumbangkan.” Rasulullah Saw. bertanya, “Berapa?” Hadhrat Abdurrrahman Bin Auf ra. memberikan jawaban, “Sebanyak rizki, kebaikan, dan pahala yang dijanjikan Allah.” Semoga.-

 

Dady Harijadi, S.Sos., MBA adalah Wakil Kepala SMK Sirojul Huda 1 Bogor Jabar dan anggota PISHI. Tulisan ini disunting oleh Dr. Sulistyani, M.Pd., dosen Universitas Nusantara PGRI Kediri dan anggota PISHI.