Masjidil Haram Padat, Petugas Lakukan Penyekatan CJH Tanpa Identitas

Laporan Haji Wartawan Nusadaily.com, Tavip Fatchur Rozi dari Makkah

Jun 7, 2024 - 08:33
Masjidil Haram Padat, Petugas Lakukan Penyekatan CJH Tanpa Identitas
Masjidil Haram dipadati jamaah haji dari seluruh dunia menjelang wukuf di Arafah dan wartawan Nusadaily.com,Tavip Fatchur Rozi melaporkan dari Makkah (foto bawah) foto: Tavip Fatchur Rozi/Nusadaily.com

NUSADAILY.COM – MAKKAH - Menjelang puncak ibadah haji atau wukuf di Arafah (15/6), suasana kota Makkah makin padat tidak terkecuali di Masjidil Haram. Pantauan Nusadaily.com di kawasan Misfalah menuju Masjidil Haram dipenuhi kendaraan juga calon jamaah yang berjalan kaki.

 

Di pintu masuk Masjidil Haram termasuk di dua tempat terminal bus Ajyad dan Syib Amir terlihat puluhan petugas atau polisi Arab  Saudi (Askar) melakukan penyekatan juga memeriksa identitas calon jamaah haji. Salah satu jalan yang ditutup Askar adalah terowongan dari Jalan King Fahd ke arah Mina. Petugas menghentikan setiap kendaraan yang ingin memasuki terowongan dan meminta penumpangnya menunjukkan dokumen izin tinggal. Bagi para pendatang diharuskan menunjukan tasreh (visa haji).

 

Sementara, mobil ambulans dan bus petugas hingga truk yang membawa logistik menuju Mina atau Arafah diizinkan melintas melewati terowongan.

 

Kepala Daker Makkah Khalilurrahman mengatakan, saat ini, jumlah jamaah haji Indonesia yang sudah tiba di kota Makkah mencapai 90 persen. Kota Makkah pun semakin padat dengan jamaah haji dari berbagai negara. ‘’Kami mengimbau untuk tidak melakukan perjalanan di luar kota perhajian, agar jamaah bisa fokus beribadah di kota suci Makkah,” ujar Khalil kepada wartawan Nusadaily.com di Makkah.

 

Skema Murur

 

Jamaah Haji Indonesia bisa Melintas Tanpa Mabit di Muzdalifah. Mabit di Muzdalifah termasuk wajib haji, jemaah harus berdiam diri selama beberapa waktu. Namun, ada skema baru yang membuat jemaah bisa berhaji tanpa mabit di Muzdalifah.Melansir laman Kementerian Agama RI (Kemenag) dijelaskan bahwa jemaah haji yang murur (melintas) Muzdalifah tetap sah meskipun tanpa mabit atau bermalam. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Musyawarah Pengurus Besar Harian Syuriyah Nahdlatul Ulama, Ijtima Ulama Komisi Fatwa Se-Indonesia Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan hasil sidang Dewan Hisbah Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis).Mabit di Muzdalifah dengan cara murur adalah mabit yang dilakukan dengan cara melintas di Muzdalifah, setelah menjalani wukuf di Arafah. Jemaah saat melewati kawasan Muzdalifah tetap berada di atas bus (tidak turun dari kendaraan), lalu bus langsung membawa mereka menuju tenda Mina.

 

Sementara itu ketua kloter 23 Sukirman didamping paramedik, dokter Rifky,  mengingatkan, bahwa cuaca panas Makkah bisa lebih dari 42 derajad dan di Arofah bisa meningkat hingga 50 derajad. Mengingat cuaca panas, saat ke luar hotel, jemaah agar selalu mengenakan alat pelindung diri (APD) berupa topi lebar, payung atau kaca mata hitam untuk menghindari sinar UV matahari, membawa air minum agar tidak dehidrasi. Pemerintah Arab Saudi juga sudah mengantisipasi cuaca panas dengan  memperluas proyek 'jalan es' atau proyek melapisi aspal dengan bahan pendingin untuk menurunkan suhu jalan yang akan dilewati jemaah jelang puncak haji 2024. Pendinginan jalan ini dilakukan di area dengan luas 25.000 meter persegi, sekitar Masjid Namirah, Arafah. Pendinginan ini bertujuan menurunkan suhu lingkungan dan daerah pemukiman agar tidak terlalu panas. Para jemaah haji pun bisa lebih nyaman m saat menjalankan ibadah. (tav/wan)