Ini Dia Tiga Gagasan Penting Indonesia dalam Penyusunan Rencana Strategis ASEAN 2026-2030 di Pertemuan HLTF-EI

Feb 28, 2024 - 18:02
Ini Dia Tiga Gagasan Penting Indonesia dalam Penyusunan Rencana Strategis ASEAN 2026-2030 di Pertemuan HLTF-EI
Para delegasi negara - negara ASEAN saat foto bersama usai pertemuan HLTF-EI di Laos Foto : Kemenko Perekonomian For Nusadaily.

NUSADAILY.COM – JAKARTA - Gugus Tugas ASEAN untuk Integrasi Ekonomi (HLTF-EI) kembali bertemu di Vang Vieng, Laos, pada 19-21 Februari 2024. Pertemuan itu dimaksudkan untuk menyusun Rencana Strategis Pilar Ekonomi ASEAN (AEC Strategic Plan) 2026-2030.

 

Dalam kesempatan tersebut, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Edi Prio Pambudi yang memimpin Delegasi RI menyampaikan tiga gagasan penting sebagai terobosan dalam penyusunan AEC Strategic Plan 2026-2030

 

Ketiga gagasan itu diantaranya adalah yang pertama mengatasi agenda ketahanan ASEAN dan koordinasi lintas pilar. Kemudian revitalisasi sektor prioritas ASEAN, dan yang ketiga uji coba mekanisme koordinasi lintas pilar pada sektor terpilih yakni transformasi digital dan teknologi.

 

“Seperti yang kita ketahui bersama, AEC Post-2025 akan terbentuk dalam konteks yang baru, dan kita tidak bisa lagi menjalankan bisnis seperti biasa,” kata Edi, Selasa (27/2/2023)

 

Menurutnya, saat ini ASEAN kini tengah menghadapi tantangan multi-dimensi, mulai dari ketegangan geo-politik dan geo-ekonomi, teknologi hijau, kecerdasan buatan, populasi yang menua sampai dengan krisis iklim.

Okeh karena itu, kata Edi banyak negara ASEAN  memiliki visi dan target pertumbuhan nasional dan pada saat yang sama dalam Visi ASEAN 2045 ditargetkan menjadi kawasan ekonomi terbesar ke-4 di dunia.

 

“Untuk mencapai hal ini, kita perlu memiliki strategi untuk mengatasi gangguan di masa depan, mengembangkan sektor dengan potensi pertumbuhan yang tinggi dan merangkul megatren seperti digitalisasi dan transisi hijau,” ucapnya

 

Terkait gagasan ketahanan ASEAN dan koordinasi lintas pilar, Edi menyebutkan jika ASEAN dapat mempertimbangkan dan menciptakan sebuah platform dimana ketiga pilar yang ada dapat berbagi pekerjaan dan rencana dalam mendukung ketahanan ASEAN. Platform tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan sinergi, dan mengidentifikasi tindakan dan kolaborasi bersama.

 

Edi juga menjelaskan, gagasan revitalisasi sektor prioritas ASEAN, pada awal pembentukan MEA, ASEAN telah memulai dengan beberapa proyek kerja sama industri namun dalam implementasinya belum optimal.

Untuk itu, dengan perubahan lanskap ekonomi yang terjadi saat ini, terdapat ruang bagi ASEAN untuk menghidupkan kembali kerja sama sektor prioritas untuk meningkatkan perdagangan dan investasi sekaligus menghasilkan pertumbuhan yang lebih tinggi.

 

"Untuk gagasan uji coba mekanisme koordinasi lintas pilar pada sektor transformasi digital dan teknologi, mekanisme koordinasi lintas pilar yang dibentuk perlu dilakukan uji coba pada sektor prioritas untuk melihat efektivitas dan efisiensi," pungkas Edi.

 

Isu penting lain yang disepakati dalam proses penyusunan AEC Strategic Plan 2026-2030 yakni struktur dari AEC Strategic Plan yang terdiri dari 5 (lima) elemen yaitu Strategic Goals, Objectives, Strategic Measures, Activities dan Performace Measures. Elemen-elemen ini akan dilaksanakan reviu secara berkala 5 tahunan kecuali strategic goals yang akan dikoordinasikan oleh WG on AEC Post-2025.

 

Dalam kesempatan tersebut, Indonesia juga menyampaikan dukungan pembentukan Gugus Tugas untuk Ekonomi Biru (ACTF-BE) dan rencana pelaksanaan pertemuan pertama ACTF-BE yang akan dilaksanakan pada Agustus 2024 mendatang.

 

 Hadir mendampingi antara lain Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Regional dan Sub Regional Kemenko Perekonomian, Direktur Perdagangan, Invetasi dan Kerja Sama Ekonomi Internasional Bappenas, serta perwakilan dari Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Perdagangan.(sir/wan)