Awas! Ada Potensi Tsunami Besar di Pantai Selatan Jawa

Aug 8, 2023 - 22:52
Awas! Ada Potensi Tsunami Besar di Pantai Selatan Jawa

NUSADAILY.COM – JAKARTA – Adanya potensi gelombang tsunami dahsyat, setinggi 10 meter, ada pula yang memprediksi hingga 34 meter, di Pantai Selatan Jawa yang bersumber dari megathrust, seringkali diingatkan para ahli.

"Sesar Opak merupakan sumber gempa yang jalurnya terletak di daratan ini memang aktif dan belum berhenti aktvitasnya. Sedangkan di Samudera Hindia selatan Yogyakarta juga terdapat sumber gempa subduksi lempeng atau megathrust, yang juga masih sangat aktif," kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Dwikorita Karnawati, dalam siaran persnya.

Lalu, apa sebetulnya megathrust yang disebut-sebut bisa menghasilkan gempa besar dan memicu gelombang tsunami?

Megathrust merupakan daerah pertemuan antar lempeng tektonik Bumi di lokasi zona subduksi. Lempeng tektonik Bumi dapat mencapai ribuan kilometer dan menjadi dasar benua dan samudera. Pelat-pelat ini bertabrakan, meluncur, dan bergerak menjauh satu sama lain.

Lempeng-lempeng itu terkadang bertabrakan satu sama lain atau satu lempeng didorong ke bawah lempeng lain di zona subduksi. Dengan kata lain, zona subduksi adalah zona pertemuan lempeng-lempeng tersebut.

Apabila sejumlah lempeng tektonik bertemu, maka gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, dan tanah longsor yang kuat dapat terjadi.

Merujuk Badan Survey Geologi Amerika Serikat (USGS), saat lempeng tektonik bertemu, satu lempeng meluncur di bawah lempeng lain, atau melakukan subduksi, turun ke mantel Bumi dengan kecepatan 2-8 sentimeter per tahun.

Sementara itu, gempa megathrust adalah gempa yang sangat besar dan terjadi di zona subduksi.

Indonesia sendiri dikelilingi zona megathrust, dan dua di antaranya berada di selatan Jawa, yakni di bagian barat dan timur. Kedua megathrust tersebut menyimpan potensi gempa yang sangat besar hingga Magnitudo 9,1.

Gempa megathrust merupakan fenomena yang berulang dalam periode waktu tertentu.

Melansir situs Natural Resources Canada, pengulangan bervariasi dari zona subduksi ke zona subduksi. Misalnya, di zona subduksi Cascadia di Amerika Utara, 13 peristiwa megathrust telah diidentifikasi dalam 6.000 tahun terakhir, rata-rata setiap 500 hingga 600 tahun.

Namun, itu tidak terjadi secara teratur. Beberapa di antaranya terjadi 200 tahun dan beberapa lainnya sejauh 800 tahun.

Untuk megathrust selatan Jawa, Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari memprediksi pengulangan dapat terjadi setiap 400 tahun.

Prediksi itu dihasilkan lewat penelitian dengan menggunakan metode GPS bersama sejumlah ahli kegempaan dari berbagai lembaga. Menurut catatan, gempa megathrust terjadi terakhir kali di selatan Jawa pada 1818.

Sejumlah peneliti bahkan mengungkapkan potensi tsunami di selatan Jawa bagian barat bisa mencapai tinggi 34 meter, melebihi tsunami Aceh pada 2004.

Gelombang tsunami yang meluluhlantakkan sebagian wilayah pesisir Aceh saat itu memiliki ketinggian hingga 30 meter, dengan kecepatan 100 meter per detik atau 360 kilometer per jam.

Hal itu terungkap dalam studi yang diterbitkan di jurnal Springer Natural Hazard, terbit pada Minggu (30/10/2022).

Sejumlah ahli kegempaan dalam negeri terlibat dalam penelitian itu, seperti Dwikorita Karnawati, Tatok Yatimantoro, Daryono dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Rahma Hanifa dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Sri Widiyantoro dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Nicholas Rawlinson dari Department of Earth Sciences-University of Cambridge, Abdul Muhari dari BNPB.

Untuk menemukan hiposenter gempa, tim memanfaatkan katalog data seismik yang bersumber dari BMKG dan International Seismological Center (ISC) periode April 2009 sampai Juli 2020.

Penulis utama Pepen Supendi dari BMKG, sekaligus peneliti postdoctoral di University of Cambridge, mengungkap potensi tsunami ini terkait dengan tingkat kegempaan yang tinggi di dalam dan sekitar Jawa Barat dan Sumatera.

Pemicunya adalah pertemuan lempeng Indo-Australia dan subduksi di bawah lempeng Sunda.

"Kami menemukan ketinggian tsunami maksimum bisa mencapai 34 meter di sepanjang pantai barat Sumatera bagian selatan dan di sepanjang pantai selatan Jawa dekat Semenanjung Ujung Kulon," kata peneliti.

Terpisah, Abdul Muhari mengatakan selatan Jawa memiliki dua segmen megathrust, yakni segmen selatan Jawa bagian barat dan segmen selatan Jawa bagian timur.

Masing-masing segmen itu berpotensi melepaskan gempa dengan Magnitudo di atas 8, bahkan bisa mencapai M 9 jika terjadi secara bersamaan. Hal ini juga dapat memicu tsunami setinggi 34 meter.

Apa yang bisa dilakukan?

Menurut Abdul Muhari, mitigasi yang bisa dilakukan saat bencana terjadi hanyalah evakuasi demi menyelamatkan nyawa.

"Ketika kita bicara tsunami megathrust, maka ketika itu, kita bicara upaya mitigasinya untuk penyelamatan nyawa, evakuasi, hanya evakuasi," ujar dia, mengutip Antara.

Ia mencontohkan gempa besar Jepang 2011 dengan tsunami setinggi 10-15 meter. Menurutnya, tidak ada satu struktur yang dapat menahan gelombang tsunami, baik itu beton, baja, atau struktur vegetasi.

Berdasarkan pengalaman gempa megathrust Aceh 2004, kawasan yang berdampak tsunami bisa mencapai 3 kilometer dari pantai.

Sementara, Indonesia memiliki sejumlah daerah rawan gempa megathrust yang dapat memicu tsunami, yakni pantai barat Sumatera, dan pantai selatan Jawa, selatan Sulawesi, bagian utara Sulawesi, dan utara Papua.

Apabila guncangan gempa tidak berhenti lebih dari 30 detik, ia mengatakan ada peluang 75 persen untuk tsunami meskipun terjadi pelan-pelan. Ia menegaskan yang perlu didahulukan, kata dia, adalah evakuasi.

"Ada beberapa tempat yang mungkin di bawah 10 menit tsunaminya udah sampai. Jadi kita benar-benar berpacu dengan waktu, ada atau tidak peringatan dini diterima oleh masyarakat di kawasan pesisir," pungkasnya.(han)