Israel Gempur Gaza di Hari ke-99 Perang, 20 Orang Tewas

Israel menggempur Jalur Gaza di hari ke-99 perang pada Sabtu, 13 Januari 2024. Gempuran ini merupakan kelanjutan dari serangan tanpa henti terhadap wilayah Palestina yang mengalami krisis kemanusiaan mengerikan serta bergulat dengan pemadaman listrik dan air bersih.

Jan 14, 2024 - 04:39
Israel Gempur Gaza di Hari ke-99 Perang, 20 Orang Tewas

NUSADAILY.COM – GAZA - Israel menggempur Jalur Gaza di hari ke-99 perang pada Sabtu, 13 Januari 2024. Gempuran ini merupakan kelanjutan dari serangan tanpa henti terhadap wilayah Palestina yang mengalami krisis kemanusiaan mengerikan serta bergulat dengan pemadaman listrik dan air bersih.

 

Kekhawatiran akan meluasnya konflik semakin meningkat setelah pasukan Amerika Serikat (AS) dan Inggris menyerang pemberontak Houthi pro-Hamas di Yaman, menyusul serangan terhadap kapal-kapal Laut Merah.

 

Dilansir dari medcom.id, para saksi melaporkan pengeboman Israel di Gaza pada Sabtu dini hari, dan seorang jurnalis AFP melaporkan pada Jumat kemarin bahwa serangan Israel menghantam wilayah antara kota Khan Yunis dan Rafah di selatan Gaza, yang dipenuhi oleh orang-orang yang melarikan diri dari utara.

 

Mengutip dari Xinhua, serangan terbaru Israel tersebut telah menewaskan setidaknya 20 orang. Serangan juga membuat semua layanan internet dan telekomunikasi di Gaza terputus, kata operator utama Paltel.

 

"Gaza kembali gelap," katanya dalam sebuah unggahan di media sosial X.

 

Kelompok Bulan Sabit Merah Palestina menyatakan bahwa gangguan tersebut meningkatkan tantangan dalam "menjangkau mereka yang terluka" dalam serangan.

 

Bombardir Israel yang tiada henti di Gaza telah menewaskan sedikitnya 23.708 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut angka terbaru Kementerian Kesehatan Gaza.

Pemblokiran Bantuan yang 'Sistematis'

 

Kepala badan bantuan PBB OCHA untuk wilayah pendudukan Palestina mengatakan kepada media pada Jumat lalu bahwa Israel terus-menerus memblokir konvoi bantuan kemanusiaan ke Gaza utara.

 

"Mereka sangat sistematis dengan tidak mengizinkan kami memberikan bantuan kepada rumah sakit, dan ini merupakan tindakan yang sangat tidak berperikemanusiaan yang bagi saya tidak dapat dipahami," kata Andrea De Domenico.

 

Di Gaza tengah, kekurangan bahan bakar memaksa generator utama Rumah Sakit Martir Al Aqsa di Deir el-Balah ditutup, kata kementerian kesehatan.

 

"Apakah ada yang peduli dengan kita? Kenapa semua orang diam?" tanya seorang pelayat di rumah sakit tempat sekelompok warga Palestina berkumpul di samping kantong jenazah berwarna putih yang berisi korban terbaru.

 

Namun perang tidak menghentikan Afnan dan Moustapha untuk menikah di Rafah, dekat perbatasan dengan Mesir.

 

"Rumah yang seharusnya menjadi tempat tinggal pengantin pria hancur, dan ketika perang masih berlangsung, kami pikir yang terbaik bagi mereka adalah menikah," kata Ayman Shamlakh, paman pengantin pria, kepada AFP.

 

"Kita semua mengalami tragedi yang sama. Namun, kita harus terus menjalaninya, dan kehidupan harus terus berjalan," lanjutnya.

 

Mohamed Gebreel, ayah pengantin wanita, mengatakan dia tidak ragu untuk melanjutkan upacara tersebut. "Kami adalah orang-orang yang mencintai kehidupan meski ada kematian, pembunuhan, dan kehancuran," katanya.