Siapa Berani Melawan Dominasi Khofifah di Pilkada Jatim 2024?

Selain dukungan partai mayoritas pemilik kursi DPRD, Khofifah memiliki modal individu yang tak kalah kuat. Khofifah merupakan kader NU tulen. Ia menjadi pengikut Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

Jun 8, 2024 - 09:04
Siapa Berani Melawan Dominasi Khofifah di Pilkada Jatim 2024?
Tugu Pahlawan Surabaya

NUSADAILY.COM – SURABAYA - Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak menjadi pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang telah mengantongi dukungan dari enam partai politik di Pilkada Jawa Timur 2024.

Masing-masing Partai Golkar, PAN, Demokrat, PSI, dan Perindo. Terbaru Partai Gerindra resmi mengusung duet Khofifah-Emil sebagai cagub dan cawagub Jatim.

Berdasarkan perolehan suara hasil Pileg 2024, enam partai pendukung Khofifah-Emil mengantongi 53 kursi atau 44,16 persen dari total kursi DPRD. Masing-masing Gerindra 21 kursi, Golkar 15 kursi, Demokrat 11 kursi, PAN 5 kursi, dan PSI 1 kursi.

Di luar partai-partai itu, PDIP, PKB, NasDem, PKS, dan PPP belum menentukan sikap. Jika digabungkan, keempat partai itu mengantongi 67 kursi atau 55,8 persen.

Selain dukungan partai mayoritas pemilik kursi DPRD, Khofifah memiliki modal individu yang tak kalah kuat. Khofifah merupakan kader NU tulen. Ia menjadi pengikut Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

Saat ini Khofifah juga menjabat Ketua Umum PP Muslimat NU. Di sisi lain, mantan Menteri Sosial itu juga masih kader PKB. Sebagai petahana, ia memiliki elektabilitas tinggi.

Sejauh ini baru PKB yang memunculkan nama melawan Khofifah, yakni mantan Ketua PWNU Jatim Marzuki Mustamar.

Hasil survei Accurate Research and Consulting Indonesia (ARCI) pada 16 Mei mencatat elektabilitas Khofifah di angka 42,1. Sedangkan mantan Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar dianggap menjadi kuda hitam dengan elektabilitas sebesar 10,7 persen.

Di sisi lain PDIP memberi sinyal kuat dukungan. Hanya saja, partai banteng menolak nama Emil sebagai cawagub dan menawarkan kader mereka sebagai penggantinya.

PDIP telah bertemu PAN dan Golkar agar menerima usulan cawagubnya. Ketua DPD PDIP Jawa Timur, Said Abdullah menilai Emil lebih layak menjadi menteri alih-alih kembali maju bersama Khofifah.

"Kami kan kemarin sudah bertemu dengan PAN, sudah bertemu dengan Gerindra, bahkan kami sudah bertemu hati ke hati dengan Mas Emil Dardak," kata Said di Kompleks Parlemen, Rabu (5/6).

Pengamat Politik sekaligus Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute (IPI), Karyono Wibowo memprediksi Khofifah-Emil akan mendominasi dukungan partai tak kurang dari 70 persen dari kursi DPRD.

Menurutnya, PKB akan menjadi lawan kuat bagi Khofifah. Partai tersebut memiliki rekam jejak sejak pilkada terakhir 2019 yang kala itu mengusung Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno.

Terlebih, PKB memperoleh suara terbanyak dan bisa mengusung calonnya sendiri. PKB kini menjadi partai dengan perolehan dan kursi terbanyak di Jatim.

"PKB sebagai partai pemenang pemilu legislatif di Jawa Timur berpotensi mengusung pasangan calon sendiri karena jumlah kursi PKB cukup untuk mengusung paslon sendiri tanpa koalisi," kata Karyono.

Kans Marzuki Mustamar

Direktur Eksekutif Arus Survei Indonesia (ASI), Ali Rifan mengatakan hingga kini satu-satunya calon yang akan menjadi lawan Khofifah adalah Marzuki. Meski begitu, Ali menilai nama Marzuki tetap harus diuji secara saintifik.

Merujuk rilis survei ARCI, meski dalam simulasi terbuka menempati posisi kelima, nama Marzuki tetap dianggap sebagai kuda hitam. Apalagi, ARCI juga memprediksi kuat PKB akan kembali berkoalisi dengan PKS dan NasDem dan mengulang koalisi mereka di Pilpres 2014.

"[Marzuki] bisa jadi kuda hitam. Ini akan terjadi terbelahnya nanti masyarakat NU. Kalau sampai PKB memunculkan tokoh NU. Bukan tidak mungkin yang elektabilitas Kiai Marzuki yang saat ini kecil, nanti akan naik," kata ARCI dalam surveinya.

Namun begitu, Ali menilai Marzuki masih harus berusaha keras untuk meningkatkan elektabilitasnya. Ali mengungkap hasil survei internal lembaganya, terkait approval rating Khofifah-Emil di Jatim pada 2023 yang mencapai 70 persen.

Di sisi lain, Khofifah dianggap memiliki mesin politik yang kuat sebagai ketua Muslimat NU. Di lembaga itu, dia didampingi Ulfah Masfufah sebagai sekretaris yang dianggap menjadi representasi anak muda.

"Jadi konfigurasi Khofifah-Emil ini relatif lengkap. Makanya kalau ada kompetitor lain itu harus mengisi ruang kosong yang bisa mengalahkan konfigurasi itu," kata Ali.

Sementara itu pengamat politik dari Universitas Airlangga Surabaya, Airlangga Pribadi tak menampik dominasi Khofifah sejauh ini di Jawa Timur. Apalagi PDIP juga hampir final mendukung Khofifah meski dengan tawaran mengisi kursi cawagub.

Baik dengan Emil maupun usulan cawagub dari PDIP, Khofifah akan sama-sama kuat. Namun, menurutnya, duet Khofifah dengan kader PDIP jika terwujud akan merepresentasikan kelompok masyarakat NU dan abangan di Jatim.

"Karena kita melihat komposisi yang signifikan di Jatim itu berkait dengan kultur politik itu kan merah sama hijau. Atau santri abangan. Itu terwakili apabila duet yang dimunculkan adalah duet Bu Khofifah representasi santri, dan PDIP yang mewakili abangan," kata Airlangga, Jumat (7/6).

Airlangga turut menyoroti posisi PKB dalam gelaran lima tahunan di Jatim ini yang menjadi pemilik kursi terbanyak di DPRD. Airlangga tak yakin Khofifah akan melawan kotak kosong di Jatim.

Namun, ia menilai PKB juga perlu mempertimbangkan komposisi representasi kultur masyarakat di Jatim.

Jika mengusung Marzuki yang mewakili kelompok hijau atau santri, PKB harus mencari sosok wakil yang menjadi representasi kelompok masyarakat abangan.

"Artinya representasi dari subkultur yang berbeda, misalnya abangan itu harus disandingkan apabila ingin bertanding dengan Khofifah," kata Airlangga.(han)