Masjid Kuno At-Taqwa, Saksi Bisu Siar Islam di Magetan Sejak Tahun 1840

Kyai H. Imam Nawawi dan Kyai H. Mustarim pendiri masjid juga banyak menulis kitab yang ditulis di atas kulit lembu. Dan masih awet dan bisa dibaca hingga hari ini

Apr 3, 2023 - 19:43
Masjid Kuno At-Taqwa, Saksi Bisu Siar Islam di Magetan Sejak Tahun 1840
Foto : Masjid Kuno At-Taqwa di Godekan Desa Tamanarum Kecamatan Parang Magetan berdiri sejak tahun 1840.

NUSADAILY.COM - MAGETAN - Keberhasilan siar Islam tentu tak luput dari para pendahulu kita dan jejak yang ditinggalkan masih terawat rapi seperti kitab kitab hinga bangunan ibadah seperti Surau, Musola hingga Masjid. Salah satunya masjid kuno At-Taqwa di Dusun Godekan Desa Tamanarum Kabupaten Magetan ini.

Masjid kuno At-Taqwa ini dibangun sejak tahun 1840 atau setelah perang Diponegoro usai tahun 1830 an oleh dua tokoh Islam pengikut Diponegro yang bersembunyi dari kejaran Belanda. Dua tokoh tersebut adalah Kyai H. Imam Nawawi dan Kyai H. Mustarim. Keduanya dimakamkan tak jauh dari masjid At-Taqwa.

Diceritakan Kyai Imam Hamid, konstruksi bangunan masjid keseluruhan terbuat dari kayu jati. Mulai dari dinding hingga gentingnya pun dibuat dari sirap kayu jat. Selain membangun masjid, kedua tokoh tersebut juga banyak menulis kitab di atas kulit. 

"Pada masa itu, daerah Tamanarum masih berupa hutan jati yang lebat. Jadi bangunan masjid seluruhnya terbuat dari kayu jati. Baik lantai dinding hingga atap biasa disebut sirap. Langka lagi ada kitab yang dituliskan di atas kulit binatang, hingga kini masih awet," katanya, Senin (03/04/2023).

Namu ratusan tahun berlalu, lanjutnya, bangunan masjid pun rusak. Karena masuk dalam situs cagar budaya, oleh pemerintah dengan tidak merubah bentuknya. Bentuk aslinya tetap dipertahankan. 

"Hanya beberapa yang berubah seperti lantai tidak lagi dari kayu tetapi keramik," jelasnya.

Lebih lanjut duceritakan Kyai Khamit, Kyai H. Imam Nawawi dan Kyai H. Mustarim selain membangun masjid juga  juga banyak menulis kitab yang hingga kini masih awet dan bisa dibaca.

"Bila lazimnya kitab ditulis pada kertas, kitab yang mereka karang ditulis di atas kulit lembu. Sangat tipis, kemudian aksaranya ditulis dengan sesuatu yang panas mirip goresan pada seruling. Namun tersebut berisi ilmu apa saya tidak tahu ya," ungkapnya.

Selain bangunan masjid, kitab kuno, masih ada kolah atau kolam yang dulu sebagai tempat untuk berwudu. Kemudian ada sekitar 10 pohon sawo yang ditanam mengelilingi komplek.

Untuk diketahui, pada saat bulan Ramadan seperti sekarang ini, aktivitas ibadah keagamaan meningkat. Banyak peziarah datang, kemudian menginap untuk iktikaf di sini. Sejak berdiri masjid ini juga sudah menjadi pusat religius warga.

"Lebih ramai lagi jelang malam malan ganjil. Banyak tamu tamu dari luar daerah dari orang biasa hingga pejabat. Masjid kuno At-Taqwa terbuka untuk siapa saja yang penting niatnya baik untuk ibadah," pungakas Kyai Hamid. (*/nto).