Catatan Pelatihan Cek Fakta, Belajar Bongkar Berita Hoaks Jelang Pemilu 2024

Nov 24, 2023 - 16:00
Catatan Pelatihan Cek Fakta,  Belajar Bongkar Berita Hoaks  Jelang Pemilu 2024
Suasana pelatihan Cek Fakta yang diadakan oleh AMSI di Hotel Alana Solo Foto : Sirhan

NUSADAILY.COM – SOLO - Menjelang Pemilu 2024 akan banyak beredar konten atau berita yang tidak dapat dipertanggung jawabkan alias hoaks. Untuk meredam itu semua Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) bersama Aliansi Jurnalis Indepeden (AJI), Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) dan Goegle News Institue menggelar pelatihan Cek Fakta di Kota Solo.

 

Sebagai salah satu anggota AMSI Nusadaily.com mendapat kesempatan untuk mengikuti pelatihan yang digelar selama tiga hari 19-21 November 2023 di Hotel The Alana Solo tersebut. Berikut catatan Sirhan Sahri wartawan yang didelegasikan mengikuti pelatihan Cek Fakta.

 

Pelatihan Cek Fakta ini merupakan sesi terakhir atau kelima yang dilaksankan oleh AMSI dan mitra kerjanya, sebelumnya pelatihan diadakan di beberapa kota seperti di Jakarta  pada 31 Oktober – 2 November 2023. Kemudian di Kota Padang pada 7-9 November 2023, serta Makassar dan Denpasar 14-16 November 2023.

 

Maka ada 150 Jurnalis dari 150 media yang telah ikut pelatihan ini, termasuk Nusadaily .com yang menjadi peserta pelatihan yang diadakan di kota Solo dari 34 media yang hadir dalam pelatihan tersebut.

 

Dihari pertama pelatihan pada Minggu (19/11/2023) pelatihan difokuskan melawan  disinformasi dan misinformasi menjelang pemilu 2024, dengan belajar membongkar fakta berita – berita hoaks yang saat banyak beredar. Kegiatan ini disebut dengan istilah debungking yang artinya adalah pemeriksaan fakta langsung dengan cara melakukan analisis, mengecek dan memverifikasi kebenaran berita tersebut apakah hoaks atau bukan.

 

Dalam materi yang disampaikan oleh dua orang pemateri Tri Suharman Produser News Metro TV dan Imadudin seorang pemeriksa Fakta dari Times Indonesia mengungkapkan, ada tiga hal yang harus dilakukan untuk mengetahui kebenaran berita itu hoaks atau asli.

 

Diantaranya dengan menganalisa sumber berita melalui teknik pencarian di goegle, lalu yang kedua melakukan verifikasi lokasi dan waktu dan terakhir adalah melakukan audit media sosial. Dijelaskan dalam membongkar berita hoaks sejatinya harus ada esensi dalam jurnalisme dengan disiplin melakukan verifikasi.

 

Hal itu dilakukan demi sebuah produk yang bisa dipercaya publik. Oleh karena itu  dalam debunking, ada teknik-teknik dan tools yang dipakai untuk membongkar berita yang kebenarannya diragukan dengan cara mengenal terlebih dahulu hoaks yang disebarkan.

 

Sebelum disharing atau dibagikan, malas memverifikasi, bisa juga tidak tahu cara verifikasi, literasi yang lemah, jurnalisme yang lemah dan terlalu mencintai atau membenci tokoh. Hoak meliputi dua hal, yaitu disinformasi dan misinformasi. Disinformasi adalah informasi yg disebarkan salah dan orang yang menyebarkan tahu itu salah, artinya dilakukan secara sengaja. Sedangkan misinformasi adalah informasi yang disebarkan salah, tapi orang yang membagikan tdak tahu itu salah.

 

Selanjutnya ada tujuh kategori misinformasi dan disinformasi yang beredar di masyarakat, pertama, satire/parodi yaitu lucu-lucuan, tidak ada niat untuk menyakiti, tapi berpotensi membodohi. Kedua, konten menyesatkan yaitu konten sengaja dibuat menyesatkan untuk membingkai sebuah isu atau menyerang individu, sering beritanya 'dipelintir.

 

Ketiga, konten aspal alias asli tapi palsu, yaitu seolah-olah sumbernya asli, padahal palsu. Keempat, konten pabrikasi yaitu konten yang sengaja dibuat untuk menyesatkan dan sama sekali tidak ada faktanya, 100% tidak benar. Kelima, gak nyambung yaitu judul berita, foto, dan caption tidak nyambung dengan isi beritanya.

 

Keenam, konteksnya salah yaitu konteks aslinya dihilangkan, lalu disebar. Akibatnya, orang menangkap informasinya di luar konteks yang sebenarnya. Ketujuh, konten manipulatif yaitu informasi asli atau kontennya dimanipulasi. Sementara modus hoaks antaralain dengan mendaur ulang berita, mengolah image dan konspirasi.

 

 

Hoaks tidak datang begitu saja, melainkan ada pembuatnya. Ciri pembuat hoaks adalah mencuri konten dari situs lain, menggunakan akun palsu dan pakai foto orang lain, antara foto dan narasi berbeda, video ditambahkan narasi yang berbeda dan biasanya mengubah judul dan foto yang dishare. Semua itu harus dikenali untuk bisa melakukan cek fakta.

 

Ada beberapa cara untuk melakukan memverifikasi informasi dan langsung dipraktikkan saat pelatihan dengan menggunakan tools atau alat yang sudah tersedia. Mengetahui asal usulnya, yaitu darimana konten itu berasal? Perjalanan apa yang telah dilaluinya sejak itu? Dicek kebenarannya dengan melakukan pelacakan secara menyeluruh.

 

Selanjutnya mencari tahu sumber atau pihak yang mengirimkan informasinya, siapa yang mengirimkannya? Cek tanggal, kapan konten tersebut dibuat? Cak lokasi, di mana konten itu dibuat? Dan menemukan apa motivasi dibalik konten tersebut dibuat dan disebarkan? Beberapa pertanyaan kunci ini digunakan untuk memulai cek fakta.

 

Banyak tools verifikasi yang digunakan untuk membongkar hoaks dan langsung praktik dengan studi kasus di masyarakat. Pertama tentang konten menyesatkan dengan mengubah judul dan isi berita, tidak sesuai foto yang digunakan. Kedua manipulasi data jumlah sebuah aksi di Monas dan ketiga, video tidak nyambung yang digunakan untuk menggiring opini. (sir/wan)